3. Mengeluh

686 114 6
                                    

"Oh Sehun, sudah cukup kau membuat Ibu malu!" Teriak Ibuku untuk kesekian kalinya setelah kita keluar dari rumah keluarga Son.

Aku lebih baik dibilang tidak sopan daripada harus berpura-pura sopan dan tetap menikahi janda beranak satu itu. Aku tidak yakin pikiran Ibuku ini masih dalam keadaan sehat untuk berpikir.

"Ibu yang sudah gila! Untuk apa aku menikahi wanita yang sudah memiliki anak? Apa Ibu sudah tidak bisa menemukan wanita yang belum pernah menikah?"

Akhirnya aku mengeluarkan pendapatku saat kita sudah berada di dalam rumah. Aku daritadi menahan amarahku selama perjalanan pulang, dan aku benar-benar tidak sanggup lagi menahannya.

"Kau tidak bisa seenaknya seperti itu Sehun! Ibu dan keluarga Son sudah sepakat untuk menikahkan kalian dua minggu lagi! Kau tidak bisa membantahnya apapun yang terjadi." Ibu pergi begitu saja masuk ke dalam rumahnya.

Sedangkan aku tidak baik-baik saja saat ini, memikirkan nasibku ke depannya. Rencanaku dan Jinri harus membuahkan hasil setidaknya paling lambat minggu depan Jinri harus sudah mengandung anakku.

Dengan begitu aku bisa membatalkan pernikahan konyol ini. Siapa juga yang rela menikahi wanita janda dengan anak yang berusia delapan tahun itu.

Son Seungwan memang cantik tapi aku benar-benar tidak bisa menikahi dia, walaupun dia bukan seorang janda aku tetap tidak akan menikahinya karena aku hanya mencintai Jinri.

Aku bergegas pergi menuju bar tempat Jinri bekerja, tidak ada gunanya aku tetap berada di sini. Untuk apa? Hanya menambah kemarahanku saja pada Ibu.

Di tengah perjalanan aku mendapatkan sebuah telepon dari nomor yang tidak aku kenali. Aku mengabaikan panggilan tersebut pada awalnya namun, orang itu seperti tidak kenal lelah untuk terus meneleponku.

Maka aku menepikan mobilku lalu mengangkat panggilan tersebut. "Hallo, Oh Sehun di sini. Jika tidak terlalu mendesak tolong hubungi aku lagi besok."

"Tu—tunggu." Suara perempuan ternyata.

"Cepat bicara, aku tidak punya banyak waktu sekarang." Siapapun wanita ini, Ia sudah cukup memancing emosiku untuk naik lagi.

"Bisakah kita bertemu sekarang? Saya ingin bicara pada anda." Aku menaikkan satu alisku yang tidak mungkin bisa Ia lihat.

"Kau siapa? Kau harus bertemu sekertarisku terlebih dahulu untuk bertemu denganku dan membuat janji padanya." Terlalu bertele-tele aku sudah cukup geram.

"Saya Son Seungwan, wanita yang akan dinikahkan dengan anda." Ucapnya dengan sedikit nada ragu dan volume yang cukup kecil.

Aku menghela napas kasar, karena ada yang ingin aku bicarakan juga padanya berdua tanpa orang tua yang ikut campur.

"Baiklah, temui aku di Bar Cloud, Seoul sekarang juga." Kemudian aku langsung memutuskan panggilan secara sepihak.

Tujuanku memang untuk kesana, kenapa juga aku harus mengubah tujuanku. Aku ingin bertemu dengan Jinri dan bicara, jika ada wanita ini justru aku bisa lebih leluasa lagi bicara dengan Jinri.

Sampai di bar aku langsung duduk dan memesan minuman pada bartender yang sudah aku kenal. "Berikan aku satu botol vodka dan satu gelas gin and tonic." Ucapku.

"Kau tidak biasanya memesan cocktail, ingin bertemu seseorang?"

"Ya, cepatlah! Dan beritahu Jinri aku menunggunya." Ucapku.

"Jinri? Dia tidak masuk hari ini, entahlah Ia bilang Ia sedang merasa mual." Aku menatap matanya lekat. Entah kenapa aku merasakan senang yang bukan main.

Red LinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang