D I N G I N

62 0 0
                                    

Angin pagi dingin sekali,
sedingin hatiku.
Tubuhku membeku.
Biasanya aku tak akan kuat,
biasanya aku akan menggigil,
memakai jaket,
celana panjang dan kaus kaki,
kemudian bersembunyi di balik selimut tebal untuk menghangatkan diri.

Tapi kali ini tidak,
kali ini berbeda.
Berapa pun kencangnya angin meniup bajuku yang tipis,
sudah memucat semua kulit,
aku malah tak bergeming.
Ku biarkan saja rasa dingin itu memasuki setiap pori kulitku,
merasuk ke dalam tubuh kurus ini.
Hatiku jauh lebih dingin dari yang ku rasa,
karena kebahagiaanku telah lama mati,
terkubur dalam rasa sakit yang dalam.
bibir pucatku tak lagi menyunggingkan senyum.
Wajahku pias.

Mungkin memang benar,
aku menyimpan masalah terlalu lama.
Tetapi bukankah itu kodrat wanita,
mengingat jauh lebih lama dari ingatan laki-laki,
bahkan saat mereka sudah tak ingat lagi kapan melukaiku.

Saat keinginan untuk melupakan hanyalah masalah waktu,
saat hatiku telah rusak,
telah retak di setiap sudut,
saat ikrar maaf telah terucap,
nyatanya ingatan itu tetap tersimpan untuk waktu yang lama.
Dan itu lah yang membuat hancur,
saat kita masih mengingat apa yang sudah mereka lupakan.

P A T A H A N R I N D UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang