Pernahkah dalam dirimu, merasakan benci pada semua orang sehingga ingin pergi jauh dari kehidupan ini?
Pernahkah kau merasakan rasanya terkekang walaupun itu demi kebaikanmu sendiri?
Atau, pernahkah kau menyia-nyiakan seseorang lalu menyesal hingga terpuruk dikemudian hari?
Ya.
Aku merasakan semua hal itu.
Dan, inilah awal dimana semua itu terjadi. Dimana hidup yang terasa kelam akan berubah cerah dan kembali meredup akibat kelalaianku sendiri.
~♤♤♤~
Yang Jeongin, pemuda manis dengan gigi berhiaskan kawat gigi. Satu-satunya pewaris perusahaan milik kedua orang tuanya. Sempurna? Tentu, siapa yang tidak memuja dirinya? Bahkan, baik pemuda maupun gadis berlomba untuk mendekati dirinya. Sayang, pemuda berkawat gigi itu hanya menolak mereka semua secara halus.
Pastinya, akan tiba dimana waktinya seseorang telah tumbuh dewasa. Begitu juga dengan Jeongin, sebentar lagi umurnya akan menginjak 20 tahun. Sudah merupakan umur yang cukup untuk berkomitmen --menurut orangtuanya-- karena itulah, mereka memutuskan menjodohkan Jeongin dengan sahabat kecilnya.
Malam ini, merupakan moment sekaligus pertemuan pertama kali sejak mereka berdua dewasa. Pertemuan mereka kali ini mengundang wajah takjub dari keduanya. Saling mengagumi satu sama lain.
"Hyunjin, Jeongin, mau sampai kapan kalian bertatapan seperti itu?" Suara lembut milik ibu Jeongin menginstrupsi mereka berdua. Memutus kontak mata berdurasi panjang tersebut.
"Ya, sebaiknya kita langsung ke intinya saja." ucap Ayah Hyunjin. "Kami sudah sepakat, pernikahan kalian akan dilaksanakan dua bulan lagi. Ada yang keberatan?" Jeongin mengacungkan tangannya.
"Ada apa sayang? Apa kau tidak setuju?" tanya ibunda Jeongin cemas. "A-aku tidak terlalu setuju karena aku sama sekal belum mengenal Hyunjin kembali." tutur Jeongin jujur.
"Tentu saja, selama dua bulan tersebut kalian akan menggunakannya untuk pendekatan. Jelas?" Jeongin dan Hyunjin sama-sama mengangguk tanda setuju.
Seusai makan malam, Jeongin memilih untuk menikmati angin malam di balkon restoran. Dipejamkannya matanya hingga seseorang menyampirkan jas di bahunya.
"Kau bisa kedinginan." ucap Hyunjin membenarkan letak jas pada tubuh kurus Jeongin. "Terimakasih atas perhatiannya." balas Jeongin.
"Bukankah aku memang harus perhatian dengan calon istriku?" senyum Hyunjin mengembang, membuat Jeongin sedikit merona. Jujur, dirinya sedikit terpesona dengan ketampanan seorang Hwang Hyunjin.
"Jeongin." panggil Hyunjin.
"Kau sangat manis, aku suka. Aku jadi tidak sabar menunggu selama 2 bulan ini." Hyunjin kembali tersenyum dibalas senyuman manis oleh Jeongin yang membuat jantung Hyunjin berdetak kencang.
"Aku juga tidak sabar." jawab Jeongin.
Disini semuanya berawal.. cerita akan rasa sakit perjuangan cinta sejati. Jadi bisakah kita memulainya?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC or no?
KAMU SEDANG MEMBACA
Why?
FanfictionMengapa mencintaimu rasanya harus sesakit ini? Hwang Hyunjin x Yang Jeongin BxB slight ; Chanmin some chapter with mature content skip if you not like Cover by : Hyesoul