Mengapa mencintaimu rasanya harus sesakit ini?
Hwang Hyunjin x Yang Jeongin
BxB
slight ;
Chanmin
some chapter with mature content skip if you not like
Cover by : Hyesoul
Pesta pernikahan mereka berlangsung meriah, semua orang terlihat bahagia menyambutnya. Kecuali mungkin Jeongin, dia bahagia sekaligus dengan setengah hati menjalani pernikahan ini. Disatu sisi, dia ingin kebebasan dan disatu sisi lagi dia masih mencintai Bangchan. Sekarang, Jeongin masih termenung seraya melihat pemandangan kota jogja dimalam hari. Ya, orang tua Hyunjin yang telah memesan tiket serta memilihkan tempat untuk berbulan madu di Yogyakarta ; Indonesia.
"Kenapa diem aja honey? Gak suka kesini ya?" ucap Hyunjin memeluk Jeongin dari belakang sesekali mengecup tengkuknya. "Engga kok, aku cuman capek doang." senyum Jeongin. Hyunjin ikut tersenyum mengecup pelan kening milik istrinya.
"Kamu tau? Aku bahagia banget bisa milikin kamu."
"Kenapa?"
"Karena kamu, udah ngajarin aku bahwa cinta pandangan pertama itu benar adanya." bisik Hyunjin. Diliriknya jam dinding sudah memasuki pukul 8 malam dan Jeongin belum memakan apapun.
"Kakak cari makanan dulu, kamu tunggu sini ya?" Jeongin mengangguk, membiarkan suaminya mencari makanan.
"Cih, Why do you so silly Hwang? Cinta pandangan pertama katanya." remeh Jeongin.
~♤♤♤~
Bangchan sedikit menggerutu, kepalanya terasa sakit akibat terlalu banyak menelan minuman beralkohol. Dia sangat frustasi, ketika mengetahui bahwa kekasihnya telah menikah dengan orang lain hari ini.
"Sial." umpatnya. Kepalanya berputar menyebabkan dirinya harus menepikan mobilnya padahal tinggal berbelok dia sudah sampai di kawasan rumahnya. Chan membuka jendela agar sedikit menghirup udara segar, jalanan seoul masih cukup padat meskipun sudah akan memasuki tengah malam. Beberapa menit bergeming dengan pikirannya, Chan mendengar sebuah isak tangis. Mendadak dia merinding, tak mungkin ada hantu bukan?
Memberanikan dirinya, Chan keluar dari mobil untuk mencari tahu. Suara isak tangis itu semakin keras.
"Siapa itu? Keluarlah." seru Chan. Isakan tangis itu berhenti. Perlahan, memperlihatkan dirinya dari balik pohon. Sosok mungil dengan hoodie kebesaran dan bahu bergetar, Chan mendekati sosok itu hingga ia mendongak. Chan sedikit terpesona kala wajah manis itu terkena sinar lampu jalan sehingga kecantikannya terlihat.
"Apa yang kau lakukan disini? Mengapa menangis?" tanya Chan lembut.
"A-aku sangat takut, dan aku tidak tahu harus kemana lagi. Aku tidak mau kembali kerumah." lirihnya, sangat kentara masih ketakutan. Chan jadi sedikit iba.
"Kau mau ikut pulang denganku?" tawar Chan.
"Apa boleh?"
"Tentu saja boleh, namaku Bangchan. Siapa namamu cutie?"
"Seungmin, Kim Seungmin." ucapnya sambil tersenyum.
"Okay Seungmin, from now you are my baby and i'm your daddy."
Chan tak tahu, mengapa secara spontan mulutnya berkata seperti itu. Dan lebih gilanya lagi, Seungmin mengangguk tanda setuju akan perkataannya.
Tepat pukul 9 pagi, Jeongin dan Hyunjin mengunjungi pantai Indrayanti terletak di gunung kidul. Suasananya tak begitu ramai serta spot yang cukup indah dan romantis memanjakan mata kedua pasangan pengantin baru ini. Bahkan Jeongin tak bisa berkedip sedikitpun melihatnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Indah banget, kayak kamu." Hyunjin memeluk istrinya dari belakang seraya mengecupi tengkuknya. "Kak, ayo jalan-jalan lagi." rengek Jeongin, berjalan mendahului Hyunjin hingga tak sengaja menabrak seseorang.
"Akh! Kalo jalan, lihat-lihat dong!" Jeongin mendongak, oh tidak mengapa dia harus bertemu dengannya.
Shin Ryujin, rivalnya.
"Jeongin?" Ryujin tak datang sendirian, dia bersama temannya. Wanita itu memperhatikan Jeongin hingga Hyunjin datang. Mengalihkan sejenak atensinya.
"Kamu gapapa honey?" tanya Hyunjin cemas, diliriknya si penabrak istrinya.
"Oh hai, aku teman Jeongin. Shin Ryujin." Wanita itu tersenyum mengulurkan tangan ke Hyunjin.
Cih, dasar penipu.
"Hwang Hyunjin." balas Hyunjin. Hyunjin melirik lengan Jeongin yang sedikit terluka, bergegas pergi sebentar mencari plester luka.
"Well, setelah Bangchan kuakui seleramu bagus juga littlebitch." Jeongin menatap Ryujin secara nyalang, dia ingat betul tatkala gadis itu menjambak brutal rambutnya hanya karena kalah dalam balapan yang dibalas tendangan telak oleh Jeongin.
"Hyunjin! Bisakah aku minta tolong sebentar?" Ryujin langsung menghampiri Hyunjin yang telah kembali diikuti temannya menatap mengejek kepada Jeongin.
"Mau bermain-main rupanya." Jeongin tersenyum miring, jangan kira dia akan kalah begitu saja. Didekatinya Ryujin, lalu menendang betisnya dalam keadaan memakai rok selutut. Jeongin adalah penendang handal bisa dipastikan sangat ngilu rasanya. Dia tak peduli akan dicap kasar pada wanita atau apapun, yang jelas dia tak akan kalah secepat itu. Ryujin meringis kesakitan, sedangkan temannya dan Hyunjin membola kaget.
"Maaf, aku tidak sengaja. Sakit ya? Tenang saja suamiku sudah membelikan plester untukmu." Meletakkan plester ditangan Ryujin sambil tersenyum penuh kemenangan.
"Maaf juga, aku dan suamiku ini sedang bulan madu. Jadi, kami butuh waktu berduaan saja. Permisi." Jeongin langsung menarik lengan Hyunjin menjauhi dua gadis tersebut.
~♤♤♤~
"Kenapa diem aja? Mau pulang?" bingung Jeongin. Pasalnya, Hyunjin si tukang berceloteh hilang tanpa sebab menjadi pendiam.
"Aku gak nyangka aja, ternyata istriku seseram itu ketika cemburu." Jeongin tertawa pelan.
"Makanya, kamu jangan macam-macam sama aku kak." Jeongin menyubit hidung Hyunjin. Hyunjin ikut tertawa, membawa Jeongin duduk dibawa pohon.
"Jeongin, kenapa kamu mau nerima aku?" tanya Hyunjin spontan. Jeongin nampak berpikir, lalu kembali menoleh. "Karena kamu tampan." Hyunjin kembali tertawa. "Berarti kamu gak cinta aku dong?" Jeongin menggeleng cepat. "Cinta kok!"
"Kalau aku, nerima kamu karena aku yakin kamu orang pertama dan terakhir yang bakal ngisi hari-hari aku sampai tua nanti." ucap Hyunjin sebelum menyatukan kedua belah bibir mereka.
Tampaknya, aku tak perlu bekerja keras karena kau telah jatuh dalam permainanku.