FIFTEEN

2.2K 316 94
                                    


Sebelumnya maaf kalo alurnya bikin mules 🙏

Typo juga everywhere

.
.
.
.
.
.
.

Tap

Tap

Tap

Bunyi langkahnya menggema saat kaki namja yang tidak terlalu tinggi itu menapak di koridor sekolah. Wajahnya berseri, sangat kentara jika ia sedang bahagia sekarang. Di tangannya tergenggam selembar kertas yang akan ia berikan pada seseorang.

"Boom!"

"Kamjagiya! Yak! Lee Minhyuk, kau mau aku mati sebelum masuk universitas, huh?!"

Kihyun benar-benar terkejut karena sahabatnya yang tiba-tiba muncul di hadapannya, padahal tempat itu masih sepi karena hari memang masih pagi.

"Hahaha... mian mian," ucap Minhyuk di sela tawanya sambil menepuk bahu Kihyun.

Sementara itu, Kihyun lebih memilih untuk melanjutkan langkahnya yang tertunda daripada harus membuang tenaganya untuk memarahi teman hipernya itu. Hidupnya lebih penting dari pada Lee hiper Minhyuk.

"Mau kemana kau sepagi ini?" tanya Minhyuk yang ternyata mengekor di belakangnya.

Tanpa menoleh, Kihyun menyahut, "ruang musik."

Minhyuk mengangguk. "Lalu apa yang kau pegang itu?" tunjuknya pada selembar kertas yang sedari tadi digenggam Kihyun.

Kihyun diam sesaat kemudian mengalihkan pandangannya pada kertas di tangannya. Tak lama setelah itu ia tersenyum. Hal itu membuat Minhyuk mengernyitkan dahinya dan matanya melirik ke arah kertas.

"Wow! Kau akan memberikannya pada siapa?" tanyanya setelah mengetahui apa yang tertulis di kertas.

"Changkyun," sahut Kihyun singkat kemudian membuka ruangan tempat di mana ia biasa memainkan alat musik kesukaannya.

Mendegar ucapan kawannya, Minhyuk langsung mengerucut.

"Lalu aku?"

"Kau?" Kihyun tak mengerti maksud ucapan Mihyuk.

Minhyuk menghempaskan tubuhnya ke sofa di pojok ruang tersebut yang memang sengaja diletakan untuk beristirahat para anggota klub. Bisa dilihat bibirnya yang semakin mengerucut.

"Kenapa kau hanya memberi tiket pertunjukanmu pada Changkyun sedangkan aku tidak?" ujarnya kesal.

Oh.. itu ternyata. Kihyun terkekeh pelan melihat tingkah sahabatnya. Ia melangkah mendekati Minhyuk dan mendudukan diri di sampingnya.

"Memangnya kenapa? Kupikir kau tidak menyukai permainan pianoku?" goda Kihyun yang membuat Minhyuk semakin gusar.

Minhyuk membuang muka. "Kau menyebalkan!"

Tanpa berucap, Kihyun mengeluarkan sesuatu dari saku almamaternya dan menyodorkan kertas serupa pada Minhyuk.

Sekilas Minhyuk melirik tiket yang disodorkan padanya namun itu tak berlangsung lama karena ia kembali membuang muka.

Kihyun mengernyitkan dahinya. Cih! Apa dia sedang merajuk?

"Wae? Kau tak mau? Ya sudah," ucapnya kemudian menarik kembali tangannya.

Namun belum sampai tiket itu masuk kembali ke kantong, tiket itu sudah berpindah tangan karena Minhyuk sudah merebutnya.

Kihyun menarik sudut bibirnya, kemudian berdiri.

BLIND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang