Jangan lupa votenya...
Happy Reading!
"Sumpah, gue masih gak percaya yang tadi itu Keizya," ujar Ayra mengebu-gebu sambil membersihkan keringat yang ada di bawah hidungnya akibat makan bakso dengan saos yang banyak.
"Gue juga kesel banget sama tuh cewek, sok kecakepan mentang-mentang ada Zaid," timpal Lopy, mengaduk-aduk jusnya dengan kesal.
"Lembut lembut, apanya yang lembut njir. Nyolot gitu orangnya." Novi bersandar di bangku seraya mengipasi wajahnya dengan buku tulis yang selalu ia bawa.
Raga Hairi memang di kantin bersama teman-temannya tetapi jiwanya jatuh di Bintang. Tidak biasanya Bintang mendiaminya saat Hairi menyapa, bahkan Hairi sempat berpikir kalau Bintang adalah cowok paling ramah yang pernah Hairi temui. Walau Bintang ini tipikal cowok kalem tapi Bintang selalu nyengir lebar kalau Hairi menyapanya.
Apa Hairi ada salah?
Selin mengangkat dagunya, "Kalau gue jadi lo Rii, udah gue jambak rambut si Keizya, bodo amat mau masuk bk yang penting gue puas."
"Bener banget Sel, gue juga sempat greget lihat Hairi yang kurang perlawanan." Salsa menyikut lengan Hairi membuat cewek itu menghentikan kegiatannya mengaduk-aduk mie ayam yang udah dingin.
"Apaan?" tanya Hairi tak menau sebab asik melamun.
"Lain kali kalau si Keizya gangguin lo lawan aja, gak papa masuk bk." Juli menggulung lengan kemejanya, merasa gerah. "Lo kan dicap anak baik, belum ada nama lo tercantum di buku Bu Azizah."
Walau Juli tergolong anak pintar tapi nama Juli sudah dua kali masuk ke dalam buku catatan murid yang bermasalah. Pertama, Juli pernah meninju bibir abang kelas sampai berdarah. Penyebabnya, Juli selalu digoda dan hampir dicolek dagunya. Kedua, Juli pernah menjambak dan meludahi adik kelas yang sudah berani menyebar fitnah kalau dirinya adalah lesbi.
"Setuju." Gebi memukul meja dengan keras membuat mereka sedikit kaget.
Hairi hanya menghela napas panjang.
"Kalau gue jadi lo Rii, gue gak bakal mau nyapa Zaid lagi." Salsa menyinggungkan bibirnya. "Padahal lo kan temen sebangkunya masa si Keizya sih yang dibela."
"Setuju banget Rii, lo kan gak pake hati sama Zaid pasti tahanlah gak teguran." Selin melirik semua yang ada di meja itu.
"Beda lagi kalau para pecinta Zaid," sindir Putri yang sejak tadi jadi pendengar. "Gak bisa hidup kalau belum nyapa ayang Zaid," tambah putri dengan menirukan gaya cewek genit.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUBIDU
Teen FictionDitakdirkan tiga tahun berada di kelas DUBIDU murupakan pengalaman yang luar biasa bagi Hairi. Si Bos Geng sekolah yang selalu jadi teman curhat sekaligus jadi abang pelindung untuk Hairi ketika buaya DUBIDU mengganggunya. Kelakuan absurd dan perhat...