"Ya! Oh Sehun, kalau sudah datang kau harus masuk untuk apa hanya berdiam diri di depan pintu seperti itu?"
Jinri membuatku terkejut dengan muncul di belakangku dan kemudian menekan kode pintunya dan membiarkanku masuk.
"Ada apa? Tanpa pemberitahuan?" Tanyanya pelan.
"Kau dari mana?" Aku berusaha mengalihkan pembicaraan ini.
"Belanja, bahan makananku habis." Jawabnya seraya menunjukkan kantung plastik yang Ia bawa padaku. "Ada apa?" Ia kembali bertanya.
Bisakah aku bicara ini padanya? Lidahku terasa sangat kelu sekarang, aku tidak sanggup untuk membicarakan ini padanya.
"Hey, kenapa?" Jinri melihatku yang daritadi hanya diam mematung menatapnya dengan sedih. Kemudian, Ia berjalan menghampiriku dan memelukku erat.
"Pasti semua ini berat untukmu ya." Ujarnya yang berada dalam dekapanku. "Tidak apa-apa Sehun, ceritakan padaku semuanya. Aku akan mendengarkanmu."
Bagaimana caraku memulai pembicaraan ini dengan Jinri? Aku sungguh tidak sanggup untuk mengatakan semua ini.
Jinri melepaskan pelukannya lalu menuntunku untuk duduk di sofanya dan aku hanya mengikuti tanpa membantah satu kata pun.
"Jinri-ya."
"Hmm."
Walaupun Ia menjawab dengan gumaman tetapi matanya dengan lekat menatapku tidak lupa dengan senyum di bibirnya yang aku rasa setelah aku ceritakan semua ini tidak akan ada lagi senyum di wajahnya.
Ayo Oh Sehun segera katakan, katakan padanya bahwa kau adalah seorang pengecut yang tidak bisa menolak permintaan ibumu. Katakan padanya bahwa dengan berat hati kau harus meninggalkannya. Katakan padanya bahwa kau akan menikahi wanita lain bukan dirinya. Katakan padanya bahwa kau adalah pria brengsek yang sama sekali tidak pantas untuk mendampinginya. Katakan Oh Sehun katakan saja semua itu padanya sekarang.
Pikiranku benar-benar bergejolak saat ini, hatiku benar-benar tidak ingin aku mengatakan itu semua. Tapi otakku terus berusaha menggerakan lidahku agar kata-kata tadi terucap lewat bibirku.
"Demi Tuhan Oh Sehun! Apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan? Aku benar-benar tidak sabar menunggumu bicara." Jinri berdiri lalu berjalan ke arah dapur.
Bukan mengejar aku hanya bisa diam melihatnya sedang memasukkan bahan makanan yang tadi Ia beli ke dalam lemari pendingin.
"Kau tidak perlu mengatakannya kalau memang kau tidak ingin, bicaralah saat kau siap." Ujarnya lagi.
"Jinri-ya." Sekali lagi aku memanggilnya.
"Aku..."
Aku memberi jeda untuk diriku sendiri mengambil napas agar aku berusaha untuk tenang. "Aku minta maaf Jinri." Lanjutku.
Jinri menoleh ke arahku sebentar kemudian Ia melanjutkan lagi aktifitasnya tadi. Aku memakai kesempatan ini untuk berbicara lagi padanya.
Mungkin aku memang benar-benar pengecut sampai tidak berani mengatakannya saat Jinri memberikan seluruh atensinya padaku.
"Kau tahu kan aku harus menikah dengan wanita pilihan Ibuku?" Aku tidak perlu jawaban darinya karena aku sendiri sudah tahu jawaban Jinri. "Aku benar-benar harus menikah dengannya Jinri-ya."
Sekecil mungkin aku volume yang aku keluarkan untuk mengucapkan kalimat barusan. Aku berharap Jinri tidak mendengarnya, tapi harapanku memang tidak pernah terkabul karena Jinri mendengarnya dengan sangat jelas.
Karena saat ini Jinri berjalan menghampiriku dan memegang kedua tanganku lalu kemudian menatapku dengan tersenyum. "Aku tahu bagaimana akhir hubungan kita sejak awal kita memulai hubungan ini." Ucapnya yang semakin membuatku merasakan sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Lines
FanficBerawal dari kesalahan Oh Sehun yang asal menyetujui sebuah ikatan pernikahan yang diajukan oleh ibunya. Membuat Sehun merutuki tindakan bodohnya sendiri. Sehun yang sudah cukup lama bersama kekasihnya kini menjadi dilema. Apakah Ia harus terus meng...