Ya. Bisa dikatakan fisik Syifa sangat kuat. Setelah kejadian malam itu banyak meninggalkan pengalaman Syifa tentang jenis-jenis hantu. Ternyata mereka tidak hanya satu, bahkan ada 3 jenis yang berjejer mengelilinginya saat ia berjongkok entah itu masih halusinasi atau memang nyata. ada dua yang menggunakan pakaian sekolah lusuh, dan ada satu yang menggunakan baju merah. Tampak seperti pria tua dengan topi koboy dan gunting rumput yang dipegangnya. Syifa bergidik ngeri jika harus kembali mengingat ketiga-tiganya. Ini tidak akan berakhir begitu saja jika tidak ada yang memintanya untuk pergi. Syifa hanya bisa membayangkan mungkin hal yang mengerikan akan kembali dialaminya dalam malam-malam berikutnya.
Hari ini Syifa terdiam menatap legam seisi kamarnya. Dia sudah rapi dengan menggunakan seragam putih abu-abu. Jangan sampai terlihat seperti orang yang sudah mengalami trauma berat, meski sebenarnya hal itu sudah terjadi dalam hidupnya.
Syifa menghela napas pendek. Langkahnya perlahan meninggalkan kamar. Ketika berada di ambang pintu Syifa kembali berbalik, dan entah kenapa hawa dingin perlahan menelusup masuk kedalam tubuhnya, padahal AC kamar pun sudah dari tadi dimatikannya. Ah, peduli apa tentang hawa dingin itu, bukan kah kejadian malam tadi lebih buruk dari hawa yang dirasakan saat ini?!
"Kau sedang apa?"
Syifa terlonjak kaget saat mendengar suara Anne dari belakang. Gadis itu memegangi jantungnya dan menghela napas lega karna orang yang menegurnya tidaklah berbahaya.
"Ah bu, kau mengagetkan saja."
"Ya. Kau memang harus terkejut, daritadi sikap mu seperti sedang dikejar hantu." Anne bertutur pelan. Gelas yang berisikan air ditangannya lalu disodorkan ke arah Syifa untuk segera menyuruh gadis itu menenggak isi dalam gelas tersebut.
"Sepertinya kau benar-benar terkejut tadi, kau harus minum dulu." Anne memberikan air tersebut dan tersenyum ke arah Syifa. Ada yang mengganjal dalam pikirannya, tentang perilaku putrinya yang semakin terlihat aneh, entah ini ada kaitannya dengan suara Adisa semalam atau hal yang lainnya.
"Yakin kau tidak akan menceritakan apapun pada ibumu ini? Karna ibu akan menceritakan sesuatu padamu."
Syifa berkerut dahi lantas menghentikan diri untuk meminum air yang sudah ditenggaknya beberapa kali. "Apa itu bu?"
"Ya, sebentar lagi Carroline akan pulang. Dan kita harus menjemputnya di bandara,"
"Ha? Bukannya dia masih sibuk dengan urusannya diluar kota? Apa harus sekarang pulang ke rumah?" pertanyaan itu memang terdengar sangat konyol dan membuat Anne bingung. Syifa bukannya terlihat senang akan kepulangan kakak sepupunya, justru nada ucapannya seperti menahan Carroline datang ke rumah tersebut.
Ya. Lalu pada kenyataannya Syifa sangat tidak menginginkan orang-orang dirumahnya bertambah meski itu hanya satu orang. Bisa-bisa, kegilaan tentang teror hantu tersebut justru akan membahayakan penghuni rumah yang lain.
"Bu. Maksudku tidak begitu, apa kalimatku salah?"
"Tentu. Kau bahkan terdengar takut jika Carroline kembali. Sebaiknya, persiapkan dirimu karna anak itu akan menetap lama di rumah kita sayang. Sekarang, berangkatlah hari sudah mulai siang. Nanti kau bisa terlambat."
Tidak ada kalimat yang keluar dari mulut gadis itu lagi. Ia kembali memfokuskan dirinya agar bisa bertemu dengan Rinaz hari ini juga. Tidak peduli apapun caranya, hanya Rinaz yang bisa mengerti dirinya saat ini.
"Saya berangkat bu," tutur Syifa sembari melangkah perlahan meninggalkan Anne dengan segala pertanyaan dikepalanya.
*
Bel istirahat berbunyi. Syifa tak sabar untuk menunggu sang guru matematika keluar dari dalam kelasnya, karna sebentar lagi dia akan berjalan menuju kantin hanya untuk menemui Rinaz.
Sementara Alina yang memperhatikan tingkah Syifa ikut kebingungan. Alina sangat yakin tingkah Syifa kali ini benar-benar berkaitan dengan apa yang sudah Adisa alami di rumahnya kemarin sore.
Berbeda dengan Syifa. Alina bersyukur karna sampai detik ini tidak ada hal-hal aneh yang ia alami, namun bukan berarti Alina merasa tenang akan dirinya. Kedua sahabatnya jelas sangat membutuhkan bantuan karna hal ini dirasakannya pun setelah acara kejutan ulang tahun untuknya yang dirayakan Adisa dan Syifa di sekolah.
