Sudah satu minggu sejak Oh Sehun mengunjungiku di kantor dan aku juga akhirnya sedang mengambil cuti paksa yang diberikan oleh Pak Baekhyun karena Ia juga sedang cuti dengan keluarganya.
Maka dari itu waktu cuti aku habiskan untuk bersama Minhyung seperti mengantar dan menjemputnya sekolah, berjalan-jalan ke taman bermain, pusat perbelanjaan membeli beberapa pakaian baru untuk Minhyung.
Begitu menggemaskan melihatnya kini sudah cukup besar untuk mengerti dan bisa memilih apa yang Ia inginkan. Biasanya aku yang memilihkannya pakaian tapi lihat sekarang Ia sudah bisa memilih pakaiannya sendiri.
Tidak kuasa aku hingga mengeluarkan ponselku dan memotret Minhyung yang sedang asik memilih. "Ibu jangan foto aku." Lihat bahkan Ia sudah bisa protes padaku karena memotret dirinya.
"Ibu sudah lama tidak memotretmu, sekarang kau melarang Ibu?"
"Baiklah satu kali saja ya." Ucapnya dengan wajah yang sedikit terpaksa, sungguh lucu. Aku mengangguk dan tersenyum padanya kemudian Minhyung langsung saja berpose agak kaku memang tapi itulah bagian yang menggemaskannya dan aku tidak mungkin melewatkan momen ini.
Setelah berbelanja beberapa pakaian aku memutuskan untuk makan siang bersama Minhyung di food court pusat perbelanjaan ini.
Minhyung memutuskan untuk memakan pasta dan kalau begitu aku hanya akan mengikuti keinginannya. Kami kemudian mengobrol sedikit sambil menunggu makanan kami datang.
"Ibu, jadi kapan kau dan Ayah Sehun akan menikah?" Andai saja aku sedang minum pasti akan aku semburkan semua air yang ada di dalam mulutku ini, begitu mendengar pertanyaan dari Minhyung barusan.
"Hei, bagaimana kau bisa bertanya seperti itu? Dan apa yang kau bilang tadi? Ayah Sehun?"
Selembut mungkin aku bertanya pada Minhyung agar tidak terdengar bahwa aku tidak menyukai sama sekali panggilan tersebut.
"Nenek yang menyuruhku untuk memanggil Paman sebagai Ayah, aku pikir Ibu juga akan menyuruhku memanggilnya Ayah. Apa Ibu tidak suka?"
Aku tersenyum kemudian mengelus pipi Minhyung yang sedikit gemuk ini. "Ibu bukan tidak menyukainya sayang, Ibu hanya tidak terbiasa mendengar kau memanggil seseorang dengan panggilan itu."
"Lalu aku harus memanggilnya Paman atau Ayah, Bu?" Aku terkekeh mendengar pertanyaan polos dari anakku sendiri ini. "Terserah padamu, tapi lebih baik kau panggil saja Paman karena Ibu dan Paman Sehun belum menikah." Dan tidak akan pernah menikah. Lanjutku dalam hati sendiri.
"Baiklah." Ucapnya sedikit tidak peduli dengan apa yang baru saja aku ucapkan padanya.
Begitu makanan kami berdua datang aku dan Minhyung langsung makan tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Karena aku selalu mengajarkan Minhyung untuk tidak berbincang selama makan terlebih jika masih ada sisa makanan di dalam mulut karena itu sangat tidak sopan.
Mungkin aku memang masih tergolong muda bahkan sangat muda saat melahirkan Minhyung tapi benar apa kata orang jika anak telah lahir maka naluri alami seorang Ibu akan keluar begitu saja. Contohnya aku pada Minhyung, sejak Minhyung lahir hingga sebesar ini akulah yang merawat dan membesarkannya seorang diri tanpa bantuan siapapun.
Hanya ada aku yang selalu berada di sisi Minhyung saat Ia sedang belajar banyak hal. Saat Ia pertama kali melangkahkan kakinya hingga sudah pandai berlari, saat Ia mengucapkan kata pertamanya 'Ibu' hingga Ia sudah banyak mengenal suku kata, saat Ia belajar mengendarai sepedanya dan juga belajar berenang, hanya ada aku di samping Minhyung.
Dan aku bersumpah tidak boleh ada siapapun lagi yang berada di samping Minhyung sampai saat nanti Ia menikahi perempuan yang Ia cintai. Tidak boleh ada orang lain, karena hanya aku yang mengetahui bagaimana Minhyung melawan dunia nantinya, hanya aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Lines
FanfictionBerawal dari kesalahan Oh Sehun yang asal menyetujui sebuah ikatan pernikahan yang diajukan oleh ibunya. Membuat Sehun merutuki tindakan bodohnya sendiri. Sehun yang sudah cukup lama bersama kekasihnya kini menjadi dilema. Apakah Ia harus terus meng...