Waspada

12 1 0
                                    

Sore hari tepatnya waktu dimana matahari akan terbenam dari upuk timur, Albert sudah stand By di depan muka rumah Hana karena mengantarkan pulang, terlihat di depan rumah Hana terpajang mobil Lamborgini dan satu buah motor Ninja 4 tak yang tak asing lagi pemiliknya, dengan sunyuman manis yang merah merekah Albert berpamitan kepada Hana."kalau ada apa-apa hubungin aku aja ya ?" Ucap Albert ketika Hana memasuki rumahnya dan di balas dengan senyuman ples anggukan yang pelan.

Kejadian tak terduga kembali terjadi, saat Albert telah mengantarkan Hana pulang, tiba tiba ada beberapa orang mencegatnya tak jauh dari Hana, mungkin ada lima orang yang menahannya dengan muka yang di tutup slayer dan senjata tajam di tangannya, Albert yang melihat menjadi terkejut, mengapa saat ini masih ada saja yang mengancamnya, apa yang sebenarnya mereka mau, pikir Albert, motor yang Albert pakai kini telah ia matikan mesinnya, helm full face yang ia gunakan telah ia lepas seutuhnya, dengan berani Albert maju kedepan berhadapan langsung dengan 5 penjagalnya tersebut, karena tak ada gunakannya kali ini ia lari, percuma pasti mereka mengejar, jadi mau tak mau albert harus menghadapi semuanya toh... Hana kali ini sudah berada ditempat yang aman.

"Kalian sebenarnya siapa ?" Tanya Albert kini ia telah terkurung dari sekumpulan orang bersyaler tersebut dengan membentuk lingkaran.

"Lu enggak perlu tau siapa kita." Kata salah satu dari mereka.

"Mau kalian apa sih... kenapa dari disekolah tadi selalu ngincer gua ?" Tanya Albert kini ia sudah mengambil kuda-kuda silat betawi andalannya.

"Dendam lama yang sempat tertunda." Jawab salah satu penjegal lagi yang kini mereka sudah siap dengan sajam mereka masing-masing, mulai dari pedang, pisau hingga samurai kini telah terurai dan tergesek ngilu di jalanan.

"Siapa yang merintahin kalian ?" Albert kembali bertanda kini ia sudah mulai was was karena musuh telah siap menyerang.

"Lu... enggak perlu tau..., yang terpenting kali ini lu harus mati Albert El Bara." Para Penjegal tersebut langsung menyerangnya.

Perkelahian tak terhindarkan, di jalanan sepi dan matahari sudah mulai menepi pertanda hari sudah mulai gelap, dengan sigap Albert mengindar dari serangan mereka, kali ini ia sedikit terancam karena, para musuhnya masing-masing menggunakan senjata tajam, tapi tak masalah tak ada kata takut baginya, walaupun kali ini ia kalah jumlah lima melawan satu tapi ia bisa membalikkan keadaan menghindar dari serangan, melumpuhkan senjata tajam yang musuh gunakan.

"BUK." Satu persatu para penjagal tersebut jatuh tersungkur ketanah, karena mereka kali ini sudah kalah.

"Jangan ganggu gua lagi... njing ?" Nada Albert sepertinya ia sangat marah.

"Kalau lu semua masih ganggu gua lagi, liat aja lu bakal gua habisin lu lu pada, bilangan sama bos lu mending duel, kaga usaha jadi banci kayak gini." Tatapan Albert kini sangat tajam emosinya pun sudah tak tertahan.

"BUK... satu tendangan bersarang di kepala salah satu penjagal tersebut.

Albert pergi dari tempatnya sekarang untuk menghindari serangan susulan yang bisa saja datangnya dadakan.

***

"Klik." Albert membuka pintu rumahnya, dan langsung melempar tasnya ke arah kursi ruang tamu yang pada saat itu ada Robby yang sedang berantairia dengan membaca novel."Duh...apaan nih, lempar lempar sembarangan, mau gua gibeng lu."Ucap Robby sewot ketika terkena lemparan tas yang di lakukan oleh Albert, tapi ya seperti biasa Albert yang masih emosi tak menanggapinya, ia langsung berjalan menuju kamarnya, Robby yang melihat langsung curiga dengan adiknya tersebut."Kenapa tuh bocah diam diam bae."Ucap Robby bangkit dari tempat duduknya langsung menyusul Albert yang menuju kamarnya, sebelum Albert masuk kamar Robby menahannya menatap keseluruh tubuh Albert yang pakaiannya terlihat kumal ples berantakan, sementara mukanya terlihat babak belur bentol-bentol biru tak terhindarkan dan sedikit darah di kening dan ujung bibirnya."Kenapa lu al... muka lu bonyok kayak gini ?" Robby menatap keharanan tak percaya dengan apa yang kinu terlihat dari adiknya tersebut.

SCHOOL HOOLIGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang