Still Into You

320 23 0
                                    

Amel berjalan dengan menghentakkan kakinya ke arah meja yang ditempatin Naufal dan Bagas. Entah apa yang membuatnya gondok setengah mati sehabis dari kantin.

‘Brak’ ‘Uhukk uhukk’
Amel menaruh asal makanannya dimeja hingga membuat Naufal tersedak karena terkejut.

“Kenapa lo Pal?” tanya Amel seolah tak berdosa.

“Ah, gue? Gue habis menang undian 5 juta, sampe keselek gini jadinya” jawab Naufal dengan ekspresi kesalnya.

Boleh ketawa nggak sih (?) kalo boleh maka Bagas akan dengan senang hati melakukannya saat itu juga. tapi Bagas nggak mau memperkeruh suasana, dan dia juga nggak mau terlibat dalam pertengkaran gak jelas begitu. Ngapain? Buang-buang waktu dan tenaga aja. mendingan dia makan, enak mengenyangkan lagi.

Kemudian keduanya pun kembali tenang dan melanjutkan aktivitasnya lagi. Bagas juga demikian, dia kembail menyuapkan sendok demi sendok ke mulutnya. Hmm, nikmat sekali. “Eh iya Gas?”

Bagas berdehem sekilas sambil menatap wajah si penanya, Amel.

“Gue udah lama ga tau perkembangan lu sama Reza gimana?”

‘Uhukk’ kali ini gililran Bagas yang tersedak. Duh tukang seblak ini demen banget ya bikin orang lain tersedak.

“Gue juga udah jarang lihat lu mata-matain Reza dikejauhan, ...”

“Bagus... kencengin aja ngomongnya njir...” Bagas sewot, dia panik jika ada mendengar ini, walau kedua sahabatnya ini menerima dirinya apa adanya dan nggak menghujat –dalam arti sesungguhnya, bukan saat mereka becanda ya. Bagas menunjukkan ekspresi kesalnya dengan membungkukkan badan saat bicara sambil mengaduk-aduk makanan yang ia pesan. Oh iya jangan lupakan pelototannya yang mungkin bisa membuat bola matanya itu copot dari tempatnya.

“Iye, iye, sorry becanda kunyuk. Tapi seriusan, gue kepo sama perkembangan lo udah sampai mana? Apa jangan-jangan lo udah move on dari dia Gas?”

“Lo jangan pernah move on ke gue njir, gua masih suka cewek” yang ini Naufal.

Bagas menjitak kepala sobatnya itu dengan sendok yang ia bawa. “Najis, gua juga nggak nafsu liat lu telanjang sekalipun”

“Tuh, bahkan lu udah sampai ngebayangin gue telanjangkan, dih dih dih” Naufal membuat gestur seolah ia itu habis dinodai orang lain. Minta di geplak emang si Nopal wkwk.

‘Plakk’
Tuhkan. Thanks to Amel sudah mewujudkannya. “Pal, diem dulu dah! Gue nanyanya serius ini”
Kicep, Naufal langsung diem dan menuruti kata-kata Amel. Sukurin salah sendiri ngeyel lu Pal jadi karakter.

Saat pandangan Amel bertemu dengan Bagas. Bagas tahu sorot mata itu menuntut jawaban darinya. Bagas pun mengacak rambutnya gemas, lalu menghela nafas panjang.

“Gue...” Amel menajamkan pendengarannya. “Masih sama kok, Cuma... apa mungkin gue harus move on kali ya. Gue capek juga gini terus”

Amel menggebrak meja. “Nggak, lo nggak bisa mundur begitu saja. Gue nggak mau lo jatuh ke pelukan cabe-cabean atau orang lain. Lo nggak ngehargain perjuangan gue ngedeketin doi, please sabar...”

Bagas menatapnya sekilas. Lalu mengangguk pasrah.

Amel bersorak gembira. “Ntar lu ada latihan kan?” Bagas mengangguk lagi. “Gue ikut!”

Bagas pasrah, mau menolak juga tetep aja tukang seblak nggak mau ngalah.

***

Sehabis dari kantin mereka semua –Bagas, Amel, dan Naufal. Berjalan kembali ke kelas mereka. Mereka masih sempat-sempatnya bercanda gurau. Ya mau gimana lagi, mereka sudah seperti saudara. Mereka lebih dari dekat untuk hitungan sahabat. Lebih dari sahabat disini bukan berarti mereka jatuh cinta satu sama lain loh ya. Tapi mereka sudah layaknya saudara yang saling menjaga satu sama lain, selalu mendukung dan mengingatkan jika salah, dan mereka selalu ada baik dikala susah maupun senang. Itulah sahabat rasa saudara.

Prasangka (BoyxBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang