13 - Pertandingan Gengsi

32 2 0
                                    


Pertandingan ini adalah pertandingan terakhir untuk kelas XII sebelum Minggu depan mulai sibuk dengan kegiatan menjelang Ujian Nasional. Maka dari itu mereka harus memenangkan pertandingan sebagai hadiah penyemangat ujian.

"Wuuuuuuuuuuuu." Razi bersorak saat Adel memasukan bola ke ring lawan dengan gaya lay-up andalannya. Adel tersenyum puas setelah berhasil mencetak skor lalu tos dengan semua temannya. Kini pemain lawan mulai terus menyerang dengan tenang pertahanan tim Adel di perketat bola di tepis Naya lalu di tangkap Gita dan di eksekusi dengan Three point nya, Masuk. Semua bersorak lagi. Tim lawan semakin menekan saat bola berada di tangan Adel, lawan yang di belakang mendorong tubuh adel sehingga jatuh di tindih lawannya. Pa agung sebagai wasit meniup peluit keras volt kesalahan di lakukan penonton mulai menyoraki. Semua menghampiri Adel yang tertindih lawannya, tangannya yang baru sembuh terasa nyeri saat di angkat ternyata bared karena saat jatuh dia menahan tubuh dengan tangannya. Lututnya bared juga terkena lantai dengan keras. Sementara lawannya hanya tangannya yang terkilir, semua tegang termasuk Razi, lalu Hanan? Ya, Hanan hanya menatap Adel datar seperti biasa. Adel terpaksa di bawa keluar lapangan untuk di obati dan di ganti pemain lain lalu menatap Hanan sekilas, Adel diam murung melihat kini dia tidak bisa menyelesaikan pertandingan hari ini padahal kali ini dia harus membawa tim nya menang. Adel kecewa pada dirinya sendiri.

Disisi lain Hanan nampak menoleh ke arah Adel yang meringis kesakitan karena sedang diobati. Entah apa yang Hanan pikirkan saat dia melihat keadaan Adel.

"Anjing, mainnya kasar banget tuh cewek." Razi marah-marah di pinggir Adel.

"Iyaa kak, dia dorong badan gue kenceng banget." Ucap Adel sambil meniup tangan yang sedang di obati.

"Bared-bared gitu, duh pasti perih tuh." Pandu meringis sendiri melihatnya.

"Masih ada kak yang lebih perih dari pada ini." Jawab Adel asal.

"Apaan yang lebih perih?" Pandu bertanya lagi.

"Gak di anggap sama gebetan, Hahaha." Adel tertawa membuat Pandu dan yang lain ikut tertawa. Hanan tidak menggubris dan tidak ikut nimbrung.

"Anjeeeer itu mah perih banget." Pandu ketawa ngakak. Adel menatap Hanan yang ditatap memandang tajam. Adel tersenyum melihat Hanan yang langsung membuang muka ke arah lain.

Rasain Lo kesindir kan, gak peka sih! Adel tertawa di dalam hatinya. Puas menyindir dengan tepat sasaran.

Pertandingan Putri selesai dengan skor 22-28. Tim Adel kalah point, Adel yang melihat hasil akhir makin kecewa. Teman-teman nya berjalan ke pinggir lapangan dengan lemas. Adel ikut lemas jadinya.

"Hah, udah cape masih kalah juga." Gita duduk dipinggir Adel.

"Bener, mereka mainnya keras banget, cape gue ladeninnya. Engap." Naya meminum air mineralnya.

"Sorry ya gue gak bisa lanjut sampe abis." Adel menjawab dengan nada penuh kecewa.

"Santai aja Del, kita gak nyalahin Lo kok." Ucap Caca.

"Iyaa lagian bukan sengaja kan , ya karena Lo tadi tiba-tiba celaka." Tia tersenyum.

"Tenang mereka lebih butuh point kali dari kita jadi biarin kita kasih aja, kasian tar balik nangis lagi." Ucap kak Mira sedikit tertawa untuk menyemangati juniornya itu. Semua ikut tertawa dan mengangguk termasuk Adel.

Kini giliran tim putra yang bertanding suasana semakin menegang saat tim putra mulai bertanding pasalnya Andre yang katanya kapten basket SMA pelita adalah pacar dari mantan Hanan sekarang tapi katanya lagi mereka sudah putus saat Salsa berbicara pada Hanan. Intinya mereka itu saingan. Pertandingan ini penuh gengsi apalagi perempuan itu juga ikut menonton dan menyemangati, ya Salsa ikut berteriak bersama penonton SMA pelita. Apalagi Salsa meneriaki nama Hanan membuat semua melihat ke arahnya.

"Tu cewe siapanya kak Hanan sih ada Mulu perasaan, heran gue." Ucap Gita kesal.

"Mantannya." Gita dan Naya menoleh saat Adel menjawab.

"Kok lo tau?" Tanya Naya.

"Kak Razi yang bilang, tapi mereka sekarang deket lagi. Makannya kemaren ketemu di mall, lagi jalan berdua." Adel menjawab dengan pandangan terus ke arah Hanan.

"Pantesan kalo gitu. Tuh cewek udah jadi mantan masih aja ngarep ya." Ujar Naya.

"Yaa gak ngarep lah kalo masih dua-duanya pada suka, berarti satu sama lain masih merespon." Adel menjawab membuat kedua sahabatnya itu diam sambil saling tatap.

"Hanaaaaan, semangat." Ucap Salsa menyemangati. Temannya menegur bahwa dia salah menyemangati. Andre yang mendengar itu mulai emosi, beda dengan Hanan yang tidak memperdulikan ucapan itu.

"Heh anjing, Lo jangan coba-coba cari perhatian ke salsa." Ucap Andre berbisik di telinga Hanan dengan penuh penekanan. Hanan memilih diam tidak merespon ucapan Andre karena fokusnya sekarang pada pertandingan. Tapi Andre tetap memancing.

"Selain bisu ternyata lu tuli juga. Pantes dulu Salsa ninggalin lo, anjing kaya Lo mana pantes dapetin Salsa." Perkataannya sinisnya pun kini mulai membuat Hanan terpancing.

"Lo yang anjing bangsat." Hanan meninju wajah Andre. Semua terkejut dengan ucapan dan tingkah Hanan yang tiba-tiba menyerang Andre. Termasuk Adel yang sontak berdiri melihat itu. Semua pemain putra memisahkan mereka. Andre bangun dengan memegangi sudut bibirnya yang mengeluarkan darah.

"Berani juga Lo." Andre berbicara dengan senyuman piciknya.

"Apa apaan ini? Kalian itu sedang bertanding basket bukan bertanding tinju. Mana sportivitas kalian." Pak Agung membentak. Razi membawa sahabatnya ke pinggir.

"Lu kenapa sih tiba-tiba nyerang si Andre?" Tanya Razi. Hanan tidak menjawab, Razi mengusap rambutnya frustasi.

"Han, jawab." Nadanya sedikit meninggi.

"Dia ngejek gue." Hanan menjawab dengan datar.

"Gara-gara ngejek doang Lo lakuin hal ini, hah?" Razi emosi. Pandu dan pemain lainnya menenangkan Razi.

"Dia ngejek gue dan nyangkut-nyangkutin nama Salsa. Gua gak terima sama omongannya" Hanan menjawab tak kalah emosi. Andre di sebrang sana melihat dengan tersenyum puas membuat lawannya kacau.

Disisi lain Adel yang mendengar ucapan Hanan juga tak percaya hanya gara-gara Salsa dia bisa berkelahi seperti ini, membuat hatinya terasa sakit dan ingin menangis. Adel pun berjalan pergi meninggalkan lapangan. Gita yang ingin mencegah Adel ditahan oleh Naya yang sengaja membiarkan Adel untuk sendiri. Adel berjalan ke taman dengan keadaan kaki yang pincang dia berjalan pelan lalu duduk di bangku taman sambil melamun merasakan sakit hatinya saat kata-kata yang membela Salsa keluar dari mulut Hanan. Adel ingin menangis, ternyata benar Hanan masih mencintai Salsa , Adel cemburu tapi dia tidak merasa berhak atas itu. Siapa dia? Sebagai apa dia dimata Hanan? Berharap jadi pengganti Salsa? Mana mungkin, bahkan Hanan tak pernah meliriknya. Adel menghapus air matanya yang sejak tadi sudah membasahi pipinya.

"Kenapa gue gini? Kenapa gue sesakit ini?" Adel berbicara pada diri sendiri. Dengan suara parau nya. Adel menghapus air matanya berkali-kali namun tetap saja air mata itu terus jatuh di pipinya. Adel segera menghapus air matanya dengan kasar lalu berdiri dia segera kembali ke lapangan sebelum dia dicari yang lain saat dia berbalik dia mendapati seseorang dibelakangnya, Hanan. Hanan menatapnya dengan tatapan datarnya namun sedikit berbeda karena matanya kini sedikit lebih muram. Dia menatap Adel yang berdiri di depannya dengan mata merah dan sorot mata yang menunjukkan kesedihan. Adel yang melihat Hanan menatapnya seperti itu entah kenapa air mata yang sejak tadi dia tahan kembali terjatuh. Adel segera menghapus lagi air matanya lalu berjalan ke arah Hanan, dengan wajah yang menunduk Adel berjalan melewati Hanan namun tangannya di tahan oleh tangan yang lebih erat memegangnya. Hanan diam tak bersuara dia masih dengan posisinya memasang wajah datar melihat ke arah bangku taman yang tadi Adel duduki, tidak bergerak namun hanya pegangannya yang kuat. Adel yang merasa tak ada respon langsung melepaskan tangan Hanan yang memegang tangannya lalu benar-benar pergi kembali ke lapangan meninggalkan Hanan sendiri yang masih diam dengan sikap Adel yang melepaskan tangannya.

HANANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang