Thirth

236 35 4
                                    

Malam telah semakin larut, karena jam sudah menunjukan pukul 1. Dengan sangat pelan, Jeongin bangkit dari kasur serta menjauhkan lengan Hyunjin dari pinggangnya. Terduduk sejenak, melihat keadaan. Setelah merasa aman, Jeongin langsung menyambar jaket serta celana jeansnya. Cepat-cepat keluar dari rumah sebelum Hyunjin tersadar.

~♤♤♤~






Sebuah gang kecil tak begitu jauh dari komplek perumahan. Sekilas, terlihat seperti tempat kumuh. Tetapi, jika kau masuk kedalamnya disana akan terdapat sebuah tempat persis seperti bar namun dengan fasilitas lebih banyak karena itu adalah milik pribadi. Jeongin melangkah masuk kedalam seakan sudah biasa masuk kedalam tempat itu, menatap jengah pemandangan pertama yang menyambutnya.

"Heol, bisakah kalian menahan hormon kalian sekali saja?" sontak mendengar seruan Jeongin kedua sejoli itu langsung saling mendorong menjauhkan diri setelah sebelumnya berciuman panas.

"Tumben kau datang." ucap pemuda bersuara berat --Felix-- dan disampingnya ada pemuda menatap sengit Jeongin yang tak lain adalah kekasihnya --Changbin--

"Kebetulan, dia tertidur sangat pulas. Jadi, aku bisa keluar." jawab Jeongin. "Dimana Chan dan Minho hyung?" Tanya Jeongin.

"Chan, kau tau sendiri dia sedang sedikit sibuk mengurus bisnis sedangkan Minho, dia mengantar Jisung pulang nanti pasti kembali." balas Felix menuangkan vodka serta menyiapkan vape untuk Jeongin.

Memang, Jeongin bukanlah anak polos seperti yang semua orang pikirkan.

Dia telah menipu semua orang.

Menjadi seorang anak dari pebisnis sukses membuat Jeongin menjadi kehilangan kasih sayang orang tua. Hidupnya hanya dimanjakan dengan uang dan dituntut menjadi seorang yang sempurna oleh kedua orang tuanya.

Ia sangat muak dengan semua itu.

Dan, dia benci dengan semua itu.

Karena itulah, Jeongin memilih untuk bergabung kedalam dunia yang liar sebagai pelampiasan. Disini, dia merasakan kebahagiaan walaupun tanpa campur tangan seorang keluarga. Dia tidak pernah mengenal apa itu keluarga. Itu juga menjadi faktor mengapa Jeongin setuju dijodohkan oleh Hyunjin, agar ia bisa bebas dari dikekang orang tua yang bahkan tak pernah ikut andil dalam masa pertumbuhannya.

"Wow, jadi lo udah tinggal sama dia?" ledek Changbin.

"Cuman sehari doang, besok udah pulang." Jeongin menyesap vapenya.

"Lo tidur sama dia kan? How a bitch." Kekeh Changbin.

"Shut up your mouth bastard! Gue gak sejalang itu." desis Jeongin.
















Pagi menjelang, Hyunjin membuka matanya. Meraih sesuatu disampingnya namun tidak ada, si manisnya telah bangun terlebih dahulu rupanya. Hyunjin keluar dari kamar menuju dapur, rupanya Jeongin ada disana sedang memotong sesuatu.

"Pagi honey." Hyunjin mengecup pipi Jeongin serta memeluknya dari belakang.

"Pagi kak, mandi dulu sana. Bentar lagi sarapannya selesai." Hyunjin menggeleng pelan.

"Gak mau, mau lihat kamu masak."

"Tapi kamu bau kak, mandi dulu ya? Entar aku masak lagi deh buat makan siang biar kamu lihat." tawar Jeongin.

"Oke, tapi cium." Hyunjin menunjuk bibirnya.

Chu~

"Udah sana! Mandi yang bersih ya kakak sayang." Jeongin mendorong Hyunjin masuk kamar mandi.

Drrrtt..drrttt..

Ponsel Jeongin bergetar menandakan adanya pesan masuk, dengan cepat Jeongin mengambil ponselnya. Senyumnya mengembang setelah membaca pesan tersebut.

From : LovelyChan💞

Aku dengar hari ini ada festival dan Woojin mempromosikan kafenya hari ini.

Menghabiskan seharian penuh untuk melihat festival dan berkunjung di kafe baru Woojin adalah ide yang bagus bukan? Aku menjemputmu pukul 11 nanti.

Sampai ketemu nanti, My sweetheart💕








~♤♤♤~








"Kakak gak kerja?" tanya Jeongin sambil menata nasi goreng diatas meja makan. "Kan ini hari sabtu honey, jadi aku mau habisin waktu seharian sama calon istri aku." jawab Hyunjin seraya mengusak rambut Jeongin. Yang lebih muda sedikit tersentak, dia pikir Hyunjin akan pulang pagi ini.

"Umm.. tapi kak, aku mau pergi sama temen." bohong Jeongin. Hyunjin menatap dengan tatapan sedikit kecewa hingga akhirnya tersenyum kembali.

"Gapapa deh, kakak nunggu kamu pulang aja. Jangan lama-lama ya?" Jeongin mengangguk, sebelum akhirnya saling menikmati sarapan masing-masing. Diam-diam seseorang menyunggingkan senyum miring. Aku yakin, kalian dapat menebaknya.

"Lagian, siapa juga yang sudi berduaan sama lo seharian?"








Terkadang, dunia terasa kejam karena tak semua yang terlihat baik benar-benar tulus
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.



TBC

Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang