Jooheon memasuki kelasnya dengan lesu. Menjadi seorang ketua ekskul futsal memang merupakan hal yang melelahkan. Apalagi dengan adanya peserta didik baru, ia disibukkan dengan berbagai kegiatan perekrutan anggota baru dari kelas satu.
"Ada apa dengan wajahmu Jooheon-ah? Kau terlihat lelah," tanya Hyungwon, teman sebangku Jooheon.
Jooheon hanya menjawab Hyungwon dengan desahan pelan. Dari ekspresi sahabatnya Hyungwon tak perlu bertanya dua kali untuk menjelaskan kondisi sahabatnya itu.
Jooheon memandang keluar jendela. Dilihatnya sosok yang sudah tak asing lagi dalam hidupnya sedang berdiri di tepi lapangan olahraga, sosok itu terlihat bahagia meskipun hanya menjadi penonton para temannya yang bermain basket.
'Menyebalkan,' pikirnya.
"Kau sedang melihat apa?" Hyungwon ikut medongakkan kepalanya keluar jendela.
"Omo! Jooheon-ah! Bukankah dia ... mmph," Jooheon membungkam mulut Hyungwon sebelum ia melanjutkan ucapannya.
Jooheon memandang sekeliling kelas. Suasana kelasnya cukup ramai karena baru saja ada tugas kelompok. Beruntung ia membungkam Hyungwon sebelum mengungkapkan kata yang dibencinya.
Hyungwon menepis tangan Jooheon dengan kesal.
"Ya! Aku sampai tak bisa bernafas," dengkusnya kesal.
Jooheon terkekeh pelan. "Mianhae."
"Dan kenapa kau tidak memberitahuku kalau dongsaeng mu bersekolah di sini?" kali ini Hyungwon memelankan suaranya hingga hanya mereka berdua saja yang dapat mendengarnya.
Jooheon berdecih gusar. "Huh! Untuk apa? Menyebalkan!"
Sebenarnya Hyungwon sangat paham dengan seluk beluk keluarga Lee. Bukan karena apa. Tapi ia sudah menjadi sahabat Jooheon sejak kecil. Ia tahu jika Jooheon amat membenci adiknya(?). Alasannya? Hyungwon juga sangat tahu.
"Kau tahu? Adikmu itu memang buta, tapi selain itu dia sempurna. Aku heran mengapa kau tetap membencinya." Hyungwon memasang wajah berpikirnya.
Jooheon memalingkan wajahnya malas. Ia meletakkan kepalanya di meja dan menjadikan kedua tangannya menjadi tumpuan, pura-pura tidur. Sungguh, ia kesal dengan pertanyaan yang sama selalu keluar dari mulut sahabatnya itu.
Merasa tidak mendapat respon dari kawannya. Hyungwon memilih mengalihkan pandangannya keluar jendela. Pemandangan di luar masih sama, siswa kelas Changkyun masih berolahraga.
Ohh ... lihatlah namja itu. Terlihat begitu bahagia, hanya berdiri di sisi lapangan sedangkan kawan-kawannya yang saling lempar bola dengan yang lain. Ia bahkan tak merasa kecil hati meskipun berbeda. Hanya mendengar tawa mereka saja sudah membuat hati damai.
Hyungwon membuang nafas dengan berat. Dipandangnya namja yang tengah menelungkupkan wajah di meja, hanya berpura-pura tidur. Kenapa namja ini sangat membencinya? Dia bahkan terlalu baik untuk ukuran orang yang pantas dibenci. Menyebalkan? Oh ... ayolah, bukankah yang menyebalkan itu dirimu! pikir Hyungwon.
Hyungwon kembali memperhatikan Changkyun.
'Hei! Apa yang terjadi?'
Hyungwon menajamkan penglihatannya. Permainan di lapangan sudah berhenti dan digantikan dengan sebuah keributan kecil.
"Changkyun-ah! Bagaimana permainanku?" Doyoung menghampiri Changkyun yang berdiri tidak jauh dari lapangan.
Changkyun tersenyum cerah.
"Kau hebat," sahut Changkyun tulus.
"Jinjja?"
Changkyun menganggukkan kepalanya masih dengan senyum yang mengembang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLIND [END]
Fanfiction[FANFICTIONS, SAD, BROTHERSHIP, SCHOOL LIFE, FAMILY, FRIENDSHIP, ANGST] 🔒𝐅𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚🔒 . . Siapa juga yang mau jadi orang buta? Jika boleh memilih, tentu saja Changkyun akan lebih memilih menjadi manusia sempurna. Pun...