Part 7 : Maaf

102 4 1
                                    

Adam keluar dari tempat penghukuman bagi pelanggar peraturan pack dengan terburu-buru karena Alan sudah sangat ingin keluar sekarang, setelah melihat mate-nya tersiksa dan itu karena kemarahan bodoh Adam.

Adam menyesali keputusannya. Ia sangat marah pada dirinya sendiri karena tak bisa menahan amarahnya. Ia juga sudah membiarkan Alan mengambil alih tubuhnya.

Sekarang Alan berada dihutan yang masih wilayah pack-nya. Ia sudah melolong kuat membuat hewan-hewan lain berlarian panik.

Alan berlari kencang dan mendatangi penjara bawah tanahnya. Ia harus melampiaskan kemarahannya ini pada sesuatu. Yah .....apalagi kalau bukan para rouge penghuni penjara itu.

--------------------------

Kania sedang mengobati luka-lukanya menggunakan cairan antiseptik dan kapas di tepi danau yang tak jauh dari pack utama. Ia juga di kawal dua warrior di belakangnya dan itu adalah suruhan Aaron.

Sebenarnya Aaron sudah berkali-kali menyuruhnya agar ia dibantu diobati oleh para omega , tapi memang Kania sangat keras kepala, dia tetap ingin mengobati dirinya sendiri. Karena bukan itu saja satu-satunya alasannya,  dia juga sangat ingin sendiri sekarang. Dan Aaron memenuhi itu asalkan ia di kawal dua warrior. Kania setuju saja, asal tak menggangu dan tak terlalu dekat dengannya.

"Aduh...kenapa ini perih sekali" ringis Kania lalu meniup-niup lengannya.

Kania sebenarnya takut dengan kemarahan Adam yang menatapnya dingin dan tega menghukumnya.
Ia juga heran entah mendapat keberanian dari mana sehingga bisa melawan Adam yang notebane-nya adalah Alpha yang sangat berpengaruh oleh semua anggota pack.

Mungkin karena Kania sangat tak bisa melihat hal yang berkaitan dengan penganiyayaan, apalagi pada wanita. Ia pernah melihat kejadian seperti itu di televisi dan ia menangis tersedu-sedu karena tak sanggup melihatnya. Apalagi jika ia melihatnya secara langsung seperti tadi. Jiwa keberaniannya keluar dengan sendirinya.

Ia juga baru menyadari kalau ia hanya manusia biasa. Sedangkan mereka semua yang ada di pack ini adalah werewolf yang bisa menyembuhkan diri. Tapi ia tak menyesal melakukan itu. Karena itu juga merupakan kesalahannya.

Setelah mengobati luka-lukanya, walaupun belum semuanya karna luka di  punggungnya belum ia obati, mungkin nanti sewaktu didalam pack pikirnya, tangannya juga tak sampai ke punggungnya. Biarkan sajalah dulu.

Kania memandang ke arah danau kecil di depannya yang airnya sangat tenang. Ia menutup matanya dan membiarkan semilir angin menerpa wajah dan rambutnya.

"Melindungi apanya, malah dia yang menyakitiku nek" ucap Kania dalam hati dengan nada sendu.

Kania masih tak menyangka, ternyata Adam sangat kejam dan tak memiliki rasa belas kasihan sama sekali. Pantas saja para bawahannya sangat takut padanya.

Kania menghela nafasnya kesal. Kenapa dia harus jadi mate pria jahat itu. Kenapa tidak yang lain saja yang  memiliki hati yang baik dan berperikemanusiaan. Tapi mau bagaimana lagi ia harus menjalaninya.

Tak terasa hari sudah menjelang sore, dan Kania mau tak mau harus kembali ke pack utama. Karena bagaimanapun ia adalah mate Adam. Jadi ia tetap harus kembali, ia juga tak mau Adam tambah marah kalau ia tak kembali.

Kania membereskan peralatan pengobatannnya lalu mulai berdiri dengan agak sulit karena punggungnya masih sakit.

Saat berbalik Kania agak terkejut, karena dua langkah didepannya sudah ada Adam dengan kondisi yang berantakan menurut Kania. Bagaimana tidak, dengan rambutnya berserakan, kemejanya sedikit kusut dan lusuh yang terdapat sedikit bercak darah dengan dua kancing atasnya yang terbuka memperlihatkan sedikit luka disana. Dua warrior yang mengawalnya tadi juga sudah tak ada.

Di fikiran Kania sekarang adalah, baru melakukan apa Adam sampai ia se-berantakan ini.

Kania hanya terdiam menatap Adam malas dan mulai berjalan melewatinya sampai tangannya mengehentikan langkah Kania.

"Sakit?" Tanyanya dengan suara rendah. Berbeda sekali dengannya yang tadi.

"Kau masih bertanya?" Ucap Kania dingin tanpa memandang Adam.

Adam menghela nafasnya. Lalu menatap semua luka Kania. Ia sempat mengumpat dengan suara kecil tapi Kania masih bisa mendengarnya. Kemudian Adam mengambil lengan Kania yang terluka lalu mengecupnya lama.

"A-apa yang kau lakukan..lepas" ujar Kania yang terkejut dengan perlakuan Adam yang tiba-tiba ini. Ia juga mencoba melepaskan lengannya tapi tenaganya yang sangat kecil tak akan bisa mengalahkan Adam yang memang bukan manusia.

Satu yang Kania sadari adalah luka dilengannya sudah tak sakit lagi. Dan lukanya lenyap tak berbekas.

"Apa...apa yang barusan terjadi?" tanya Kania yang masih menatap lengannya yang sudah sembuh. Seperti ia tak pernah dicambuk sama sekali.

Adam tak menjawab itu, ia mendekap Kania dan mengecupi lehernya yang terluka dan sesekali ia menghisapnya. Bahkan Kania sampai menjatuhkan peralatan pengobatannya karena terkejut dengan perlakuannya yang tuba-tiba itu.

Kania semakin takut dan mencoba menjauhkan Adam darinya, tapi lagi-lagi semua usahanya percuma Adam tak bergerak sama sekali bahkan ia semakin didekap oleh Adam.

"Adam...hentikan" ucap Kania mulai marah.

Tapi Adam tak menghiraukan ucapan Kania dan terus menciumnya hingga ke bahunya. Ia juga sedikit merobek baju di bagian bahu yang dipakai Kania agar ia bisa menciumnya.

"Adam! Ku bilang hentikan!!"
Sungguh Kania seperti sedang dicabuli sekarang.

Tanpa disangka Adam berhenti mencium bahunya yang sudah tak tertutup kain karena sudah dirobek olehnya. Dan benar saja luka di bahu dan lehernya juga hilang tak berebekas.

Adam menatap sendu dalam wajah Kania yang menampilkan mimik marah sekarang.

"Maaf" ucapnya pelan lalu menunduk sedih.

Kania masih diam. Ia terus menatap Adam, sampai ia melihat ke bagian dada dan leher adam yang terluka sedikit.

"Kenapa kau terluka?" Tanya Kania reflek. Ia merutuki pertanyaannya itu . Ia lupa kalau sedang marah pada Adam.

Adam menatap dalam Kania lagi. Lalu menggeleng pelan. "Tidak apa-apa. ini hanya luka kecil, nanti juga akan sembuh. Tapi kau...luka mu akan sangat lama sembuh. Dan hanya aku yang bisa menyembuhkanmu dengan cepat. " ujar Adam lagi.

"Memangnya aku terluka karena siapa?"

"Iya itu karena aku. Jadi biarkan aku menyembuhkanmu, karena kau adalah mate-ku. Maaf aku sudah melukai mu"

Kania mengerti sekarang. Dan ia hanya menganggukkan kepalanya sebagai pertanda memaafkan. Karena ia juga salah telah melawan perintah Adam tadi.

Adam tersenyum kecil lalu menyisipkan rambut Kania ke belakang telinganya kemudian mencium rahangnya.

Kania ingin marah lagi, tapi ia baru sadar kalau bibirnya sudah bungkam karena dicium oleh Adam.

Seperti layaknya sebuah patung. Mungkin itulah yang menggambarkan Kania sekarang. Ia masih belum mencerna sampai ia mulai sadar dan mencoba melepas ciuman itu. Tapi Adam memeluknya sangat erat dan anehnya tak melukai punggungnya yang sakit itu.

Mungkin ini terdengar gila, tapi Kania malah menyukai ciuman itu. Sempat ia ingin membalasnya tapi ia urungkan, karena Adam sudah melepas ciumannya lalu menatapnya dalam lagi.

Wajah Kania memerah. karena kelewat malu, ia melepaskan dekapan Adam dan langsung lari ke pack utama sambil menutupi sebelah bahunya yang terbuka itu dengan tangan. Meninggalkan Adam yang tersenyum penuh kemenangan.

"Manis" ucap Adam melihat kepergian mate-nya itu.

---------------------
VOOMENT PLEASE!!!!

1070~
Oktober 2018

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Belive My Mate (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang