• Tsukishima Kei •

286 25 10
                                    

Part 1

***

Aku siapa?

Akan jadi seperti apa aku di masa depan?
Apa aku mati?

•••

Baru saja aku pulang sekolah, aku melakukan sebuah kesalahan. Tidak terlalu penting menurutku. Menurutku saja.

Aku hanya gagal dalam sebuah tes hari ini, mereka kembali dengan kata-kata penyemangat 'katanya'. Agar aku bisa berubah menjadi lebih baik tiap harinya, menjadi pribadi yang sempurna.

"Kamu itu seorang kakak. Harus bisa jadi contoh yang baik!"
"Jangan menangis!"
"Orang lain bisa lebih baik, kenapa kamu tidak?"
"Kamu harus bisa segala hal, karena kamu kakak."

Dan jika aku protes,

"Harusnya kamu tidak boleh semarah itu!"
"Kenapa kelakuan kamu begitu?"
"Kamu harus dengar apa kata Mama sama Papa!"
"Masa kamu contohkan hal begini ke adik-adikmu?!"

Semua kalimat-kalimat yang sama selalu ku dengar setiap hari. Aku tidak tahu harus menyebut diriku apa, selain sampah yang tidak berguna. Tekanan, selalu ku dapat dimana-mana. Entah di sekolah, rumah, bimbingan belajar, OSIS, entah dimana lagi.

Aku tidak pernah tahu, apa aku sudah cukup melakukannya dengan baik atau tidak. Beberapa orang selalu berkata, 'Kamu melakukannya dengan baik' atau mungkin 'Kamu hebat' dan yang lebih sering adalah 'Aku harap aku bisa sepertimu!'. Mereka menghargaiku secara tulus atau tidak, aku tidak pernah tahu. Aku percaya mereka atau tidak, aku tidak tahu. Bahkan aku tidak tahu apa aku sudah percaya pada diriku sendiri.

Setelah mendapat beberapa kalimat motivasi itu, aku memutuskan segera masuk ke kamar dan membersihkan diri. Menangis di bawah shower selalu menjadi hal yang biasa, daripada aku harus menunggu hujan dan menangis di bawahnya. 

Setelah selesai, aku membuka laptop dan mulai mengetik beberapa tugas yang ku dapat hari ini. Mungkin ada sekitar lima sampai enam tugas, namun tidak terlalu banyak seperti biasa. Ku selesaikan tugas-tugas tadi sekitar 2 jam. Saat melirik ke ujung kanan laptop, waktu menunjukkan pukul sembilan malam tepat. Aku sedikit lapar, karena makan siang di sekolah tadi, hanya roti isi dan susu kotak.

Saat keluar kamar, kalimat lainnya kembali menghujaniku. Padahal aku hanya ingin makan sesuatu yang bisa dimakan.

"Sudah belajar? Tugasmu sudah selesai? Kamu harus jadi contoh lho buat adik-adikmu, jangan malas-malasan," ujar Mama yang sedang membuka kulkas mencari sesuatu, tanpa menatapku.

"Masih ada tugas OSIS lagi yang harus diketik, dan beberapa materi bimbel yang harus dicatat. Lalu harus belajar lagi untuk tes bahasa Inggris besok," jawabku sembari membuka panci porselen yang ada diatas kompor. Baunya seperti sup miso.

"AH!" jeritku. 

Aku tidak tahu jika panci itu masih panas, aku memegangnya tanpa memakai kain lap. Dan tak hanya tutupnya saja yang ku jatuhkan, tapi beserta pancinya yang tak sengaja tersenggol. Tentu itu akan pecah, dan isinya berserakan juga. Tak usah bertanya kabar kaki dan tangan ku yang melepuh dan terkena pecahan porselen, sudah tentu ini menyakitkan. Tapi tahu apa yang lebih menyakitkan?

Lost || Haikyuu X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang