"Apa yang ku lakukan?" Harry mengatur nafasnya. Duduk di cabin miliknya. Cabin yang terletak jauh dari perkotaan. Hanya ada hutan, dikelilingi pengunungan dan danau di kaki gunungnya.
Harry memutuskan untuk bermalam di Cabin. Ia belum sanggup untuk bertemu Nash dan Gavin.
Rasa takutnya semakin besar. Semuanya terasa nyata. Mayat bayi, dan perempuan misterius itu.
***
Jersey sibuk menelfon teman - teman Harry. Menanyakan apakah Harry ada bersama mereka atau mereka melihat Harry hari ini.
Sudah jam 12 malam, Harry masih belum pulang. Handphonenya mati. Jersey sangat mengkhawatirkan Harry. Tadi pagi Harry terlihat sangat aneh.
'Harry tidak mau ku sentuh' Batinnya mengingat kejadian tadi pagi. Sikapnya berubah seketika.
"Harry kau di mana?!" Gumam Jersey menggigit bibir bawahnya. Kakinya tidak berhenti mondar mandir. Handphone selalu ada di genggamannya. Sesekali ia memijit pelipisnya untuk mengurangi penat.
***
Harry menemukan dirinya sudah berdiri di atas bukit. Ia bisa merasakan sesuatu membasahi kakinya.
Harry menengok ke bawah. Mayat bayi - bayi itu mulai membusuk, mengeluarkan cairan seperti nanah.
Ia mendengar suara tertawa dari seoang perempuan di sebrang sana. "Who are you?" Teriak Harry pada perempuan itu. Tetapi perempuan itu kembali tertawa.
Harry berlari mengejar perempuan itu, tapi apa yang diinjaknya menahannya untuk berlari.
"AAAAA!" Harry terbangun dengan kasur yang basah akibat keringat Harry.
Nafasnya terengah - engah. Kedua tangannya menutupi wajahnya.
"Mimpi macam apa itu?!" Gumam Harry menenangkan dirinya sendiri.
Harry melihat jam dinding di depannya. Masih pukul 3 pagi. Ia memutuskan untuk menyalakan handphone. Banyak sekali misscall dari Jersey.
Harry menelfon Jersey untuk memberitahu keadaannya.
via telfon
"Harry? Kau kah itu?" Suara Jersey memulai percakapan.
"Ya, ini aku Jer."
"Syukurlah. Apa kamu baik baik saja? Where are you, babe?" Tanya Jersey.
"Aku di cabin. Babe, aku, aku mimpi buruk lagi." Ujar Harry.
"Harry, apa mimpi mu yang membuat sikap mu aneh tadi pagi?" Tanya Jersey.
"Bisa dibilang begitu. aku sangat takut babe." Jawab Harry.
"Ok, besok kita pergi ke psikiater. Pulang lah besok pagi." Ucap Jersey.
"Aku tidak gila Jer. Apa yang membuat mu berfikir aku gila hah?" Desis Harry.
"I know. Ceritakan saja apa yang kamu takut kan. dan kita akan cari jalan bersama untuk menghindari ketakutan mu." Jelas Jersey.
"ok" Gumam Harry
"Can i ask you something babe?" Tanya Jersey hati hati.
"Yeah"
"Apa yang kamu takut kan Harry?"
"Aku takut pada bayi. Aku takut pada Gavin dan Nash." Jawab Harry
Jersey terdiam di telfon.
"Babe? Aku tahu. Maafkan aku. Hal bodoh apa yang membuat ku takut pada anak kita. I'm sorry babe." Jelas Harry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Number 17 // h.s
FanfictionJersey seorang gadis dengan angka keberuntungannya 17. Akankah angka 17 mempertemukan dia dengan seseorang?