Chapter 7: Perayaan Hari Ibu

441 77 39
                                    

Langit biru sudah mulai memudar digantikan semburat kemerahan jingga yang menyonsong hadirnya senja. Aktivitas seharian penuh yang melelahkan fisik dan menguras tenaganya itu akhirnya selesai. Si pemuda dengan manik legam juga peluh yang menitik di sekitar dahinya kini sibuk memandangi sekumpulan bunga segar yang diletakkan pada pot air. Kelopaknya merekah lebar, berwarna merah muda, dan disetiap cabang tangkainya terdapat mahkota yang masih menguncup, turut menambah keelokan bunga tersebut bagi siapapun yang memandangnya.

"Mau anyelirnya Nak Jeirka?"

Jeirka menoleh, mendapati bu Dina, florist yang sering ia temui apabila ia berkunjung ke toko bunga kecil disudut kota Jakarta itu. Toko kecil, tapi tidak berarti terbelakang, karena pilihan jenis bunganya banyak sekali.

Pemuda itu tersenyum ragu, mengusap sebentar peluh yang mengalir dari dahinya. "Mawar saja bu Dina, dua ikat ya seperti biasa."

Sang florist menatap sendu. Ada getiran empati yang menelusuk relung hatinya. Pemuda itu, setiap sebulan sekali tidak pernah absen mengunjungi toko bunga kecil miliknya. Tak jarang ia melihat Jeirka memandangi bunga yang memang harganya sedikit lebih mahal dari kebanyakan bunga lainnyaーsang anyelir pinkーdengan tatapan penuh minat, tapi selalu berakhir memesan mawar ikat murah.

Sambil menghela nafas kecil, tangannya mengeluarkan beberapa potong anyelir dari pot air, mengikatnya rapih lalu menyodorkannya pada Jeirka, membuat pemuda itu menatap kebingungan. "Anu bu Dina, saya pesan mawar saja." Tolak Jeirka cepat. Hanya dengan memikirkan harga dari bunga yang menjadi bunga kesukaan ibunya itu, membuat Jeirka mengurungkan diri untuk berpikir dapat membawanya pada sang ibunda.

Senyum sang florist pun terlampir pada sudut bibirnya. "Bayar pakai dua ikat mawar saja nak Jeirka. Anggap saja hadiah dari saya sebagai perayaan hari ibu."

"Taーtapi," Jeirka ganti menatap ragu. "Apa ibu nanti tidak rugi?"

Bu Dina memperlebar senyumnya. "Tidak ada ceritanya hanya memberi beberapa ikat bunga langsung membuat tokoku bangkrut Nak. Ambilah. Ibumu pasti senang sekali. Menilik arti dari anyelir sebagai bentuk kasih sayang abadi untuk seorang ibu." Katanya pengertian sambil meebuat gestur seakan memaksa pemuda itu untuk menerima.

Dengan senyuman lebarnya yang manis, Jeirka memegang getir bunga tersebut sambil memberikan tatapan ia berterimakasih begitu banyak, membuat sang florist turut senang melihatnya.

Sang pemuda membayarnya dengan harga dua ikat mawar seperti yang ditawarkan bu Dina lalu melangkah begitu semangat meninggalkan toko bunga itu, sedikit berlari mengitari jalan tunggal yang menghubungkannya dengan tempat pemakaman umum.

Setelah sampai disamping nisan sang ibu, tungkai kakinya ia tekuk, berjongkok sambil menyabuti rumput yang perlahan tumbuh. Dengan penuh penghayatan disebarkannya bunga tabur yang juga ia beliーselain anyelir. Lalu menyiramkan air pada botol minum yang juga dibawanya. "Bunda, Jeirka datang lagi." Lirihnya pelan.

Sedetik kemudian senyum lebar terpantri diwajahnya. "Tebak kali ini Jeirka berhasil bawa apa? Anyelir Bun, bunga kesukaan Bunda." Lanjutnya semangat sembari meletakkan potong ikat anyelir tersebut di dekat batu nisan sang ibunda.

"Selamat hari ibu sekaligus selamat ulang tahun ya Bunda. Maaf, Jeirka selalu datang berkunjung menjelang malam." Cekungan dikedua sudut bibirnya turun, ganti tersenyum kecut. "Maaf kalau bunga yang dulu Jeirka janjiin bukan murni pemberian Jeirka sendiri ya Bun."

Pemuda itu mengangkat sebelah tangannya lalu mengusap nisan sang ibu dengan penuh sayang. "Inget bu Dina yang pernah Jeirka ceritain? Dia yang ngasih bunganya Bun, baik banget, katanya sebagai hadiah dari perayaan hari ibu." Jeirka terkekeh kecil. "Gimana hari bunda dihari spesial ini? Pasti bahagia kan? Karena Tuhan pasti menempatkan Bunda dijajaran orang-orang baik." Monolognya seorang sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Golden Ticket For Golden BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang