Promises

321 23 5
                                    

Bagas PoV
Hari itu, merupakan awal baru dalam hidupku. Hari dimana semua kebiasaanku berubah, dimana biasanya aku merasa sendiri tapi kini aku merasa semuanya lengkap. Sejak hari itu aku paling semangat jika harus berangkat ke sekolah, tak seperti biasanya. Kalian tahu kenapa? Ya, karena dialah aku bisa bersemangat dalam menimba ilmu, aku juga bisa dengan mudah bertemu dengannya, melihat senyumnya, dan berdua dengannya –nggak berdua banget sih, pasti ada yang gangguin. Ya dialah Reza. Adriansyah Reza Pratama, si Cowok populer dari kelas XI IPA 2.

Sejak hari itu Reza terus memotivasiku saat disekolah, karena kita pernah berjanji untuk terus bersama. Kita punya mimpi setelah lulus SMA kita akan kuliah satu kampus, bahkan mungkin kita akan tinggal bersama –ngekost woy. Saat itu aku berpikir bahwa akan sulit untuk dapat mewujudkannya, kalian tahu lah, Reza itu bisa segalanya. Sedangkan aku, ah banyak hal yang nggak bisa aku lakukan dengan benar.

Untung ada Reza.

‘Aku akan berusaha sekuat tenagaku. Agar mimpi itu bisa terwujud’ batinku.

Saat aku baru masuk ke kelas, ku lihat Amel tengah murung. Kenapa lagi ya tuh bocah, nggak biasanya dia murung dipagi-pagi gini. Karena penasaran, akupun mendekatinya.

“Lu kenapa, pagi-pagi gini udah cemberut aja. nggak kek biasanya suka ngerusuh pagi-pagi ckckck” Amel langsung menoleh dan menatapku tajam. Akupun tersenyum kikuk dan merapatkan dudukku. “Ada masalah apa? Sorry becandaku keterlaluan ya”

Tiba-tiba ekspresi Amel jadi makin menyedihkan. “Dihhh, kenapa sih hidup gua gini mulu. Biarpun gue tukang rusuh kan gue juga ngga mau jadian sama begundal. Aakkhh” tiba-tiba Amel memelukku erat dan memukuli bahuku. Uh sakit tahu.

“Kenapa lagi lu Mel?” tanyaku sambil menghentikan tangan Amel yang masih memukuliku.

“Nathan... dia bersikap sok peduli dengan gue” ekspresi Amel sungguh menggelikan.

***

Jam istirahat merupakan waktu yang paling ditunggu-tunggu semua siswa, tak terkecuali kita. Aku sedang makan dengan kedua sahabatku di kantin, sambil menunggu Reza yang tadi katanya masih ada tugas sedikit dikelasnya.

“Kayaknya Reza nggak jadi datang deh, sini buat gue aja makannya yah” Naufal semangat sekali ingin mengambil makanan yang sudah ku siapkan untuk Reza.

“Enak aja lu, kalo mau nambah pesen lagi sono!” ejekku sambil menjauhkan mangkuk itu dari jangkauan Naufal. Amel hanya terkekeh melihat kekonyolan si cecunguk itu.

Tak berselang lama Reza datang menghampiri meja kita. Dia datang disaat moment yang nggak tepat sekali. Kalian tahu, saat aku menjauhkan makanan yang ku siapkan untuk Reza aku mendekapnya dan menjauhkan tangan-tangan jahil yang berusaha mengusiknya. Biarlah aku dibilang pelit, aku tak peduli. Bahkan saat ada seseorang yang mencolekku dari belakang beberapa kali aku mengabaikannya, aku juga memakinya dan bilang ke dia kalau aku nggak akan membagi makanan ini ke orang lain karena ini sudah kusiapkan khusus untuk seseorang. Barulah saat si penguntit itu berdehem aku baru menyadari kebodohanku sendiri, itu Reza. Duh malu banget cuy.

“Eh Reza, kok nggak bilang... malu kan aku jadinya” aku menggigit bibir bawahku dan menggaruk tengkukku. Lihatlah dua makhluk didepanku yang juga ikut mentertawaiku tanpa dosa, sialan.

“Maaf ya telat.. oh iya, makasih... sayang...” kata terakhirnya itu Reza berbisik ke telingaku.

Ah kalo ini nggak disekolah sudah ku cium dia. Sungguh!

Lalu kami pun makan dengan khidmat.

Hingga tanpa sadar Amel melihat ke arah meja yang tak jauh dari meja kita. Dia melihat Bella dengan pacarnya yang lagi makan berdua. Lalu dia bertanya ke Reza tentang hal itu.

Prasangka (BoyxBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang