Menggapaimu

22 2 0
                                    

Warna Warni Rasa
#####
Jauh. Aku takut jika mendekat akan membuatmu jatuh ke lubang yang berbahaya
-Andre-
#####
Bagian Empat

"Kok gue membeku gitu sih!" Andre mengacak rambutnya kesal. Ia sekarang berada di rooftop sepi.

"Maafin gue Bel, kayaknya gue harus jauhin lo lagi"

Whatt! Lagi?!? Emangnya mereka pernah ketemu?.

---

Flashback on.

Makassar, 4 tahun lalu

"Ini untu' kita" (ini untuk kamu).

Abel menatap coklat dihadapannya, ia menadahkan kepalanya untuk melihat si pemberi.

"Serius buat gue?" Abel tak menyangka hal itu.

Sebuah coklat. Ini pertama kalinya ia di beri coklat apalagi pemberinya cogan.

Namanya Rasya, dia asli Makassar sekaligus First love Abel sewaktu SMP. Saat Rasya tersenyum ada sebuah lubang yang menghiasi pipinya, yapp that lesung pipi. Tidak lupa, kulitnya bersih dan bau parfumnya yang persis aroma oriental.

"Serius. Habiskan ii le" (serius. Habiskan yah) Rasya memberikan kedipan mautnya sebelum meninggalkan Abel yang tadinya sedang duduk di bawa pohon sambil membaca novel.

"Ma--makasih" Tak sempat didengar Rasya tapi tetap ia katakan.

Abel menatap pria itu sampai menghilang. Ia memandangnya dengan penuh harap dirinya bisa berpacaran untuk pertama kalinya dengan Rasya.

Flashback off.

---

"Kok pipi kamu bisa merah gini Bel? Lo abis di tampar sama siapa?" Dengan menatap ngeri, Namira berusaha menyentuh pipi Abel yang sudah membengkak itu.

"Senior"

Dari tadi yang dilakukan Abel hanya tertunduk.

"Kok gak ngelawan sih atau lapor ke guru" Namira kesal akan perbuatan teman sebangkunya.

"Udah biasa Ra, kalau gue ngelawan mereka bakalan semakin menjadi-jadi"

"Maksudnya, waktu di SMP dulu lo juga sering dilabrak?" Namira menatap Abel serius.

"Bahkan labrak itu berubah menjadi bullying. Dulu, gue pernah deket sama cowo terganteng di SMP, terus seniorku gak terima tiap hari gue dibully terus-terusan dimanapun kapanpun"

"Terus lo diam juga kayak sekarang?"

"Gak, dulu gue gak sepengecut ini. Gue dulu beberapa kali ngelawan, gue tetap maksa untuk dekat sama cowo itu. Merekapun semakin menjadi-jadi hingga pada suatu hari, mereka mengunci gue digudang sekolah saat gue sedang berjalan pulang melewati koridor. Gue disana selama 3 hari 2 malam."

"Kok bisa selama itu? Lo gak berusaha minta tolong? Kok gak ada yang nolong kamu selama 3 hari sih?"

"Gimana mau ada yang nolong. Gue dikuncikan waktu hari sabtu."

"Ih parah, kejam banget senior loh. Terus dia gak merasa bersalah gitu? Terus cowo yang deket sama lo gimana?"

Meskipun menanyakan pertanyaan berantai itu, Abel tetap menjawabnya dengan pasrah.

"Mereka tetap ngebully gue bahkan saat gue udah ngejahuin cowo itu dan gak melawan, mereka tetap saja seperti itu sampai mereka lulus"

"Kok gak laporin ke guru atau orang tua lo?"

"Laporin keguru juga gak bakalan selesain masalah Ra, terus gue gak mau nambahin beban orang tua gue. Makanya gue diam aja"

"Jadi sekarang lo itu dilabrak karena dekat sama Andre kan?"

Abel mengangguk.

"Lo gak boleh gitu terus Bel. Hal ini harus gue kasi tau ke Andre" Sontak Namira berdiri dan segera melangkahkan kakinya.

"Gak usah! Biar gue jauhin Andre"

Hal itu membuat Namira membeku, ia perlahan membalikkan badannya kearah Abel.

"Yaudah gak bakalan gue kasi tau, tapi ada syaratnya"

Abel hanya tertunduk tidak memberi respon.

"Kalau lo di labrak lagi, cepet kasi tau gue okey?" Namira merapikan rambut Abel dan menatapnya penuh harap.

Abel merespon dengan mengangguk pelan.

"Makasih Ra"

---

Andre meletakkan tasnya ke kursi di samping Farrel.

"Kok pindah Dre? Pasti lo keselkan sama murid baru itu? Gue sih dari awal emang gak suka. Tampang pas-pasan gitu kok bisa sok cantik yah."

Ocehan Farrel membuat kuping Andre semakin panas saat dia menyinggung soal murid baru.

"Lu bisa diam gak sih Rel. Gue lagi badmood nih."

"Yaelah Dre, dikit-dikit badmood. Emang lu PMS tiap detik yah?"

Farrel memang karakter yang bikin kesel hingga siapapun yang menjadi sahabatnya harus memiliki skill sabar yang sangat tinggi.

"Udah ah gue mau makan dulu." Andre berdiri dan mengambil kunci motornya dari kantong tas.

"Ke kafe depan sekolah? Gue ikut! Soalnya anak-anak pada makan di kantin" Farrel menyusul Andre.

Andre hanya bisa mendengus kecil dan menuruti Farrel, kalau tidak Andre pasti akan berubah menjadi miching gaey 'anjing gila' (sorry bahasa koreanya pas-pasan) karena celoteh Farrel.

Memang ada beberapa murid yang tidak suka mengantri di kantin, alhasil mereka beralih ke kafe depan sekolah meski makanan disana lebih mahal daripada makanan di kantin.

Andre memarkirkan motor n maxnya dipandu seorang JuKir (Juru parKir), sedangkan Farrel sudah sedari tadi turun dari kendaraan Andre dan segera memesan makanan di dalam.

Entah apa yang menyambar Andre hari ini, dia kelihatan menghayal hampir tiap waktu. Farrel yang sedang mengambil makanan dan menuju meja makannya memperhatikan sikap Andre sedari tadi.

"Lo gak papa Dre?" Tanya Farrel sambil duduk di kursinya.

"Huff, kayaknya gue perlu cerita nih" Andre membuyarkan khayalannya dan segera menggapai nasi goreng dihadapannya.

"Cerita aja lagi. Kitakan friends"

"Gue suka sama Abel"

Jeng jeng jeng. Farrel seketika sesak nafas meskipun ia tidak memiliki riwayat sesak. Ini pertama kalinya Andre mengatakan ia suka kepada seorang cewe dan terlebih cewe itu tidak di sukai Farrel.

"Loh--loh se--rius ini. Lo lagi kesambet sama hantu apa. Woi keluar lo setan!" Farrel memercikkan air putih di gelasnya ke wajah Andre.

"Gak gue gak becanda Rel" Andre menghiraukan kelakuan Farrel dan dengan santai membersihkan wajahnya.

"O--okey, tapi kok kayaknya lo galau berat"

"Saat gue suka sama dia saat itu juga gue harus ngejahuin dia"

"Kok gitu? Dia gak suka sama loh? Emang dia itu yah sok jual mahal amat" Farrel nampak kesal.

"Bukan Rel. Emang gue gak bisa cerita sekarang. Kayaknya gue emang ditakdirkan gak punya pacar deh"

"Vangke lu! Muka ganteng, kaya raya plus pintar gini? Lo nyinggung gue yah? Mustahil banget lu gak punya pacar"

"Emang gitu kenyataannya".

Andrepun memulai suapannya dan mengabaikan Farrel yang sedang mengoceh gaje.

Warna Warni RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang