"Hyung, maafkan aku. Appa memang memiliki selera humor yang aneh."
Chanyeol tersenyum, lalu ia menolehkan kepalanya kearah pria lain yang kini sedang menundukkan kepalanya itu. Hari sudah semakin malam, tetapi mereka masih berada di rumah utama keluarga Wu, tepatnya mereka kini berada di kamar Sehun dulu saat ia tinggal disana. Kamar itu tetap berwarna abu-abu, tetapi banyak sekali barang yang ditata tidak rapi. Sehun adalah seorang penganut lifestyle minimalist, tetapi kamar ini tampak seolah-olah itu adalah aib terbesarnya.
"Aku menghabiskan banyak waktu menangis seorang diri disini, Hyung." Kata Sehun sambil tersenyum. Chanyeol mengusap pipi Sehun, menyuruhnya untuk diam.
"Tidak, tidak. Aku memang menghabiskan waktu bertahun-tahun menangis disini, karena dulu aku sangat kesepian." Sehun memandang kosong kearah meja belajar yang berantakan. "Aku terus memikirkanmu, Hyung. Penyesalan karena pergi tanpa mengatakan sepatah katapun selalu menghantuiku, bahkan ia menyatu dengan diriku. Seumur hidupku aku hanya bisa meratapi nasibku yang malang. Aku sangat kesepian, sampai akhirnya aku menemukanmu lagi." Ujar Sehun sambil mengusap airmatanya. Chanyeol mengambil alih ibu jari Sehun, dengan cara mengusap dengan jari telunjuknya lembut.
"Maafkan Hyung, Sehun-ah."
Tidak ada kata lain selain maaf yang bisa Chanyeol ucapkan. Sehun terlalu baik untuknya, Sehun terlalu sempurna untuknya yang brengsek itu. Sehun bisa mendapatkan orang lain yang lebih baik darinya jika memang Chanyeol rela melepaskannya.
Tetapi, apakah hal itu akan membuat keduanya bahagia?
Lantas, bagaimana Chanyeol harus menghadapi kenyataan bahwa mau tidak mau mereka akan berpisah sebentar lagi?
"Hyung, bisakah kau berhenti mengucapkan kata maaf, kau tidak melakukan kesalahan apapun." Kata Sehun sambil memajukan bibirnya.
Persetan dengan kebahagiaan dan rasa sakit, sisi lain dari seorang Park Chanyeol berkata.
"Uhm, maksud Hyung, aku minta maaf jika aku akan menyakitimu nanti."
Sehun naik keatas pangkuan Chanyeol, lalu ia mencium penuh nafsu bibir tebal kekasihnya itu. Chanyeol tersenyum ditengah-tengah ciuman panas itu, ia sedikit mendorong dada Sehun menjauh darinya.
"Seriously? Di kamar ini, sayang?" Bisik Chanyeol menggoda. Sehun menatap arloji Rolexnya sambil cemberut.
"Tidak ada waktu lagi. Ayo kita cari hotel terdekat dari sini, Hyung." Kata Sehun sambil berdiri.
*
"Hmm,"
Chanyeol kewalahan menghadapi Sehun malam ini. Sudah tidak terhitung berapa kali ia mencapai puncak kenikmatannya, tetapi pria yang lebih muda itu masih saja bergerak dengan semangat diatas pangkuannya.
"Haa, Hyung, a-aku,"
Chanyeol menggeram rendah, ia bisa merasakan orgasmenya. Ia menekan pinggul Sehun semakin turun, yang langsung disambut dengan teriakan dan desahan seksi kekasihnya. Bagai musik yang mengalun indah di telinga, Chanyeol menggunakan sisa tenaganya untuk membuat Sehun mengeluarkan suara indah itu lagi.
"H-Hyung, ahh!"
Chanyeol ambruk di atas tubuh Sehun. Sehun sudah memejamkan matanya, dan hal ini membuat Chanyeol tersenyum karena gemas. Ia mengecup pipi Sehun lembut sambil mengelus rambutnya yang basah karena keringat. Chanyeol lalu bangkit untuk membersihkan badannya.
Brak!
Sehun mengintip kearah pintu kamar mandi dengan satu matanya. Setelah memastikan Chanyeol benar-benar sudah masuk, ia mengerahkan seluruh tenaganya yang tersisa untuk menangis.

KAMU SEDANG MEMBACA
You Know We Can't Go Back (A Chanhun Fanfiction)
FanfictionKau tahu, kita tidak bisa kembali untuk menarik kata-kata itu, kan? -PCY