Dean Dan OSIS.

0 0 0
                                    

Berbeda dengan Jelal, Dean bukan lah anggota OSIS. Banyak orang yang mau mencalonkan dirinya namun ia selalu menolak hal tersebut. Aku tidak terlalu tahu alasannya, mungkin karena ia sudah menjadi populer?

Saat aku naik ke kelas, aku sudah menemukan Dhiza yang sedang mengobrol dengan Jessica, Ayu, dan Maira. Dhiza pun langsung menghampiriku dan ikut masuk ke kelasku denganku.

"Daynaaaa."
"Dhiz, sumpah ada yang mau gue omongin deh."
"Apaan? Kok kayaknya serius amat."
"Bang Jelal, itu.. dia nge WA, nge Line, terus dia follow insta gue, sumpah gue ngeri."
"Yah Bambang kok malah ngeri? Seneng atuh, di follow ama nak famous, btw emang dia nge WA ama Line lu apa?"

Aku pun menceritakan semuanya.

"Lah serius?"
"He'eh nih liat aja."
"Gila sih, jangan-jangan dia—"
"Jangan ngayal Dhiz, jangan."
"Ih bisa jadi tau, kalo beneran gimana??"
"Ya bukan urusan gue lah."

Bel masuk pun berbunyi. Riana duduk disampingku, entah kenapa aku sedikit merasa takut. Namun semua berjalan baik-baik saja.

Setelah tiga pelajaran berlangsung akhirnya bel istirahat berbunyi.

Aku segera pergi ke kelas Dhiza dan mengajaknya pergi ke kantin. Suasana kantin seperti biasanya. Ramai. Aku dan Dhiza jadi harus memilih tempat duduk agar kebagian. Setelah kami mendapat tempat duduk, terlihat geng laki-laki yang datang. Jumlahnya ada tujuh orang, diantara nya sudah jelas ada Bang Jelal dan Dean.

Dan yang mengejutkannnya, mereka bertujuh duduk di tempat sebelah kanan kami berdua.

Aku segera ingin berpindah tempat, namun saat di lihat-lihat, tidak ada tempat yang kosong. Geng Hilda, Tania dan lainnya sudah menatap kami dengan sinis. Akhirnya kami berdua lebih memilih makan di kelas, untungnya kami membawa bekal, jadi aman-aman saja.

Saat kami kembali ke kelasku, aku pun menanyakan tentang Dean kepada Dhiza.

"Dhiz, gue mau nanya.."
"Soal Dean ya? Udah tanya aja."
"Dia kenapa sih gak kepengen gitu jadi OSIS kan lumayan."
"Katanya sih ya, gue denger-denger, dia tuh males sama yang namanya nyiap-nyiapin sesuatu lah, nyelenggarain apa lah, nyiapin ini lah itu lah. Makanya dia gak mau."
"Gak heran sih, tapi gue bingung. Tadi pagi, pas gue baru dateng, gue ngeliat dia lagi di marah-marahin gitu sama Tania."
"Serius?"
"Iya."
"Kalo kata gue sih pasti menyangkut Hilda."
"Emang mereka kenapa?"
"Gini loh....."

Him.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang