6. Kacau

647 115 6
                                    

Didiamkan semakin lama hariku menjadi semakin buruk saja. Hanya karena satu permasalahan bodoh yang berasal dari orang bodoh juga dan berakhir membuatku menjadi bodoh.

Bagaimana tidak? Aku bahkan lupa kalau atasanku memintaku untuk mengosongkan jadwalnya untuk sepuluh hari ke depan, tetapi aku malah menyetujui pertemuan di beberapa hari.

Baiklah, aku siap dipecat untuk kesalahanku ini. Dan jika aku dipecat Ibuku akan semakin senang dan menyuruhku untuk cepat menikah dengan orang bodoh.

Ah, lagi-lagi aku harus mengatakan bahwa Ia adalah orang bodoh. Harusnya aku tidak boleh seperti ini, tidak baik sama sekali. Tapi bagaimana bisa karena semua masalah ini memang asalnya dari laki-laki itu.

Membuatku geram saja.

Dan akibat kelalaianku di sinilah aku, berdiri di depan ruangan pak Baekhyun untuk melakukan pengakuan dosa. Aku terus saja menghirup napasku dalam-dalam, bagaimana ini. Aku terus saja gelisah sendiri ingin mengetuk pintunya tapi perasaan takut masih menyelimutiku.

Sampai akhirnya pintu itu terbuka sendiri dan yang punya ruangan memperlihatkan batang hidungnya. Ia cukup terkejut saat melihatku berdiri di depan pintu ruangannya.

"Ah Seungwan, kau mengejutkanku." Ucapnya seraya mengelus dadanya karena aku membuatnya terkejut.

Alih-alih menjawab aku hanya bisa tersenyum dengan banyak perasaan bersalah yang aku rasakan sekarang. Pak Baekhyun melihatku dengan seksama sekarang.

"Ada apa? Ada sesuatu yang ingin kau bicarakan padaku?" Selidiknya tapi aku malah menggelengkan kepalaku cepat.

"Tidak ada." Ucapku kemudian.

"Ya sudah, kalau begitu bisakah kau berdiri sedikit ke sebelah kanan? Aku ingin pulang."

Kakiku mengkhianatiku Ia tidak mau bergerak sekarang. Tuhan aku harus bagaimana ini, tolong bantu aku Tuhan.

"Seungwan?"

"Ah iya Pak, maaf."

Akhirnya kakiku kembali bisa aku gerak kan dan Pak Baekhyun melewatiku berjalan menuju elevator yang akan membanya turun.
Aku hanya akan pasrah sekarang, mungkin besok aku bisa memberitahunya dan mengumpulkan kekuatanku hari ini.

Tetapi sedetik setelah aku berpikir seperti itu Pak Baekhyun menoleh lagi ke arahku dan kembali mengamati diriku.

"Kau benar baik-baik saja Seungwan?"

"Ah ya, saya baik-baik saja. Memangnya kenapa?" Aku kembali memberikan senyum aneh padanya.

"Tidak, kau sedikit aneh sekarang dan lagi kenapa tidak bergegas untuk pulang? Apa kau ingin lembur? Memang aku memberimu banyak pekerjaan hari ini?"

Ia terlihat sedang berpikir, mungkin mengingat kembali apa dia memberiku banyak pekerjaan atau tidak hari ini. Sejujurnya, hari ini Ia sama sekali tidak memberikanku banyak pekerjaan tetapi aku mengacaukan pekerjaan tersebut.

Bodohnya kau Son Seungwan!

"Eh— ti- tidak Pak, ini aku ingin pulang." Ujarku terbata-bata.

"Ya kau harus cepat pulang jangan terlambat nanti anakmu menunggu terlalu lama, aku saja sudah rindu pada Baejiku terlebih dengan ibunya." Guraunya, Ia memang selalu memberikan pernyataan tersirat padaku kalau Ia sangat menyayangi anak dan istrinya.

Satu-satunya alasan jika aku ingin menikah nanti adalah jika aku sudah menemukan pria seperti Pak Baekhyun ini. Selain pintar dia juga pria yang bertanggung jawab juga sangat penyayang dan peduli dengan sesama manusia tanpa pandang bulu.

Red LinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang