7. Si Bodoh

628 129 7
                                    

"Siapa juga lagian yang mau menikah? Memang aku sudah setuju menikah dengan si bodoh itu." Aku bicara pada diriku sendiri.

"Dan si bodoh yang baru saja kau sebut sedang berdiri di hadapanmu sekarang nona Son."

"O- Oh Sehun-ssi...."

"Aku tahu kalau aku tampan, tidak usah sampai terpana seperti itu."

Heol! Siapa juga yang terpana melihatnya, daripada terpana aku lebih terkejut bagaimana dia bisa tahu bahwa aku bekerja di sini karena selama bertahun-tahun aku bekerja seorang Oh Sehun tidak pernah menginjakkan kakinya di perusahaan ini.

Mungkinkah dari Pak Baekhyun?

Ah tidak mungkin, bahkan Ia saja tidak tahu kalau aku mengenal pria tinggi yang terlalu narsis di depanku ini.

Lalu bagaimana Ia bisa tahu tempat aku kerja?

"Terkejut karena aku tahu kau bekerja di sini?" Mimik wajahnya terlihat sedang meledekku. Tapi aku hanya menaikkan alis mataku satu dan tersenyum untuk meremehkannya.

"Tidak sama sekali, anda adalah seorang penerus grup Oh dan tidak mungkin tidak tahu di mana saya bekerja."

Bohong. Sejujurnya aku sedikit terkejut, walaupun aku sendiri pun tahu aku tidak seharusnya terkejut soal ini.

"Ya kau benar. Dan kau juga tidak perlu terkejut dengan apa yang ingin aku katakan padamu hari ini." Ucapnya dengan sombong.

Sepertinya akan menarik.

"Apa itu kalau saya boleh tahu tuan?"

"Tidak di sini nona Son. Cepat kemasi barangmu dan ikut denganku."

"Kenapa aku harus ikut denganmu?"

"Pilihan ada padamu, jika kau tetap ingin menikah denganku maka kau tidak perlu ikut denganku."

Apa-apaan ini? Kita memang bukan berada di kelas ekonomi yang sama. Tapi tidak seperti ini juga Ia harus memperlakukanku seakan aku ini adalah pesuruhnya.

Kenyataannya aku tidak akan mati jika memang harus tetap menikah dengan pria angkuh sepertinya. Namun, aku hanya tidak akan bisa hidup normal seperti sekarang jika menikah dengannya.

Melihat tingkahnya yang tadi baru saja Ia lakukan sudah membuatku muak. Bagaimana bisa aku akan hidup dengannya.

"Cepatlah, kau benar-benar ingin menikah denganku ya?"

Kalau saja aku sanggup membunuh manusia, sudah aku bunuh lelaki ini. Tidak peduli masuk penjara atau aku akan dihukum di langit nanti, setidaknya aku tidak akan hidup dalam penyesalan dengan membunuhnya duluan.

Kakiku melangkah mengikuti kaki laki-laki angkuh ini melangkahkan kakinya, kami memasuki elevator. Aku pikir kami akan pergi dari gedung ini tetapi ternyata tidak. Ia membawaku ke rooftop gedung ini.

Pikiranku mulai berpikir aneh, karena bisa saja ternyata Ia yang ingin membunuhku dan mengatakan bahwa ini adalah kasus bunuh diri.

"Mana kartu karyawanmu? Buka kan pintunya dengan kartumu." Perintahnya begitu kami menghadap pintu kaca yang menjadi pintu masuk ke rooftop.

"Tunggu, anda sedang tidak berencana untuk mendorong saya dari atas sini dan mengatakan itu adalah kasus bunuh diri bukan?"

Wajar bukan aku mewaspadainya, karena ini sangat aneh. Kedatangannya tiba-tiba ke kantor ini lalu mengajakku ke rooftop dan menyuruhku membukanya dengan kartu karyawanku di saat mungkin Ia sendiri memiliki akses bebas di gedung ini.

Tetapi yang aku dapatkan adalah senyuman konyol dari wajahnya. "Kau terlalu banyak menonton drama, dasar orang tua."

Aku menatapnya dengan tatapan yang tajam dan mengintimidasi. Aku hanya bersikap waspada dan berusaha melindungi diriku sendiri sekarang ini, aku sangat tidak suka dengan kalimatnya baru saja.

Red LinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang