.
.
.
Eighteen
.
.
.Chapter ini pendek but keep calm :v bakalan ada double up setelah ini
"Masuk" Suara baritone milik Erwin menghentikan ketukan pintu yang terdengar secara bertubi-tubi. Seorang gadis nampak berdiri diambang pintu dengan secarik kertas digenggamannya.
"(Y/n)? Silahkan masuk"
Bangku dihadapan meja erwin menjadi korban. Gadis itu memandangi secarik kertas yang ia pegang, kemudian mengalihkannya lagi pada Erwin.
"Ada apa?"
"Begini..." gadis itu lalu meletakkan kertas yang ia pegang keatas meja. Menatap dalam pada iris biru milik erwin.
Kini kertas milik (y/n) berada pada genggamannya.
"Untuk apa kesana?" Tanya Erwin setelah ia membaca tulisan dari kertas itu.
"Aku ingin berpamitan pada keluargaku... sebelum ekspedisi dimulai,"
-oOo-
"Yo!" Sasha melambai tangannya setelah melihat kawan sebayanya, (y/n) keluar dari ruangan komandan.
Ada perasaan sedikit lega setelah melihat seseorang yang sudah ia nantikan sejak 5 menit yang lalu.
"Bagaimana?" Tanyanya. (Y/n) menangguk sebagai tanda jika ia telah mendapat persetujuan dari Erwin. Kedua gadis itu lalu menyusuri lorong markas menuju kandang kuda.
"Kapan kau akan kembali?"
"Malam ini, mungkin"
Sasha menyengir "Bawakan sesuatu untukku setelah kembali yah!"
(Y/n) menangguk, menatap dalam pada sepatu boots yang terpasang rapi dikakinya.
"Ingin makan siang dulu?" Tanya sasha pada gadis disebelahnya. Gelengan menjadi jawaban atas pertanyaan itu.
Jujur saja, (y/n) sedang tidak ingin bertemu dengan banyak orang, apalagi dengan- baiklah, ia tidak ingin menyebut nama pria itu sekarang. Oh, bicara soal 'dia' (y/n) belum bertemu dengannya sejak pagi tadi. Entahlah, seharunya ia bersyukur tidak perlu bertatap muka dengan pria brengsek yang sudah mengambil ciuman pertamanya itu.
(Y/n) menaiki kudanya. Ya, siang ini ia berniat untuk pergi ke pusat kota. Bisa dibilang, ini adalah sebuah bagian dari rencananya untuk ekpedisi besok pagi.
"Hati-hati dijalan yah!" Ucap sasha dari tempatnya berdiri.
(Y/n) menangguk dan hendak melajukan kuda. Sebelum suara segerombolan orang menghentikannya.
"(Y/n)!" Eren berteriak kuat. Ditambah dengan Jean, Armin, Mikasa, connie, krista, bertolt dan reiner yang berlari mengikutinya dari belakang.
"Kalian?"
"Hah... kau pikir kami ini apa! Pergi tanpa memberitahu," protes Jean.
(Y/n) tertawa, menatap satu satu temannya yang mengantar kepergiannya kali ini. Rasanya ada sesuatu yang membuat dadanya sesak.
"Maaf..." perasaan dimana ia benar-benar merasa sangat dibutuhkan.
"Pergilah, jangan terlambat untuk kembali yah! Kami akan menunggumu pulang," ucap armin kali ini.
(Y/n) menangguk dan mulai melajukan kudanya meninggalkan markas. Ia menghapus air matanya. Ini bukan waktu yang tepat untuknya menangis, masih ada rintangan besar yang menunggunya diluar sana.
Dan setelah ini...
Dia sendirian.
-oOo-
Waktu menunjukkan pukul 8 malam.
Petra membuka perlahan pintu kamar Levi. Gadis itu menghamburkan pengelihatannya menyusuri seisi ruangan dan mendapati seorang pria dewasa tengah menyeruput teh miliknya dengan santai dengan seorang gadis dengan ikatan rambut ekor kuda yang berdiri didepan pria itu.
"(Y/n) pergi ke pusat kota?" Petra tertohok. Mendengar nada khawatir dari calon tunangannya yang bahkan tak pernah ia dengar sebelum ini.
Petra memilih bersembunyi dibalik pintu, mencoba menajamkan pendengarannya dengan percakapan yang terjadi didalam sana.
"Huh, dia pasti tak ingin menemuimu setelah kau menciumnya kemarin"
Deg
Seolah ada sesuatu dari bagian dadanya yang remuk. Petra memegang dadanya. Sakit, rasanya begitu sakit.
"Diamlah mata empat. Jangan membuatku menancapkan pedang di tenggorokanmu itu"
"Baiklah, kau agresif sekali shorty"
Petra menunduk dalam dan mengelap air matanya. Setelah yakin jika suara langkah kaki Hanji keluar dari kamar levi. Gadis itu keluar dari persembunyiannya.
Membuat seorang Levi Ackerman terkesiap dengan hal itu.
"Petra?"
Gadis itu tersenyum. Merapihkan helaian rambutnya yang agak berantakan setelah bersembunyi tadi.
"Maaf aku tidak bermaksud lancang... tapi, aku tidak punya waktu untuk melarikan diri,"
Levi memasang wajah datar. Pria itu berdiri dari tempatnya dan berjalan mendekati petra.
Jujur saja, Levi masih memiliki perasaan iba pada petra. Disini, seakan petra yang menjadi karakter jahat antara dia dan (y/n). Levi mengerti perasaan seorang petra yang tengah berusaha menjaga ikatan mereka. Namun apa boleh buat, ia mencintai gadis lain, dan akan tetap seperti itu.
"Kita akan akhiri ini," Levi menghentikan tangannya untuk mengelus kepala petra.
Levi mundur beberapa langkah menatap seoramg petra ral yang menitikkan air matanya.
"Apa maks-"
"Aku akan membatalkan pernikahan kita. Tapi bantuan dari keluargaku pada ekspedisi akan terus berjalan"
Petra meninggalkan ruangan itu. Meninggalkan seorang Levi yang merdebat dengan pemikirannya.
-oOo-
Disaat bersamaan (y/n) sibuk memandangi peta yang ia pegang. Jujur saja, ia masih sangat bingung walau peta tersebut telah ia pandangai ratusan kali.
"Permisi, apa anda tau dimana toko obat tradisional disekitar sini?" Tanya (y/n) pada seorang wanita tua yang tengah menyuapi cucu perempuannya.
"Sepertinya hanya ada satu. Disana,"
Gadis itu merekahkan senyumannya. Ia kemudian berterima kasih dan berlari menuju tempat ia ditunjuk oleh wanita tua tadi.
"Ada yang bisa kami bantu?"
"Tolong berikan obat pencuci perut,"
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life || Levi Ackerman [Complete]
Fanfiction[Anime story Pertama] Apa yang akan kau lakukan saat dirimu yang kau pikir telah tewas terbangun didunia fiksi. 23 Maret 2018 - 22 Desember 2018 •end ✓