Alina tersadar. Beberapa murid sudah keluar dan Syifa juga sudah berada di luar kelas, terlihat sedang mencari seseorang. 'Apa kak Rinaz?' pikir Alina.
Skip__
Syifa tidak peduli saat beberapa pasang mata memperhatikannya karna menarik tangan sang kakak kelas tanpa perasaan, baginya Rinaz harus membantu ia untuk apa yang sudah direncanakan. Beberapa kali Rinaz meminta agar Syifa tidak menarik lengannya semena-mena namun Syifa lagi-lagi mengabaikannya, dan gadis itu menghentikan langkah kakinya saat ia sudah berada di Aula sekolah yang tidak seorang pun murid berada disana kecuali ia dan kakak kelas.
"Kau benar-benar!" ucap Rinaz sembari menghentakkan tangannya kasar.
"Maaf kak, aku tidak tau harus meminta tolong pada siapa lagi?"
"Tentang hantu itu? Kenapa kau harus melibatkan ku dalam masalahmu!"
"Karna kau yang bisa tau dengan sejarah sekolah walau itu hanya dalam mimpimu. Aku percaya kak, itu bukan sekedar mimpi pengantar tidur." lirih Syifa.
Mungkin ini memang bukan urusan Rinaz, namun melihat wajah memelas dari Syifa tentu membuat hati Rinaz luluh. Pasalnya, sebagian laki-laki tidak akan tega melihat wajah memelas dari seorang perempuan, dan hal itu terbukti. Rinaz menghela napas pelan dan mengerjap beberapa kali.
"Ya, baiklah. Kau mau aku melakukan apa sekarang?"
"Tidak, sebelum aku meminta mu untuk melakukan sesuatu apa aku boleh bertanya?"
Rinaz mendesah pelan lantas menatap lamat ke arah Syifa. Beberapa detik kemudian ia pun mengangguk setuju.
"Tanyakan lah. Tapi aku tidak janji untuk menjawab pertanyaan mu sesuai keinginanmu."
"Tidak. Aku hanya ingin mengetahui tentang mimpi yang kau alami setiap malam." Syifa mengernyit. "Apa kau yakin mengalami mimpi itu setiap malam? Dan kau tidak merasa curiga sama sekali tentang mimpi itu? Bukankah hal itu adalah suatu pertanda?" Syifa menyerang Rinaz dengan berbagai pertanyaan di dalam kepalanya lalu mencocokkan dengan kejadian-kejadian aneh yang di alaminya dan tentu yang juga di alami Adisa.
"Kau tau? Sesuatu yang ingin selalu aku lupakan setiap bangun tidur adalah mimpi itu, lalu kau malah mengingatkan hal buruk yang berusaha aku hindari di pagi hari."
"Maafkan aku kak, hanya saja aku sangat yakin kalau mimpi itu benar-benar petunjuk agar kau harus melakukan sesuatu untuk sekolah ini." Syifa bertutur. Mendengar itu Rinaz kembali mengernyit, baru kali ini ada orang yang mempercayai mimpinya adalah sebuah kode alam.
Syifa menelan salivanya kasar lantas kembali memasang tampang serius di wajahnya, ia lalu memulai mencurahkan segala kegundahan hatinya dengan memberi tahu hal-hal aneh. Dan Rinaz seakan harus percaya ucapan yang dikeluarkan Syifa.
Tau. Ini adalah sebuah masalah besar, apa lagi pertanyaan terakhir Syifa yang meminta nya untuk mengunjungi sekolah. Di waktu malam!! Atau mungkin, setelah jam 12 malam.
"Kau gila?!" pekik Rinaz berbisik.
"Kak, aku hanya ingin tidur dengan damai. Menikmati malamku dengan bahagia seperti sebelum-sebelumnya, kau juga sama kan? Mimpi buruk itu sangat mengganggu untuk mu kan? Bagaimana kalau kita saling membantu. Aku yakin, roh-roh di sekolah ini meminta kita membongkar sesuatu yang buruk yang terjadi beberapa masa yang lalu?"
"Hmm.." Rinaz tampak berpikir.
"Ayolah kak, ini bukan hal yang terlalu buruk kalau kita melakukannya berdua." Syifa memohon dengan sangat. Sementara Rinaz menimbang-nimbang dan akhirnya ia mengangguk setuju.
"Baiklah. Malam ini, kita akan bertemu kembali di tempat ini..." Rinaz bertutur pelan. Berharap tidak ada yang mendengar rencana gilanya itu.
Tbc!
KAMU SEDANG MEMBACA
Takut!!!
Horror(Sebagian kisah horor yang di alami para pemeran di story ini, ada yang kejadiannya memang author alami, jadi kisah ini bisa di bilang real story of author) Cerita Horor. TAMAT Rank 179 dalam horor Tentang sekolah dan kejadian aneh yang selalu diala...