Dean dan Hilda. (2)

5 0 0
                                    

"Ooh, gitu." Ucapku.
....

Aku hanya diam dan berjalan sambil menatap Dean. Wajahnya tampak kesal dan tetap saja dingin dan menyebalkan , berbeda dengan Bang Jelal yang petakilan nya masyaAllah.

Ketika aku menatapnya betapa kagetnya aku melihatnya menatapku juga. Entah geer atau gimana tapi aku hanya menunduk dan terus berjalan ke gerbang sekolah. Wajahnya menyeramkan dari sudut manapun.

Kami berdua menunggu di halte bus untuk pergi ke mall favorit kami. Sekaligus membeli novel baru untukku. Sembari menunggu, mumpung tidak ada siapapun selain kami, aku pun menanyakan Dean kepada Dhiza.

"Dhiz, Dhiza.." panggilku.
"Hem apa??"
"Kamu tau Dean? Tau darimana?" Tanyaku.
"Ooh, taulah. Kan dia lumayan famous di kalangan dekel. Ganteng juga sih lagian, pantes Hilda suka." Ucapnya.
"Hah? Hilda suka? Dean nya suka balik nggak?" Tanyaku
"Nggak sih kayaknya. Lagian Hilda tuh over banget, sedangkan Dean gak suka orang yang terlalu lebay atau gimana. Eh btw, tumben nanyain Dean gue kira lu tuh kudet soal kakel." Ucapnya.
"Iya, hahahah. Biasa, nanya doang. Abis tadi gue ngeliat geng nya Hilda pada teriak pas ada Dean."
"Ooh, tapi, kok gue punya firasat lu suka sama dia ya? Hemm. Parah sih kalo lu gak ngasih tau gue." Ucapnya.
"Eh? Nggak lah Bambang. Biasa aja kok. Walau dikit sih."
"Nah tuh kan!! Cie, ternyata lu bisa ya suka sama orang, kakel lagi. Ahahahahah. Sabi lah gue jodohin." Ledeknya.
"Ih, nggak, yaampun. Udah ah Dhiz. Diem, ini tuh rahasia. Dont tell anyone." Ucapku.
"Siip bosque. AHAHHAHAHAHAH."

Yah, aku memang hanya bisa bercerita dengan Dhiza. Karena hanya dia yang aku percayai. Dan Dhiza memang memiliki feeling yang kuat. Benar saja kalau banyak orang sudah menganggap ia seperti peramal.

Akhirnya bus datang. Kebetulan hanya aku dan Dhiza yang menunggu di halte. Jadi kami hanya naik berdua. Setelah mendapat tempat duduk, aku pun akhirnya mulai mengecek handphone untuk melihat notifikasi. Dan ya. Ada satu, dari line? Langsung saja kubuka. Saat kulihat profilnya.. Bang Jelal!? Darimana dia dapat nomorku? Yaampun.

Aku hanya bisa diam, dan khawatir dengan nasibku nanti. Lebay memang, tapi tetap saja, aku memang takut dengan Bang Jelal entah kenapa. Meskipun kami pernah mengobrol sedikit. Tetap saja rasanya aku masih takut. Dia itu, sering berkelahi. Dulu dia hampir mematahkan tangan kelas sepuluh. Entah karena apa, tapi pasti fatal sekali.

Langsung saja ku buka line nya. Dan ternyata...

"......."

Him.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang