14. Mulai

372 51 14
                                    

Aku sudah pernah memberitahu Seungwan sebelumnya untuk tidak menyulut emosiku terlebih soal Jinri, tapi Ia tidak mendengarkanku ternyata.

Kejadian di Mall tadi benar-benar membuat darahku mendidih namun aku masih harus memendam amarahku karena ada Minhyung, aku tidak ingin anak ini mendengar Ayah dan Ibunya bertengkar, terlebih karena wanita lain.

Sampai di rumah, Seungwan langsung memasak untuk kami tapi berbeda dengan suasana biasanya. Kali ini, aku lebih banyak diam begitu juga Seungwan hanya sesekali menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Minhyung saja.

"Eat more Minhyung." Ucap Seungwan ketika melihat Minhyung terlihat akan menyelesaikan makanannya padahal piringnya masih penuh.

Minhyung menggelengkan pelan kepalanya.

"Mom, you need to talk with dad. I won't disturb you both, I'm in my room if you need me for something."

Aku sungguh tercengang Minhyung bisa berkata seperti itu. Anak ini terlalu peka dengan keadaan, Seungwan pun tidak jauh berbeda denganku. Mungkin, Ia juga baru melihat sisi Minhyung yang seperti ini.

Ketika Minhyung sudah memasuki kamar dan terdengar suara kunci yang diputar, aku langsung saja melihat Seungwan yang sekarang sedang merapihkan meja makan.

"Minhyung benar, we need to talk Seungwan." Aku menegurnya, hanya untuk mengingatkan kejadian di Mall tadi.

"Later, after I'm done with the dishes." Jawabnya.

Lima belas menit berlalu, Seungwan telah selesai dengan piring kotornya kemudian Ia menghampiriku di kamar.

"Kalau kamu hanya ingin menegurku masalah Jinri tadi di Mall, aku tidak akan minta maaf karena aku melakukan hal yang benar." Ujar Seungwan yang membuatku semakin marah.

"Benar dari mana?" Nadaku sedikit meninggi hampir juga membentak Seungwan.

Aku menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan sedikit diriku sendiri. "Apa yang kau lakukan tadi itu keterlaluan Seungwan." Jelasku.

"Aku tidak melihat adanya sikapku keterlaluan tadi, di mana bagian yang kau anggap aku terlalu berlebihan? Saat aku datang seperti biasa aku mencium pipimu dan Minhyung, apa itu berlebihan? Saat aku mengajak kalian pulang dengan bilang ingin memasak untuk kalian apa itu juga berlebihan untukmu? Atau karena aku bilang kalian keluargaku itu terlihat berlebihan?"

Seungwan bertanya dengan nada terisak, entah kenapa tapi hatiku sakit melihatnya seperti itu. Amarahku soal perlakuan Seungwan terhadap Jinri tiba-tiba meluap begitu saja tergantikan dengan rasa sesak di dadaku melihat Seungwan terisak seperti ini.

Tanpa aba-aba aku langsung memeluk Seungwan erat, bersamaan dengan itu tangisan Seungwan pecah membuat dadaku semakin sesak mendengar Ia menangis seperti ini.

Apa yang sudah aku pikirkan?

Bukankah sudah jelas aku dan Jinri telah berakhir, Seungwan tidak salah Ia melakukan hal yang benar. Jika saja Seungwan tidak datang tadi mungkin aku akan terbawa suasana tadi dan melakukan hal yang lebih dengan Jinri.

"Maafkan aku Seungwan." Ucapku yang masih memeluknya erat, kali ini Seungwan membalas pelukanku.

"Tidak, aku yang seharusnya minta maaf mungkin benar aku salah. Aku salah telah menganggapmu sebagai benar-benar suamiku dan Ayah Minhyung di saat kau hanya terpaksa menikahiku."

Mendengar hal itu aku langsung melepas pelukanku padanya. Seungwan tidak melihatku, Ia menundukkan kepalanya.

"Bicara apa kau? Aku benar suamimu dan aku benar Ayah Minhyung saat ini. Mungkin aku belum dapat mencintaimu sebagaimana layaknya suami mencintai istrinya tapi Seungwan percaya padaku, biarkan aku belajar mencintaimu dan Minhyung demi keluarga kita."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Red LinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang