.
.
.
.
"Arghh," rintihan kecil terlontar dari mulut namja yang sudah menutup matanya sejak kembali dari sekolah hingga kini pagi menjelang.
Changkyun meraba tempat yang kini menjadi alasnya tidur itu. Dari semua yang disimpulkannya, ia yakin jika sekarang dia ada di dalam kamarnya. Apa yang terjadi? Kenapa sekarang dia terbangun di atas ranjangnya sendiri? Bukankah tadi ....
"Eoh, kau sudah sadar?"
Hyunwoo yang awalnya tertidur di sofa dalam ruang tersebut akhirnya terbangun begitu mendegar rintihan Changkyun.
"Hyunwoo hyung? Mengapa kau di sini?" Perlahan Changkyun mendudukan dirinya dan menoleh ke arah sumber suara.
Hyunwoo tak menyahut. Ia segera bangkit dari sofa nyamannya dan menghampiri Changkyun.
Mendudukan diri di samping Changkyun dan angkat bicara. "Apa yang terjadi?"
"Maksudmu?" Changkyun sedikit beringsut mundur kala Hyunwoo mendekatinya.
"Ayolah, kau tidak bodoh kan untuk mengerti apa maksud dari pertanyaanku barusan?" Hyunwoo menatap lekat wajah namja di sampingnya.
"Eoh, ini bukan apa-apa, hyung. Hanya luka kecil."
"Cih! Apa seperti ini luka kecil?"
Hyunwoo menggerakan tangannya untuk menekan perut Changkyun dan tentu saja hal itu membuat Changkyun sontak merintih.
"Awww ...." dengan cepat Changkyun menepis tangan Hyunwoo yang menekan perutnya.
"Sekarang katakan padaku, mengapa kau bisa terluka? Siapa yang melakukan ini? Akan ku buat perhitungan dengannya," tegas Hyunwoo.
Bukannya menyahut, Changkyun justru menggigit bibir bawahnya dan menundukkan kepala.
"Wae? Jangan diam! Jawab aku!" bentaknya dengan suara meninggi yang membuat bocah yang 4 tahun lebih muda darinya itu semakin menunduk dalam.
Changkyun menggelengkan kepala dengan cepat.
"Tidak," lirihnya.Melihat hal itu, emosi Hyunwoo jadi sedikit tersulut. Ia lantas berdiri.
"Yak! Hanya tinggal mengucapkan nama orang yang merundungmu dan aku yang akan mengurus itu semua, apa susahnya, huh! Aku hanya tidak ingin melihatmu terluka lagi," terangnya menggebu yang nyatanya tak membuat Changkyun untuk membuka mulutnya.
"Lagi pula tidak akan merubah apa pun jika aku menceritakannya," sahut Changkyun kini dengan mata berkaca-kaca. Dan itu membuat Hyunwoo mendesah frustasi.
"Tapi setidaknya beri tahu aku apa yang terjadi. Jangan menyimpan masalahmu untuk diri sendiri."
"Tidak," Changkyun menggelengkan kepalanya lagi. Rupanya ucapan Hyunwoo tak mampu membuat bocah itu angkat bicara.
Hyunwoo mengangguk pasrah.
"Baiklah, jika itu maumu. Tapi ingatlah, jika aku selalu ada untukmu.""Gomawo," Changkyun balas tersenyum.
"Baiklah, kajja."
"Eoddie?"
"Sudahlah ikut saja, sekarang ganti bajumu dan segera turun. Aku menunggu di bawah," ucap Hyunwoo kemudian melangkah keluar dari kamar itu.
"Nee."
Tak perlu diperintah dua kali, selepas Hyunwoo meninggalkan kamarnya, ia segera beranjak menuju kamar mandi dan membersihkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLIND [END]
أدب الهواة[FANFICTIONS, SAD, BROTHERSHIP, SCHOOL LIFE, FAMILY, FRIENDSHIP, ANGST] 🔒𝐅𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚🔒 . . Siapa juga yang mau jadi orang buta? Jika boleh memilih, tentu saja Changkyun akan lebih memilih menjadi manusia sempurna. Pun...