"Pergi." sang pemilik suara menegurnya dengan dingin. Tatapannya membeku menusuk tajam, seolah mencoba membunuh siapapun yang melihatnya.
"Tch, murahan." Perempuan bohay berlipstik tebal itu meninggalkan dirinya bersama gadis yang terduduk membeku dihadapannya.
"(Name), ayo pulang." tangan kekarnya membawa tubuh dingin itu ke dalam dekapannya.
💊💊
(Name) berteriak, meminta pertolongan tatkala lelaki hidung belang itu menarik paksa gadis itu kedalam dekapannya.
"Kau akan bersenang-senang hari ini." suara beratnya yang menjijikkan meniup pelan belakang telinga (Name).
"TIDAK!" ronta (Name) menendang bagian spesial makhluk tak bermoral itu.
"Akh! Sialan kau!" balas manusia berjas itu sembari memegangi miliknya. Sang gadis berlari tunggang langgang meninggalkan tempat maksiat itu dengan derai air mata. Tak peduli lagi jika ia akan tertangkap oleh pemiliknya, ia terus berlari entah kemana.
Suara gemuruh awan terdengar ikut berteriak meminta pertolongan. Awan juga ikut menangis bersama (Name) di tengah badai kehidupan. Kaki kecil (Name) terus melangkah, entah mau kemana, setidaknya ia ingin pergi jauh.
••
Air mata awan menitik, membuat bulu roma (Name) sedikit menegang. Menahan dinginnya malam yang ia lewati di antah berantah kini.
"Hey, nona apa kau sendirian?" suara serak itu semakin membuat nyali (Name) ciut.
Ia tak mau menoleh atau membalas pertanyaan lelaki paruh baya tersebut. Ia dendam, ia benci, dengan makhluk berkedok sebagai laki-laki. Wujudnya memang indah, namun perilaku tak selalu indah."Hey." Tangan pria itu mulai menggerayangi leher (Name). (Name) terkejut, ia segera berteriak minta tolong dengan kencang. Tak peduli akan ada yang mendengarnya atau tidak.
"Ummmphh!!!" Tiba-tiba mulutnya di bekap sesuatu yang lembut, nafasnya terengah, tak bisa menarik atau menghembuskan. Kesadarannya perlahan pudar, seiring awan meneriakkan pertolongannya.
"Siap, Nyonya. Kami menemukannya. Ia tak akan lari lebih jauh."
••
Cahaya mentari berontak ingin masuk, namun tak bisa karena terhalang jeruji dingin dan beton beton besar yang mengelilingi ruangan sempit nan pengap itu. (Name) terbangun, nafasnya kembali sesak saat sadar ia tiba di tempat yang sama. Tempat dimana ia tak ingin kembali.
"KELUARKAN AKU!" teriakannya entah akan terdengar atau tidak, ia sangat berusaha.
"Hah apa? Ingin lebih lama di dalam sana, gadis kecil? Ah... Apa boleh buat aku harus lebih lama mengurung mu agar kau paham." bibir tebal dari sang empunya suara menutup sempurna saat selesai mengikrarkan sesuatu yang (Name) takutkan.
(Name) terduduk di pojok basah ruangan itu sembari menatap kosong lantai yang akan menelannya. Apakah ia masih pantas disebut gadis?
Siapa ia? Ia berasal dari mana? Apa yang membuat ia berakhir di tempat mengerikan seperti ini? Dimana ia sebenarnya? Siapa orangtuanya?
Pertanyaan yang sudah jelas tak ada jawabannya itu semakin membuat (Name) menyadari, tak ada gunanya ia hidup.Ia hanya parasit, penyakit, sampah, ia tak lebih dari seorang pelacur. Walau ia sadar ia adalah seorang pelacur.
Matanya memburu, mencari sesuatu untuk merobek tali kehidupannya.
Kemudian, ia melihat pecahan kaca dibawah jendela kecil yang berada tepat di atas kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost || Haikyuu X Reader
Fanfiction• one shoot • {BAHASA INDONESIA} [Sensitive content - 16+ allowed] "Don't cry infront of them, please just fight back the tears. Please, just don't let them see me cry." • • • An absurd fanfiction written by Vyaschelav 🍵 • • • || WARNING ! || • Mor...