03. THERAPY

3.3K 356 29
                                    

.

Disclaimer : BTS – Big Hit Entertainment

Catatan : AU. Model Kim Taehyung, bad mood berat dan butuh sesuatu yang sanggup menenangkan hatinya dalam sekejap. Bukan gula-gula, bukan teman wanita. Hanya melaju setengah jam memakai mobilnya ke sebuah tempat di tengah kota.

.

.


Tak ada hujan tak ada angin apalagi badai, tahu-tahu pemuda itu sudah tiba di depan sebuah gerbang. Turun dari sedan parlente, Taehyung memasukkan kedua tangan ke saku jins trendinya dan membusung congkak. Alisnya berkerut menyatu sementara dahinya tertekuk tujuh. Bibir tertarik turun, hidung mendengus sebal. Beberapa remaja mundur teratur atau menepi sukarela saat tungkai panjangnya meniti jalan masuk melewati plakat nama institut. Logo bola sepak tercetak jelas di dekat ukiran emas, simbol jurusan khusus kategori olahraga. Taehyung terus melangkah, melewati bagian administrasi, mengacuhkan tiap lirikan dan bisik-bisik tiada henti, melaju tanpa menoleh kemanapun hingga berhenti di sebuah lorong berujung buntu. Sudut matanya menangkap sekelompok anak SMA berseragam training yang baru keluar dari sebuah ruangan di sudut kiri dan lipatan kening Taehyung reflek mengkerut. Masih minggu pertama di musim gugur dan angin berhembus cukup dingin, namun kepala pemuda itu nampak berasap sampai ubun-ubunnya nyaris terbakar.

Oke, ini berlebihan. Tapi Taehyung memang sedang kesal.

Tidak, dia tidak sedang mengincar, mengintai, apalagi menghunus dendam pada anak-anak SMA itu. Taehyung tak sudi buang-buang tenaga untuk mengintimidasi sejumlah bocah ingusan yang hanya terluka di pergelangan kaki, lalu beralasan cedera dan sengaja kabur ke ruangan tersebut demi meminta sugesti. Dia punya banyak, banyaaak sekali urusan yang lebih penting daripada mengamati langganan konsultasi hilir mudik keluar masuk. Sudah biasa, teramat sering sampai rasanya bosan. Bau obat terapi pun sudah memantul tak manjur, terjegal benang kusut di benak Taehyung.

Toleh kanan toleh kiri, dihampirinya sebuah bangku panjang tepat berhadapan dengan ruang berdinding pastel itu, menimbang sejenak, kemudian memutuskan untuk bersila di atasnya. Sebelah tangan menumpu paha, sebelah lagi menopang dagu. Persis replika patung anjing penunggu stasiun, bedanya mungkin yang ini berkaki dua dan tampan luar biasa.

Guru dan sejumlah pelatih yang lewat di depannya seperti kelebat buram di mata Taehyung. Bukan akibat rabun atau lupa mengenakan kacamata, tapi dia sedang menajamkan pandangan pada sosok yang tengah memeriksa tungkai pasiennya di seberang sana. Pemuda bertubuh tegap dengan mata sejernih sumber air, terbungkus jaket olahraga dan tampak begitu serius mendengarkan keluh kesah seorang remaja berkepala plontos—mungkin anak baru yang bermasalah dengan pola latihan atau sejenisnya. Sosok itu mengangguk menanggapi, sesekali mengecek tumit pasiennya yang agak mengerang, lalu tergelak sambil menjamin bila kasusnya hanya terkilir biasa. Gigi depan terpampang besar-besar saat tertawa, raut lucu yang mempesona. Biarpun bukan ditujukan untuknya, Taehyung tetap menikmati gestur tersebut tanpa membantah.

Pacarnya, Jeon Jungkook. Fisioterapis sebuah sekolah. Lebih indah dari mawar merah, lebih manis dibanding sorbet mewah. Sesama alumni akademi sepakbola yang memilih jalan berbeda usai lulus dua tahun setelahnya. Yang satu setia mengabdi pada institusi, satu lagi mengalihkan diri pada panggung gemerlap berhias kilau kamera dengan modal perawakan mumpuni. Jungkook tetap sama, rambut hitam jelaga berpotongan pangkas dalam, sementara Taehyung memilih merah darah karena tak menyukai warna legam. Jungkook tumbuh besar dengan perawakan gahar dan lengan terbentuk kekar, kontras dengan Taehyung yang semampai tanpa banyak gumpalan otot maupun lekuk aduhai. Persetan tak dianggap dominan. Dalihnya, kejantanan tak bisa dinilai dari ukuran badan.

KE-AI | ADORABLE (TaeKook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang