Part 4

1.6K 254 34
                                    

Mean's POV

Aku memijat keningku, aku sedikit merasa pusing setelah bertemu dengan hybrid beberapa saat tadi. Baru seminggu bertemu dengan werewolf, lalu sekarang hybrid? Sialnya ia tinggal digedung apartement ini.

Aku mendesah frustasi saat mengingat bahwa aku bahkan tidak bisa membaca pikiran hybrid itu. Apa yang sebenarnya terjadi? Itukah kekuatan hybrid? Dan apa yang ia lakukan disini? Bukankah harusnya dia bersembunyi?

Pertanyaan-pertanyaan itu berputar didalam kepala ku. Ku sandarkan tubuhku pasa sofa seraya mengadahkan kepala ku, memandang langit-langit apartemen ku.

"P'Mean. Apa P' baik-baik saja?" Kutegakkan tubuh ku dan menatap Saint yang baru masuk kedalam apartemen bersama Title dibelakangnya. Aku tidak kaget saat Saint tiba-tiba datang dan bertanya. Aku sudah mengetahui kehadiran mereka sejak mereka berada di lift apartemen kami. Kau ingat bahwa aku memiliki kemampuan telepathy kan?

"P' baik-baik saja. Kenapa kalian lama sekali?" Tanyaku saat aku melirik jam didinding, ini sudah lewat 3 jam dari jam pulang Saint. Hari ini terpaksa tidak bisa menjemputnya karena harus melakukan penelitian untuk tesis ku. Tapi ternyata Saint pulang lebih telat dariku.

"Tadi kami ada sedikit masalah.." jawab Saint dengan ragu-ragu. Ku lirik Title yang duduk disebrangku. Dia tampak gelisah dan segala isi pikirannya membuatku paham dengan situasi yang terjadi.

"Apa sewangi itu hingga kau terus menerus memikirkannya?" Godaku.

"Shhiaaa! Kenapa kau mencuri pikiran ku?!" Umpat Title lalu melempar bantal kearahku.

"Well, bukan salah ku jika aku terlahir seperti ini.." ejekku. Dan tampaknya ia tak peduli dengan ejekkan ku.

"Nanti malam aku akan berburu.." jelasnya seraya bangkit berdiri dan menuju kamarnya. Jika kalian pikir kami berburu manusia, kalian salah. Kami hanya berburu hewan. Lebih tepatnya terpaksa berburu hewan. Karena jika kota ini mulai heboh dengan kematian manusia yang disangkutpautkan dengan vampire atau bahkan kami ketahuan mengigit mereka, mau tidak mau, kami harus pindah lagi. Entah ini sudah berapa kalinya kami berpindah-pindah.

"Kenapa P'Title jadi galau begitu sih?" Gerutu Saint. Aku memandang tingkah lucunya yang mem-poutkan bibirnya. Ku pencet hidung bangirnya.

"Tidak usah memikirkan si bodoh itu. Lebih baik Saint memikirkan P' disini.." aku mulai memeluknya dan mencium leher jenjangnya. Aku berhenti saat mencium bau bangkai yang berasal dari tubuh Saint. Aku menggertakkan gigiku, aku tahu bau siapa ini.

"Bukankah P' sudah melarangmu untuk dekat-dekat dengan anjing sialan itu.." ku tatap Saint dengan wajah serius. Seketika ia tampak tegang dan memandangku takut-takut.

"Err.. Ta-tadi Saint harus.. mengumpulkan tugas ke P'Mark. Dia asisten dosen jurusan bisnis P'" jelasnya dengan ragu-ragu. Jujur saja, saat ini aku ingin sekali membaca pikirannya. Aku ingin tahu, apa dia berbohong padaku atau tidak. Karena aku merasa Saint-ku terlihat berbeda akhir-akhir ini. Lebih tepatnya sejak bertemu Werewolf sialan itu. Tapi karena janji ku untuk tidak menggunakan kekuatanku padanya, aku hanya bisa percaya dengan apa yang ia katakan.

"Lebih baik kau mandi sekarang.." kataku dengan suara sedikit melunak. Saint tersenyum padaku dan mengangguk.

"Saint mandi dulu ya P'.." Ia pun segera bangkit berdiri dan menuju kamar kami. Aku memijat kembali keningku. Aku semakin merasa pusing sekarang, belum kelar masalah ku dengan Werewolf yang meng-imprint Saint, lalu sekarang muncul hybrid yang tujuan kedatangannya pun aku tidak tahu.

----------------------------------------------------------------

Author's POV

Hari ini Gun dan Earth sepakat untuk membuat tugas bersama. Mereka berdua tengah duduk berhadapan didalam sebuah cafe yang tidak terlalu banyak pengunjung. Memilih spot disudut cafe, mereka dapat melihat padatnya kota bangkok sore itu dari kaca sebelah mereka.

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang