05. sabtuku yang ter-

214 29 4
                                    

Sekarang jam 9 pagi. Sudah sejak beberapa menit yang lalu Bulan terbangun dari tidur lelapnya. Dengan mantra dan teriakan penuh kasih sayang, Bulan terbangun dengan mata yang tertutup setengah.

"Haaaaaaaaaaaa...." ucap Bulan bernafas di depan kipas angin di ruang keluarganya.

Mamanya yang ia sayangi melarangnya untuk memyalakan ac dan kembali ke kamarnya untuk melanjutkan tidurnya. Jadi ia melakukan hal yang tak berguna.

Rambut Bulan yang tergerai, terhempas ke belakang didorong oleh angin.

Saat sedang menikmati kipas angin sambil berkata tidak jelas, yang membuat suara agak aneh. Kegiatan Bulan terganggu dengan seorang monster yang mencopot kabel kipas.

"Ah! Apaansih abang! Bulan lagi seneng-seneng juga!" cibir Bulan agak berteriak. Saat melihat abangnya menarik kabel kipas dan mencolokkan charger-an handphonenya yang panjanh

"Batre gue abis dek. Gue lagi chat-an sama gebetan gue," jawab Reza.

"Kan di kamar abang bisa!" cibir Bulan, sambil mengembungkan pipinya dan menatap Reza kesal.

"Gamau ah. Males. Si Erza lagi muterin lagu Nissa Sabyan," ucap Reza sambil memainkan handphonenya, yang sedang di cas sambil duduk di sofa santai.

Bulan menatap Reza sinis. "Gue tau lo itu jarang baca Qur'an. Tapi ternyata lo itu setan ya bang."

Bug

Sebuah lemparan bantal sofa mengenai kepala Bulan yang membuatnya hampir terlempar ke belakang. "Songong," ucap Reza kesal.

Bulan menatap abangnya kesal, dan mempautkan bibirnya. "Abang, yang ngeselin!" ujar Bulan sambil melempar bantal yang tadi dilempar oleh Reza, dengan kekuatan penuh.

Lemparan mutlak Bulan, benar-benar mutlak. Reza yang sedang chat-an sama gebetannya, tidak melihat kedatangan bantal sofa yang menyerang wajah tampannya.

Bulan balas menatap Reza yang menatapnya sinis. Lalu ia memeletkan lidahnya menyebalkan. Saat ia membalikkan badannya sebuah bantal sofa sudah menyerangnya kembali.

Dan ia tau pasti, siapa pelaku penyerangan bantal itu. Ia pun kembali melempar bantal kepada Reza yang sedang menatapnya kesal.

*

Beberapa menit kemudian, Reza dan Bulan sedang mengalami masa perang bantal yang rasanya tak berujung. Reza melempar bantal dan Bulan balas melemparkan bantal.

Reza menjadikan bantal sofa yang paling besar sebagai pelindung badannya. Dan Bulan menjadikan bantal yang dilempar oleh Reza sebagai senjatanya.

Nanda menatap anak sulung serta anak bungsunya yang saling melemparkan bantal sebagai bentuk pertahanan. "Berhenti main lempar-lemparan, atau kalian yang mama lempar," ucap Nanda sadis.

Reza dan Bulan menghentikan peperangan mereka.

"Udah, mama mau lanjut masak," ucap Nanda, sambil melenggang pergi ke dapur.

Bulan masih menatap Reza bete. "Abang juga pergi sana ke kamar!" suruh Bulan bete. Sedangkan Reza melanjutkan kegiatannya, yaitu ber-chat ria bersama sang pujaan hati.

"ABANG IH!" teriak Bulan kesal. Namun Reza tetap tidak mengidahkannya. "Yaudah," gumam Bulan sambil mengembungkan pipinya.

Bulan memeluk kipas dan mengangkatnya keatas berusaha memindahkannya. "Kamu mau ngapain?" tanya Nanda sambil mengerutkan keningnya.

Matahari & Bulan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang