04

212 55 17
                                    



Telepon kantor yang ada di meja kerja Hyeongseob berdering, itu tandanya seseorang di ujung sambungan telepon sana ada perlu untuk berbicara dengan si pemilik meja.


Tanpa melepaskan pandangannya dari layar komputer, tangan kiri Hyeongseob bergerak meraih ganggang telepon. Sedangkan tangan kanannya sibuk bergerak di atas mouse.


"Hallo,"


"Hyeongseob -ssi, aku ingin kau menemaniku makan malam nanti. Aku juga ingin membicarakan soal rencana design yang sudah kau siapkan."


'Dia lagi..'


Hyeongseob membatin.


"Uhm- maaf, tapi aku tidak bisa. Jika ingin membicarakan soal rencana design aku bisa datang sekarang."


"Bukan sekarang, apa kau pikir aku sedang tidak sibuk sekarang ini, huh? Aku ingin kita bertemu di luar jam kerja, jadi tidak merusak jadwal kerjaku."


'Astagaa, benar-benar menyebalkan!'


"Maaf tuan, aku tidak bisa-"


"Tentu kau bisa, aku akan memberimu uang lembur nanti."


'Aku tidak butuh uang lembur, aku hanya tidak ingin bertemu denganmu! Apa kau tidak paham itu?!?'


"Tuan Kang, aku harus--"


"Kau tidak bisa menolak, Hyeongseob. Ini bukan tawaran, ini perintah! Kenapa kau selalu saja menolak perintahku? Aku ini atasanmu, apa kau lupa itu??"


'Sialll- dia mulai lagi.'


"Baiklah, tuan Kang."


"Itu yang ingin ku dengar."


Beep..


Sambungan telepon terputus begitu saja. Dengan malas Hyeongseob meletakkan kembali ganggang telepon itu ke tempatnya. Dalam hatinya masih menggerutu sebal.


"Makan malam lagi?"


Salah satu rekan kerja Hyeongseob mendengar pembicaraannya dengan sang CEO perusahaan. Tanpa dia bertanya, dia sudah tahu siapa yang menghubungi Hyeongseob tadi.


"Ya begitulah.. Menyebalkan!"


Hyeongseob meraih sebuah kertas bekas ceretan, meremas kertas itu dan membuangnya dengan kesal.


"Wow. Kau benar-benar beruntung, Hyeongseob. Harusnya kau bersyukur."


Without You ;; JinSeobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang