Kata-kata siap diluncurkan tapi sesuatu menahannya. Ada dua orang di dalam tubuhku yang bertolak belakang. Sudah sejak satu pikiran memaksa lupa,
tapi perasaan adalah lebam yang tak ingin aku pulihkan. Tak juga ku pelihara. Ia meresap lewat memori. Lama aku menimbang kecemasan ini. Tapi tidak,
aku temukan kecemasan baru dari tiap-tiap persoalan lewat perantara. Imajinasi dan realita. Mereka berbicara seperti hujan, deras dan tidak ku mengerti. Dan kau,
dingin di antara kebodohan yang sudah dan penat ku pelajari. Membaca seperti bukan kebiasaan. Sebaliknya, mengingat yang belum sempat terbaca. Lalu,
aku tergagap memberi jawaban.
______________________
Aku mencintai segala yang tak tercatat oleh pena. Tak mampu di uraikan kalimat romantis pun puitis. Aku mencintai segalanya asalkan tidak memaksaku mengingat kau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Diary
Poetry#1 in aksimenulis [06-03-2019] Kita tidak mengharapkan keajaiban Kita hanya menantinya Tapi penantian adalah bagian dari harapan Selamat membaca [ A K A N D I R E V I S I ] jika mood :)