Chapter 3: Magnet Yang Saling Menarik

715 183 82
                                    

"Jeirka sebentar, gue perlu ngomong tentang kerkel!"

Hanya demi mengejar langkah cepat sosok teman sekelompoknya itu, Yerresha sudah lari-lari lagi, seperti kemarin. Dengan terpogoh-pogoh ia berhasil menggapai lengan Jeirka dan membuat pemuda itu menarik nafas keras-keras sebelum berbalik menatap si perempuan.

"Gue buru-buru sekarang. Besok aja, Oke?" Tangkis si pemuda cepat, tengah bersiap untuk berbalik, sebelum tangan lembut perempuan dibelakangnya itu kembali menyekalnya.

"Kemarin bilang besok, sekarang bilang besok, terus, besok mau bilang besok lagi? Jadi kapan ngerjain tugasnya?!" Seru Yerresha kesal, sekaligus gregetan karena Jeirka tidak bisa diajak berbicara baik-baik.

Lagi-lagi Jeirka menghela nafasnya, membuat Yerresha sedikit tersinggung, seakan-akan si perempuan banyak memancing kesabaran dari laki-laki yang masih ditatapnya tajam itu.

Jeirka kemudian mengalah dengan mengangguk. "Lo mau ngerjain sekarang? Yaudah, ayo."

Tapi Yerresha malah jadi mengerjap panik. "Eh, nggak hari ini juga. Kelompoknya kan empat orang dan kita masih cuman berdua."

"Jadi lo maunya gimana?"

Yerresha berdeham kecil. Ditatap lekat oleh manik kelam si pemuda agaknya membuatnya sedikit salah tingkah. "Gue mau nanya dulu ke lo. Kira-kira lo mau nambahin siapa buat lengkapin kelompok? Gue udah ajak Syahila, jadi giliran lo buat milih anggota yang satunya."

Dengan ekspresi datar tanpa minatnya Jeirka malah berujar enteng. "Gue terserah." Lalu melirik arloji hitamnya dengan fokus. "Siapapun bukan masalah buat gue." Lanjutnya cepat.

Merasa bercakapan mereka akan berujung dengan semakin mengulurnya waktu, Jeirka kembali menatap Yerresha tepat di manik kecokelatannya, membuat si perempuan sedikit terperangah kala menyadari iris pekat Jeirka bukan hanya gelap namun juga bening sekaligus, seakan mata itu selalu memantulkan bayangan seseorang ketika ditatap fokus, layaknya sebuah cermin.

"Pinjem HP lo."

Belum juga kesadaran Yerresha kembali penuh, ponsel baru perempuan mungil yang sejak tadi dipegangnya itu sudah berpindah tangan.

Dengan iseng, Jeirka memencet tombol tengah pada ponsel tersebut, menyentuh asal touchscreen-nya dan langsung mendapati beberapa angka dengan kotak kosong di bagian atas dari deretan angka-angka itu. Jemari Jeirka dengan asal memencet angka nol hingga empat kali, lalu lockscreen tersebut terbuka begitu saja.

Jeirka sedikit melirik perempuan dihadapannya sembari menggeleng maklum akan pilihan angka yang dipilih si perempuan untuk password ponselnya.

Sedangkan Yerresha yang tiba-tiba kembali dilirik itu seketika mendapatkan kembali kesadarannya. Perempuan itu membelakan kedua mata kala melihat ponselnya sudah berpindah alih dan dikuasai oleh si pemuda. "Heh kok lo bisa buka kuncinya?!" Serunya dengan intonasi meninggi, membuat si pemuda terganggu dengan suara nyaring perempuan itu.

"Kreatif dikit kek bikin password. Nol empat kali, eh? Gimana nggak kebuka, lo sendiri ngamanin HP lo seーnggak niat itu." Cibir Jeirka sinis.

Yerresha sudah bersiap berdebat kembali dengan membuka mulutnya. Tapi kemudian Jeirka cepat-cepat berkata. "Kalau lo masih mau kerkel, atur aja jadwalnya dulu. Gue minta tolong hubungin anggota lainnya juga. Kalau udah fix lo bisa hubungin nomor yang gue kasih. Tapi gue minta, jangan hari Jumat, Sabtu atau Minggu, ya?" Katanya sembari mengembalikan ponsel tersebut pada pemiliknya.

Yerresha memandang dengan heran. "Maksud lo pilihan harinya cuman tinggal besok dan lusa, gitu?"

Jeirka mengangguk sebagai jawaban lalu kembali melirik arlojinya yang terus menunjukan pergantian angka. "Tolong ya....." Pemuda itu menyempatkan diri untuk berdeham kecil. "Yerresha." Tambahnya dengan intonasi rendah. "Gue sekarang bener-bener lagi buru-buru."

A Golden Ticket For Golden BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang