Keputusan berat

806 42 1
                                    

"DEK BANGUN UDAH MAU IMSAK INI!!" teriak kak Azifah tepat di kupingku namun aku berpura pura untuk tetap tertidur karna memang aku masih malas.

"Terserah kamu deh kalau gak mau bangun berarti hari ini kamu puasanya tanpa sahur lagi." Ucap kak Azifah dengan nada mengancam dan akupun segera bergegas bangun dari kasurku dan berlari menuju dapur

"Mah udah imsak??" Tanyaku pada mamah yg terlihat sibuk membereskan meja makan dan piring.

"Belum sayang ini masih jam 03:15." Balas mamah dengan tersenyum.
Dan sontak saja aku sangat kesal dengan kakakku itu. Karna ia telah membohongiku

"KAKAK!!" Teriakku dengan kencang dan segera ia pun turun menuju dapur dengan menahan senyum.

"Lagian kamu si kalau di bangunin susah. Terus gimana nanti kalau kamu udah nikah? Masa suami kamu yg bangun duluan." Ucap kak Azifa dengan tersenyum jahil padaku.

"GAK LUCU TAU KAK!! AKU BISA BANGUN SENDIRI!! DAN AKU MASIH PUNYA BANYAK WAKTU BUAT MIKIRIN NIKAH!!" balasku dengan nada keras.

"Ehh pagi pagi kog berantem si. Udah dek gak usah marah marah,mau puasa kog marah marah si dek." Ucap ayah menenangkanku.

"Kak Azifa itu yah yg mulai. Adek kan bisa bangun sendiri lagian adek masih mau sama ayah dan mamah. Gak mau nikah,itu urusan belakangan." Ucapku dengan memeluk pinggang ayahku. Aku dan ayahku memang sangat dekat bahkan jika dibandingkan dengan mamah aku begitu dekat dengan ayah.kata ayah ketika mamah sedang mengandungku dokter mendiagnosa jika aku berjenis kelamin laki laki namun ketika lahir ternyata adalah perempuan dan jadilah aku tomboi namun sangat cengeng didepan ayahku. Sejak kecil ayah sudah mengajarkanku silat dan ketika aku masuk sd aku mengikuti club taekwondo.
Jadilah aku yg berani pada laki laki namun sangat takut pada ayahku.

"Sayang kamu itu harus nikah, itu bukan urusan gampangan yg bisa kamu sepelekan." Ucap mamah yg kini sedang menyiapkan makanan untuk sahur kami.

"Tapi mah kan Lisya masih 17 thn. Masih banyak impian yg belum lisya capai." Balasku dengan tersenyum dan seraya duduk di kursi meja makan.

"Iya sayang tapi tetap saja ayah juga harus segera menyerahkanmu pada laki laki yg kelak akan menjadi imammu." Jelas ayah yg kini tengah duduk dikursi paling depan di meja makan ini.

"Nah tu dek dengerin! Makanya jangan galak galak sama cowok kan jadi pada minder mau deketin kamu." Tambah kak Azifa dengan meletakkan makanan di atas meja.

"Lagian mereka juga ganjen! Aku gak suka. Kalau berani langsung dateng ke rumah minta izin sama ayah sama mamah buat kenalan sama aku." Belaku dengan nada bangga.

"Nanti setelah sahur kita ngobrol bentar ya sayang di halaman belakang sama ayah juga.  Ucap mamah dengan mengecup pucuk hijabku dan segera mempersiapkan makanan.

Akhirnya setelah usai kami menyantap makanan sahur,kak Azifa kembali pada dunia skripsinya yg hampir usai.
Akupun tengah terduduk di kursi kayu panjang yg berada di halaman belakang rumah dengan menunggu kedatangan mamah dan ayah.

"Nunggu lama sayang?" Tanya mamah yg baru saja tiba dan berjalan ke arahku dengan bersama ayah di sampingnya.

"Enggak mah. Kenapa mamah minta lisya kesini? Kenapa gak ngobrolnya tadi pas di meja makan sekalian mah?" Tanyaku pada mamah yg terduduk di sampingku

"Masa kita sahur sambil ngorbol. Nanti bisa keselek nanti jadi dimarahin mamah." Balas ayah dengan menirukan gayaku ketika membela diri saat aku tersedak waktu itu.

"Sayang ada hal serius yang harus kamu tahu dan kamu ambil keputusan." Jelas mamah dengan merangkulku dan tersenyum lembut padaku. aku mendadak diam seribu bahasa menatap kedua orang tuaku bergatian. Aku berfikir sejenak tentang kesalahan yg aku perbuat akhir akhir ini namun hasilnya nihil. Terakhir aku memukul laki laki sekitar 1 bulan yg lalu dan itu karena dia berani menggoda kak Azifa. Aku memang terkenal galak pada laki laki yg berani mengusikku.

Assalam'ualaikum Ustad!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang