Lupakan! Lupakan! Lupakan!
Hanya itu yang bisa Syifa katakan, ia bahkan tidak ingin mengingat apa yang sudah terjadi semalam pada dirinya dan juga Disa. Juga tidak berpikir untuk menyebarkan hal ini pada teman-teman sekolah.
Namun, terlihat bagaimana Alina pun ikut merasa tegang mendengar penuturan Syifa dan Disa. Tentu karna hal ini menyangkut dirinya.
Alina menarik kedua tangan sahabatnya itu dan mengabaikan beberapa teman yang juga ikut terlibat untuk dalam kejadian yang dialami Syifa dan Disa. Alina menelan kasar salivanya sekedar untuk melepaskan rasa takutnya yang semakin mencuat. Sorot matanya menatap tajam ke arah Syifa dan Disa, menuntut keduanya untuk bercerita lebih dalam lagi tentang kejadian aneh tadi malam disekolah mereka.
"Ya. Aku tau ini konyol. Hanya saja, aku tidak mungkin mengarang hal-hal semacam ini kan? Lagipun bukan hanya aku, Syifa pun ikut merasakan keanehan-keanehan itu." Disa berucap lebih dulu dengan kedua tangannya yang juga ikut bergerak setiap mulutnya menuturkan sesuatu. Syifa yang mendengar hal itu akhirnya mengangguk menyetujui kalimat Disa.
Tampak wajah Alina berpikir, mengingat cerita konyol yang tanpa sengaja Alina dengarkan dikantin beberapa hari yang lalu. Sang kakak kelas yang bernama Rinaz, bercerita bahwa sekolah ini adalah tempat yang dulunya berkumpul para iblis jika malam telah tiba. Persembahan untuk mereka jika ada yang berani datang ke sekolah kita saat suara adzan maghrib berkumandang. Entah itu cerita palsu atau tidak, karna waktu itu Rinaz menceritakannya dengan tertawa seakan tidak benar-benar percaya pada cerita yang ia ceritakan sendiri oleh teman-teman kelasnya.
"Kalian tau? Aku sudah ingat apa yang pernah aku dengarkan dari mulut kak Rinaz bahwa sekolah ini adalah salah satu tempat berkumpulnya hantu!" ucap Alina sembari mempelototi kedua sahabatnya, ia pun turut merasakan apa yang menurutnya sangat berkaitan dengan kejadian yang dialami Syifa dan Disa.
"Entahlah! Aku kurang percaya ucapan kak Rinaz, dia selalu berkata yang tidak-tidak dengan sahabatnya sendiri." sahut Disa.
"Iya, aku juga tau kak Rinaz tidak benar-benar mengetahui seluk beluk sekolah kita." sambung Syifa.
"Hey! Kalian yang mengalami itu bahkan tidak mau percaya tentang hantu! Lalu, kalau bukan hantu, siapa yang menemani malam kalian dalam pesta tersebut! Atau jangan-jangan, mereka akan menghantui kalian berdua selepas ini!?! Seperti cerita yang aku dengar?"
"Aku bukannya meragukan cerita tentang hantu Alina, yang aku tau semua gedung atau tempat tinggal memang mempunyai penunggunya masing-masing. Mungkin saja itu adalah salah kita berada disekolah malam-malam dan mengganggu ketenangan mereka." ujar Disa yang merasa tidak ingin mengaitkan kejadian itu dengan cerita sang kakak kelas.
"Lagipun. Apa hubungannya dengan mengganggu kita setelah malam itu. Toh, kita juga tidak akan berada disekolah ini lagi setelah apa yang kita alami malam tadi." sambung Syifa lagi.
"Baiklah baik. Ada satu lagi, kak Rinaz pernah bercerita kalau Sekolah ini dulunya sudah ditempati untuk persembahan para iblis dengan tumbal-tumbal." kata Alina mencoba mengaitkan satu sama lain. Namun lagi-lagi wajah Disa dan Syifa tidak begitu kuat mempercayai dengan semua ucapan Alina.
"Lalu? Untuk apa semua itu?" tanya Syifa.
"Aku juga tidak tau itu untuk apa? Tapi yang pasti, mereka menggunakan sekolah agar tidak ada yang tau ritual yang dilakukannya pada malam hari."
"Lalu? Hantu?" sambung Disa bertanya.
"Ya, yang kalian lihat adalah roh-roh dari tumbal itu. Pasti begitu!"
Semuanya terdiam. Mencoba untuk bermain dalam pikiran mereka masing-masing, atau dalam logika mereka sendiri. Beberapa teman yang mendengarkan percaya bahwa apa yang dialami Disa dan Syifa bukan karna penunggu sekolah. Namun memang hantu itu adalah roh yang tidak tenang dalam kematiannya.
-
Siapa sangka? Cerita mereka jadi tranding topic disekolah itu. Hampir semua murid malah kembali menceritakan kejadian yang dialami Syifa dan Disa. Namun, ada beberapa yang tidak percaya dan justru hanya mengundang tawa mereka.
"Naz, sepertinya anak-anak ini percaya sama cerita mitos yang kau bawa tempo hari." ucap Rangga samar-samar mendengar cerita dari meja kantin sebelahnya.
"Mereka yang bodoh mempercayai cerita itu. Lalu kenapa harus terulang lagi dalam ingatan mereka?"
"Itu karna adik kelas kita sudah mengalami hal yang buruk tadi malam! Dan mereka percaya bahwa gangguan hantu yang dialami itu adalah para roh yang dijadikan tumbal semasa hidupnya!" ucap Rangga.
Kali ini Rinaz tidak dapat berkata apa-apa. Ia juga tidak menyangka cerita itu akan berdampak pada sekolah mereka, dengan jaman yang sudah sangat modern seperti ini. Dan..
"Hahaha... Kenapa wajahmu itu? Apa kau benar-benar yakin semuanya berkaitan?" Rinaz tak lagi bisa menahan tawanya melihat sahabatnya menceritakan cerita karangan darinya. Lalu, menyangkut pautkan dengan apa yang dialami oleh adik kelasnya.
"Kau? Apa ini hanya kerjaan mu?"
"Ya.. Hahahha, bisa saja mereka juga mengarang bahwa mereka bertemu dengan sosok hantu disekolah! Kau percaya kalau mereka akan mengunjungi sekolah dimalam hari? OMONG KOSONG!"
Baiklah. Setelah apa yang sudah diyakini Rangga dan dipatahkan oleh Rinaz, akhirnya ia tau bahwa itu sebuah dirinya sudah dibohongi dengan cerita karangan Rinaz sendiri. Merasa tidak perlu lagi membahasnya, Rangga pun berlalu meninggalkan Rinaz yang masih asik dengan tawanya itu.
**
Cerita hantu sudah berlalu. Syifa sudah mendengarkan langsung dari Rinaz bahwa apa yang dialami sama sekali hanya ilusinasi mereka, tidak ada yang perlu ditakutkan lagi-lagi untuk mengaitkan kejadian itu dengan omong kosong Rinaz.
Syifa berbaring diatas ranjang tidurnya, lantas menutup pintu kamarnya rapat. Ini sudah sangat malam untuk anak sekolah seperti dirinya. Syifa memejamkan mata perlahan lalu tiba-tiba..
Suara dari balik jendela justru membuat Syifa harus kembali membuka kedua matanya, tentu karna hal ini sangat mengganggu istirahatnya. Syifa melangkah perlahan lantas sebelum membuka jendela kamar, ia sedikit mengintip dari balik tirai jendelanya. Hanya saja tidak ada siapa-siapa disana, dan bahkan remang-remang lampu justru menambah suasana horor. Ia kembali mengingat kalimat Alina tentang teror hantu yang mungkin akan dialami setiap malam.
Ah, bodoh! Kenapa harus mempercayai sesuatu yang tidak jelas keberadaannya, lagipun....
Prang!!
Lagi-lagi timbul suara yang membuat jantung Syifa hampir mencelos keluar, namun kali ini berasal dari arah dapur rumahnya! Belum juga stabil perasaan takutnya karna ketukan jendela, namun sekarang ada lagi yang membuat ia menjadi kalang kabut sendiri dalam kamar miliknya.
Syifa menunggu seseorang berbicara diluar sana. Entah itu ayah atau ibunya, yang jelas ia tidak lagi ingin membuka pintu kamar itu. Keringat dingin Syifa mulai bercucuran, karna dalam penantian itu tidak ada seorang pun dirumahnya yang peduli akan suara didapur tadi. "Apa-apaan mereka? Mungkin kalau aku sudah tidur, aku akan bangun dengan suara sekencang itu. Tapi mereka..." Syifa bergumam sendiri.
'Bunuh...' satu kata yang kali ini membuat Syifa benar-benar ketakutan setengah mati. Seseorang yang berbisik dengan kejamnya tepat ditelinga kiri gadis itu, ikut dengan desahan nafas dari pemilik suara tersebut!
Tbc!
Apa ini menegangkan? Atau justru tidak mendapat feel apa-apa dari para readers? Entahlah! Tinggal meminta like+komennya buat cerbung horor ini yaa. Terimakasih kalian. 😍😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Takut!!!
Horror(Sebagian kisah horor yang di alami para pemeran di story ini, ada yang kejadiannya memang author alami, jadi kisah ini bisa di bilang real story of author) Cerita Horor. TAMAT Rank 179 dalam horor Tentang sekolah dan kejadian aneh yang selalu diala...