13 #What Should I Do?

313 34 2
                                    

Siyeon POV.





Tadi kak jihoon mengantarkan aku pulang jam 10 malam. Dia gak mau mampir dulu, katanya masih banyak tugas. Cih, apaan. Baca buku aja males, sok-sok an belajar. Kerjaannya cuma makan, tidur, main game, dan keluyuran sama teman-temannya. Tiap hari begitu, heran deh. Padahal sudah kelas 12, tapi masih aja bandel.

Eh kok malah jadi ngomongin kak jihoon sih?.

Aku sekarang lagi duduk dimeja belajar. Sedang mencatat sesuatu. Kalian gak boleh tau. Ini rahasia!.

Aku masih mengingat betul kejadian tadi, cara jeno menyambut kehadiran kak yuqi, mengelus rambut nya dengan lembut, memeluk nya dengan tulus, bahkan tersenyum sangat bahagia ketika melihat kak yuqi.

Aku sebenarnya kaget melihat respon jeno yang begitu bahagia waktu menyambut kedatangan kak yuqi.

Ini di luar dugaanku. Jeno terlihat masih menyimpan sedikit rasa sayangnya kepada perempuan mungil itu--kak yuqi.

Hati ku mencelos ketika mengingat nya lagi, lagi, dan lagi. Selalu saja menghantui pikiranku, membuat dadaku semakin sesak.

'Ddrrtt drrttt'

Ponsel ku bergetar, aku hanya memandangi layarnya, tanpa berniat mengangkatnya.

'Ddrrtt ddrrtt'

'Ddrrtt ddrrtt'

Ponselku terus berbunyi. Tapi aku menghiraukannya dan tetap fokus kepada buku.

'Ttook ttook'

Terdengar suara ketokan pintu.
What?aku yakin pasti ini jeno, eh?kok dia bisa masuk sih.
Oh iya, aku tadi lupa mengunci pintu. Dirumah hanya ada aku sendirian. Orang tua ku lagi sibuk kerja.

"Yeon sorry. I was wrong I am selfish, I don't understand your feelings you damn guy. Sorry, sorry, sorry I won't do anything stupid right before, you trust me? I'm just in love with you"

Badanku membeku saat mendengar suara lirih jeno dibalik pintu.
Dengan gugup aku bangkit dari kasur dan berjalan kearah pintu.

'Cklek'

Yang pertama kali aku lihat adalah jeno dengan tatapan khawatir. Dia langsung memeluku erat. Aku hanya bisa diam, tidak membalas pelukannya. Beberapa menit dia memeluku akhirnya dia melepaskan pelukan yang sepihak.

"Maaf"
Jeno menggenggam kedua tanganku.

Aku hanya memandangnya datar, tanpa ekspresi. Dalam diam aku menahan tangis, wajahku merah.
Mataku mulai berkaca-kaca.

Pandanganku masih menatap jeno dalam, wajahnya tampak merasa bersalah, melihatnya begitu. Aku tidak tahan lagi, air mataku lolos dengan mudahnya.
Aku mengusap-nya dengan kasar, dan menunduk.

Jeno menangkup kedua pipiku, menghapus sisa air mata di pipiku.

"Jangan nangis, aku gak suka" ucap jeno lirih menatapku dalam, sangat dekat. Aku bisa merasakan nafas beratnya.

"Kalo gak suka kenapa udah buat aku nangis?!" ucapku diselingi tawa yang sarkastik. Dengan senyum meremehkan aku memandangnya sendu.

"Maaf, aku bisa jelasin semuanya, ini salah paham" ujarnya merasa bersalah.

"What else should be explaine?all is clear. I love you to hear your reasons, please just write to me this time. I want to be alone so I want you go to home now. Tomorrow you have to go to school, so don't care about me, I'm fine. Please once again, get you home!"

Ujarku tertahan, air mata telah menggenang dipelupuk, aku harus menahannya supaya tidak jatuh lagi.

Aku tidak boleh menangis didepan jeno. Aku tidak boleh lemah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Together | JeNo SiYeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang