Hilda.

1 0 0
                                    

"Gini loh... kalo gak salah, Hilda tuh pernah nembak Dean."
"Se, serius?"
"Jangan sedih dulu. Jadi ceritanya tuh pas Hilda nyatain perasaannya ke Dean, Dean tuh cuek, dan bodo amat. Hilda sempet maksa Dean buat jadi pacar nya, tapi, ya Dean gak mau."
"Kenapa emangnya? Hilda cantik, putih, famous lagi, kenapa coba?"
"Kata Bang Jelal sih, dia gak nyari yang cantik banget lah, putih lah, atau  terkenal lah. Dia butuhnya seenggaknya sepinter dia lah. Gak terkenal juga dia gapapa."
"Ooh. Gitu. Emang Hilda gak pinter? Terus emang Dean tuh sepinter apa sih?"
"Masa sih lo lupa pas SMP? Kan Dean itu menang OSN IPA kelas 7 terus OSN Matematika kelas 8. Ditambah lagi tahun kemaren dia menang OSN IPA. Kalo Hilda sih kurang tau gue."

Entah. Setelah aku mendengar Dhiza mengatakan hal itu, aku langsung lega entah kenapa. Tapi ya, apalagi aku? Aku saja lebih biasa saja. Memang, nilaiku bisa di bilang cukup bagus. Tapi  dibanding Dean, itu jauh sekali. Meskipun, saat kelas 8 aku bisa memenangkan OSN IPS tapi apakah aku bisa mengenalnya? Dengan modal nilai ku yang biasa saja?

"Jadi dia nyari yang pinter gitu Dhiz?"
"He eh. Kata gue lu sih cocok ama dia."
"Udah ah jangan ngayal mulu~"

Bel masuk kelas pun berbunyi. Dhiza kembali ke kelas nya. Aku hanya bisa kembali meratapi diriku sendiri. Semua tampak begitu jelas sekarang. Tapi, apa Tania sebegitu beraninya dengan Dean? Yang bahkan senior atau kakak kelas nya sendiri? Setidaknya hormati gitu? Atau bahkan tidak perlu?

Pelajaran Biologi, terdengar sangat membosankan bagiku. Bu Nanda masuk kedalam kelas dengan... dua orang laki-laki di belakangnya?

ITU DEAN, DAN SIAPA?

Entah kenapa saat aku melihat Dean, dadaku langsung sakit begitu saja. Tunggu Dean bersama Bu Nanda?? Dan siapa anak laki-laki di belakang Dean? Terlihat asing bagiku.

Entah mengapa aku langsung refleks menoleh ke arah Hilda. Dia tampak begitu serius menghadap ke depan.

"Assalamu'alaikum anak-anak.. "
*wa'alaikumussalam
"Hari ini, ibu tidak akan mengajar dulu.. kenapa? Bulan depan, akan ada lomba OSN IPA, IPS, Dan Matematika. Disamping ibu. Ada dua anak yang akan ibu calonkan untuk lomba tersebut. Dan ya, tinggal satu lagi mapel yang belum ada kandidatnya sama sekali. Yaitu Matematika. Ibu sudah memutuskan satu anak perempuan, yang nilai Matematika nya cukup diatas rata-rata, Dayna Karistisa. Dayna, ibu mohon kamu bersiap ke ruang guru. Terima kasih, wasalamu'alaikum warohmatullahi wa barakatuh."

HAH!? Demi apa?

Semua anak di kelas bertepuk tangan dengan antusiasnya.

Hilda tiba-tiba langsung menatapku sinis.

Jantung ku berdebar sangat cepat. Aku tidak peduli soal OSN nya, aku takut tidak bisa fokus karena ada Dean. Yaampun. Kenapa aku sangat gugup? Ditambah lagi, aku belum pernah mengikuti OSN Matematika sebelumnya. Aku bahkan tidak percaya bisa dipilih mengikuti OSN tahun ini.

Him.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang