Sweetie

307 19 1
                                    

Reza’s PoV
Hari itu aku benar-benar kepikiran soal kejadian dikantin. Bahkan sampai membuatku nggak fokus sama hal yang aku lakuin hari itu. Bella saja sampai bingung dengan apa yang terjadi denganku saat itu. tapi aku belum berani cerita soal rahasia kecil yang itu. dia taunya aku hanya berbeda, dan aku udah pernah berpacaran sama cowok. Terlebih itu semua, dia nggak aku kasih tau tentang siapa dan bagaimana orang yang ku taksir saat ini. cukup aku saja yang tahu.

Aku belum siap.

‘Ah tau lah’ batinku frustasi.

Dan entah mengapa hari ini aku merasa kalau pelajaran fisika didepanku ini terasa sulit sekali. Padahal biasanya aku akan dengan mudah mengerjakannya, penjelasan guru didepan sana sama sekali tak dapat ditangkap dan dipahami. Ah aku harus segera menyelesaikan masalah ini secepatnya.

***

Kuparkirkan motorku digarasi. Lalu berjalan kedalam rumah dengan pikiran yang masih penuh akan satu hal. Ah kenapa urusan hati itu jauh lebih sulit dari mengerjakan soal matematika sekalipun yang rumit tapi pasti ada hasilnya, nah ini? abstrak sekali.

Saat melewati meja makan, kulihat Sabil sedang duduk menikmati makan siangnya, lahap sekali. Tapi sayang aku sedang tak berniat untuk mengisi perutku. Dan aku mengabaikan Sabil yang menawarkanku untuk makan siang dengannya. Baru saat Bi Siti memanggilku aku menoleh dan menjawab beliau.

“Maaf Bi, aku nanti aja makannya. Aku lagi capek, pengen langsung ke kamar aja”

Bibi pun memaklumi dan membiarkan aku berjalan menuju kamarku.

Ku rebahkan tubuhku diatas kasur, kupejamkan mata namun tak bisa tidur. Aku hanya mencoba menenangkan pikiran. Baru saat aku merasa tenang aku pun mulai terlelap dalam tidurku.

Dan baru saja aku merasa tenang, tapi harus terusik lagi dengan sebuah panggilan. Kulihat kontak pemanggil di layar ponselku, Dika.

‘Tumben banget, ada apaan?’ batinku.

Akupun mengangkat panggilan itu dan mengakhiri rasa ingin tahuku. Disebrang telepon aku mendengar suara berisik dari orang lain. Sepertinya Dika sedang berada di keramaian. Baru setelah Dika membuka suara membuatku tersentak.

“Za, lu dimana! Nggak ikut gladi bersih lu?” Dika membentakku seolah aku ada didepannya. Duh si Dika dalam mode gini tuh nyeremin tahu, untung masih via suara membentaknya. Coba kalau langsung, mampus deh.

“Duh, aku lupa... Iya-iya, aku balik lagi nih kesekolah” aku pun bangun dari tempat tidurku dan meraih jaket yang sudah ku gantung tadi.

Aku berjalan menuju ruang makan lagi untuk berpamitan pada Sabil dan Bi Siti.

“Sabil, Bibi, aku pamit dulu ya. Aku mau balik lagi kesekolah ada gladi bersih, aku lupa”

“Loh mas, mas Reza nggak mau makan dulu?” bibi mulai mengkhawatirkanku.

Aku tersenyum sekilas, “Nanti aja bi, aku makan diluar sama teman-teman. Ya udah sekarang bibi aja yang makan, temenin Sabil. Aku pamit dulu ya, dah”

“Hati-hati dijalan mas” bibi sama Sabil kompak.

***

Setelah sampai lagi di sekolah aku pun langsung menuju tempat biasanya yang dipakai buat latihan. Sesampainya disana tatapan tajam Dika menyambutku, aku hanya nyengir dan bersalaman dengannya. Lalu dia menyilangkan kedua tangannya di dadanya.

“Lu telat Za, dan lu tau sendiri kan konsekuensinya kalo telat? Kita harus profesional Za, sorry”

“Iya Dik, aku tau kok. Hukuman apa yang harus aku lakuin?”

Prasangka (BoyxBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang