06

8.1K 1.2K 225
                                    

.
.
.
.
.
Six
.
.
.
.
.

Aku mengnon aktifkan handphone milikku aku harus menghemat baterai nya, siapa tahu ini akan berguna. Setelah siap aku memasukkannya kedalam ransel yang ada disebelah pinggulku. Memakai sepatu sebelum beranjak mengikuti yang lain. Hari ini, kami akan bergegas menuju markas pasukan pengintai.

Sekali lagi aku yang paling lambat. Kulihat 3 kereta kuda yang sudah sangat penuh. Aku bingung, yang mana harus aku naiki.

"(Y/n)! Disini!!"

Jean menyundulkan kepalanya dibalik jendela kereta. Aku tersenyum dan berlari kearah kereta itu. Sama saja, lima orang dalam satu kereta kuda? Mau bagaimana lagi.

Masalah baru lagi, tangga keretanya setinggi pinggangku. Sangat sulit menaikinya, apalagi dengan tubuh pendek sepertiku. Sasha dan Mikasa yang berada diujung, mengulurkan tangan mereka. Dan menarikku secara bersamaan.

"A-arigatou,"

Jean menepuk nepuk bangku disebelahnya. Memintaku untuk duduk disampingnya. Kulihat Sasha tampak bergumam 'dasar kuda' dan sukses menimbulkan perempatan siku-siku di dahi Jean.

Padahal mereka cocok...

"(Y/n) tidak ada yang tertinggal kan?" Armin yang berada didepanku bertanya padaku. Aku mengangguk "tidak ada, mungkin"

"Aaaahhh! Kenapa aku jadi gugup yah!?" Jean berteriak keras. Membuat Sasha tersedak kentangnya.

"Dari awal kau memang pengecut yang sok berani! Kalau takut kenapa kau ikut heh!?" Sasha mengomel tak jelas.

"(Y/n) kau tidak takut?" Jean bertanya padaku, kasihan sekali Sasha tidak ada yang menanggapinya.

Aku menunduk menatap kaiku yang sekarang sudah terbalut sepatu boots.

"Entahlah,"

-oOo-

Normal PoV

Lelaki dengan rambut blonde itu menatap keluar jendela. Menatap prajurit-prajurit pemberani baru yang siap berjuang bersama. Matanya terfokus pada satu gadis berambut (h/c) yang menarik baginya.

Krieet

Pandangannya teralihkan saat seseorang di ambang pintu, orang sudah ia tunggu sedari tadi.

"Ada apa kau memanggilku Erwin?" Tanya sang pria to the point. Sedangkan pria yang dipanggil Erwin hanya memaklumi kelakuan sang Kopral muda didepannya.

"Gadis yang kemarin kita bicarakan,"

Levi mengangkat sebelah alisnya. Ia benci jika dibuat penasaran.

"Kuserahkan dia padamu,"

Tiga kata satu kalimat yang sukses membuat Levi menajamkan pandangannya.

"Berikan saja dia pada mata empat, aku sudah punya Eren di kelompokku. Kau pikir squad ku tempat penampungan?"

"Aku percayakan dia padamu, kau boleh pergi"

Second Life || Levi Ackerman [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang