.
Disclaimer : BTS – Big Hit Entertainment
Catatan : AU. Sebagai siswa SMA, Taehyung tidak banyak meminta. Yang diinginkannya hanya cepat-cepat menyelesaikan pelajaran dan pergi menjumpai adik kelasnya yang bermata indah.
.
.
.
.
"Jadwal piket?"
Jungkook mengangguk dari balik sampul buku sambil menggaruk pipi agak ragu, sementara Taehyung mencoba berlaku datar meski tak ayal dadanya berdegup, "Manajer klub basket yang baru, uh, maksudku, Kak Jimin, menulis nama kita di papan pengumuman siang tadi."
Taehyung menggigit bibirnya sendiri dan selama beberapa saat, yang dilakukannya hanyalah berdiri lalu mengepalkan tangan di samping kursi tempat Jungkook duduk, kemudian bertanya-tanya apakah pertanyaan soal piket barusan tidak terdengar terlalu bodoh untuk memulai pembicaraan. Dia belum pernah mengobrol dengan remaja berbadan besar itu lebih dari sekedar ucapan 'selamat pagi,' atau 'selamat berjuang,' saat melihatnya mendaftar di pertandingan seleksi anggota klub. Taehyung bahkan tak pernah tahu jika Jeon Jungkook bisa tertawa. Manis pula.
"Kak Taehyung," Jungkook bergumam sambil menutup buku bacaannya perlahan. Taehyung membalas dengan delik canggung, "Maaf, mungkin tadi kakak tidak sempat melihat di kori....."
"Aku lihat kok."
"Oh, oke."
Taehyung lekas menyumpahi dirinya sendiri yang menjawab terlalu cepat. Dipaksanya untuk terkekeh kaku sembari menganggukkan kepala dan tak buang waktu untuk segera kabur ke seberang ruangan, pura-pura menata ulang isi lemari perlengkapan. Kepalanya menunduk serendah mungkin agar tampak fokus memeriksa susunan bola yang sebetulnya baik-baik saja.
Bodoh. Umpatnya dalam hati, merasakan pipi yang memanas meski angin bertiup semilir dari jendela yang terbuka. Wakil kapten, Jung Hoseok dan manajer Jimin berjalan masuk sambil bercakap-cakap dan ikut duduk di sebelah Jungkook, menawarkan sandwich dan pocari ke arah mereka—yang ditolak Jungkook dengan halus karena baru saja makan siang. Taehyung mengunyah pemberian itu seraya mencuri pandang, tak waspada dan nyaris tersedak saat Jungkook balas menatapnya sambil tersenyum.
Jam pelajaran terakhir dihabiskan Taehyung dengan menggigit tutup bolpoin, matanya melirik ke arah jam dinding dan arloji bergantian, lalu bergumam tak sabar tentang kenapa jarum jam selalu bergerak lebih lambat jika kita sedang menantikan sesuatu. Pun menggerutu soal mengapa petunjuk persiapan ujian akhir tak dicetak di sebuah lembaran kertas dan dibagikan pada siswa untuk dibawa pulang, cara paling jitu supaya Taehyung tak perlu mendengarkan gurunya berceloteh di depan kelas. Menunggu ceramah dengan topik yang diulang-ulang selama tiga tahun selalu membuatnya menguap bosan.
Mata tajamnya kembali melirik jam, sesekali mengerutkan dahi dengan alis menyatu, seolah yakin jarum jam akan bergerak lebih cepat jika dipelototi. Telinganya seolah tuli sewaktu teman di sisi bangku berbisik mengenai sesuatu, tampaknya penting namun Taehyung tak peduli. Kakinya ikut beringsut tak nyaman, saling bertumpu, menyilang, mengetuk lantai, membenturkan ujung sepatu ke dinding, dan iseng menutup-buka bolpoin. Pikirannya bergumul tak fokus sampai namanya mendadak dipanggil keras-keras dan Taehyung terlonjak dari kursi. Buku-buku serta kotak pensilnya dijatuhkan tak sengaja dari atas meja diiringi suara tawa dari seluruh penjuru kelas.
"Melamun lagi, Kim Taehyung?"
Membungkuk untuk memunguti alat-alat tulisnya yang tergolek berantakan, Taehyung hanya nyengir kuda mendapati gurunya memicing tak senang. Mulutnya bergumam minta maaf kemudian duduk sambil menggosok-gosok tengkuk selagi dipandang oleh berpasang-pasang mata yang masih menertawakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KE-AI | ADORABLE (TaeKook)
Fanfiction[BTS - TaeKook / Vkook] Taehyung terbentuk dari komposisi ketampanan tak terbatas, pikiran yang lugas, berikut feromon yang ganas. Kehadirannya membuat langit dipenuhi pelangi dan mengubah warna senja menjadi merah ceri. Jungkook, berdiri sebagai p...