0 1 3

1.9K 182 17
                                    

"Bagaimana bisa penjualan merchandise Oh Gee turun? Kalian, lakukan segala macam cara supaya penjualannya kembali naik! Ubah jadwal mereka, perbanyak jadwal mereka pada acara televisi!"

Sehun melepaskan kancing teratas kemejanya, lalu menarik asal dasinya. Mood pria manis itu sedang hancur pagi ini, terbukti dari beberapa karyawan yang terkena omelannya. Keadaan kantor yang sedikit kacau itu mampu membuat kepala Sehun serasa ingin pecah. Sehun meneguk habis kopinya, lalu ia meraih handphonenya.

"Hyung, bisakah kau kesini? Ini penting sekali.".

Sehun melempar handphonenya. Ia memejamkan matanya sambil memijat keningnya. Setelah hampir tiga hari, ia akhirnya berbaikan dengan Chanyeol. Jika dipikir-pikir, selama ini, ia yang sudah terlalu egois dalam hubungan mereka. Sehun harus bisa menahan dirinya jika tidak ingin kejadian dimasa lalunya terulang. Sehun meringis, hidup tanpa Chanyeol satu jam saja terdengar sangat menyiksa.

"Sehun-ah."

Sehun mendongakkan kepalanya. Ia tersenyum kepada sosok yang kini sedang mengunci pintu ruangannya itu. Chanyeol mengangkat tubuh Sehun lalu mendudukkannya diatas meja kerjanya.

"Apa yang terjadi kepada Pak Direktur, hm?" Bisik Chanyeol sambil menjilat daun telinga Sehun. Sehun terkekeh sambil menjauhkan kepala Chanyeol darinya.

"Aku stress sekali, Hyung." Adu Sehun. Ia memajukan bibirnya yang langsung memancing Chanyeol untuk mengecupi bibir itu berkali-kali.

"Itulah resiko seorang Direktur, sayang. Kalau kau butuh bantuan, Hyung bisa membantumu." Kata Chanyeol sambil mengelus pipi Sehun.

"Jangan kau kira aku tidak tahu seberapa banyak pekerjaanmu, Hyung. Aku tidak ingin menyusahkanmu." Kata Sehun. Chanyeol mencubit pipi Sehun dengan gemas.

"Kau itu milikku, apapun itu, aku berhak mengetahui pekerjaanmu dan membantumu. Katakan, apa ada yang Hyung bisa bantu, sayang?" Tanya Chanyeol. Sehun menatap Chanyeol ragu-ragu, tetapi kemudian ia menunjuk laptop yang tergeletak diatas sofa.

"Bisakah Hyung membantuku untuk merekap keuangan minggu ini? Aku harus menemui Appa di ruangannya sekarang." Chanyeol mengangguk, lalu bergegas mengambil laptop putih itu.

"Kau bisa mengandalkanku, sayang."

*

"Wanita jalang sepertimu pantas untuk berada di selokan."

Yerim menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Air selokan itu benar-benar membuatnya mual, tetapi ia harus menahannya jika tidak ingin orang-orang gila didepannya itu berbuat lebih dari itu.

"Jangan kau kira kau ini ratu, kau itu hanyalah jalang yang menjual badanmu demi uang dan pakaian mahal! Kau bahkan tidak cantik, kau itu seperti babi!" Teriak salah satu dari para orang gila itu. Yerim meringis ketika salah satu dari mereka menendang kepalanya.

"Ayo kita pergi, sebelum dosen datang kesini. Biarkan tikus kecil ini meratapi nasibnya disini seorang diri."

Yerim menghapus airmatanya. Tidak, disaat seperti ini, ia tidak boleh terlihat lemah.

"Sial." Yerim berusaha untuk berdiri, tetapi kedua kakinya terasa mati rasa. Sepertinya karena rasa takut dan akibat dari tendangan bertubi-tubi yang tadi diterimanya. Yerim berusaha untuk berdiri, tetapi hal itu ternyata sangat sulit.

"Kau butuh bantuan?"

Yerim mendongakkan kepalanya. Ia bertemu pandang dengan seorang lelaki manis yang kini sedang mengulurkan tangannya sambil tersenyum.

"Na, Na Jaemin?" Yerim menggapai tangan Jaemin, lalu dengan sigap Jaemin membantu Yerim untuk berdiri.

"Itu aku. Apakah kau butuh tumpangan ke rumah? Aku yakin kau tidak akan bisa berjalan bahkan hanya ke halte bus yang ada di seberang kampus." Kata Jaemin. Yerim mengangguk lemah. Jaemin tersenyum, lalu ia menuntun Yerim masuk kedalam mobilnya.

You Know We Can't Go Back (A Chanhun Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang