bagian 02.

478 32 0
                                    

'Terkutuklah kau!! Manusia durjana!!' teriak seorang laki-laki tua yang sedang memegangi cangkul, kedua tangannya terus menggali lubang dengan menggunakan cangkul untuk menggali disekitar area taman sekolah SMU Tanah Seruni. Sepanjang Adisa memperhatikan, laki-laki tua itu terlihat seperti tukang kebun biasa. Baju kusam berwarna merah, celana kain selutut, dan topi koboy yang dikenakannya. Tidak ada yang salah dengan penampilannya saat laki-laki tua itu menggali tanah. Namun, ia sama sekali tidak memperdulikan Adisa yang sudah merasa risih akan teriakannya itu.

Lagipun.. Hari sudah mulai sore, laki-laki tua itu masih asik dengan pekerjaannya. Kenapa tidak disambung besok saja? Pikir Adisa.

'Manusia durjana!' pekik laki-laki tua itu lagi. Mendengar ocehan si laki-laki tua, akhirnya mampu membuat Adisa bangkit dari tempat duduknya dan melangkah mendekat ke arah laki-laki tua tersebut.

Tadinya hanya ingin menegur laki-laki penggali lubang itu untuk menghentikan aktifitasnya, karna beberapa teman mereka juga sudah pulang bahkan dari siang tadi. Namun sesampainya disana aroma busuk tak tertahankan yang sumbernya seperti dari laki-laki tua itu membuat Adisa merasa mual. Sebenarnya apa yang digali pria tua itu sampai harus berteriak dengan sebutan kotor yang terus diucapkannya. Lagipula bau busuk itu, apakah tidak tercium olehnya? Pikir Adisa kembali.

"Permisi pak," Adisa menutup hidungnya setengah. Meski masih tercium namun Adisa merasa sudah cukup. Takut saja si laki-laki tua itu tersinggung dan bertambah marah. Merasa dirinya terpanggil, akhirnya laki-laki tua itu menghentikan aktifitasnya, dia tidak berbalik sedikitpun ke arah Adisa namun nafasnya yang tersengal-sengal sudah bisa terdengar ke telinga Adisa. Gadis itu menunggu si laki-laki tua berbalik, namun sayang karna satu menit berlalu posisi laki-laki tua itu masih dengan keadaan membelakangi Adisa.

"Apa kau tukang kebun baru? Biar aku memberi tahu sedikit pak. Kalau teman-teman anda sudah tidak lagi bekerja. Kau bisa seperti mereka, menghentikan pekerjaan itu dan pulang ke rumah. Jangan terlalu memaksakan diri untuk bekerja terus." Adisa berusaha setenang mungkin agar si laki-laki tua itu tidak tersinggung akan ucapannya. Tapi, apa yang didengarkannya justru tak membuat laki-laki tua itu berhenti. 'Durjana!' pekik si laki-laki tua sembari melanjutkan galiannya.

"Kau sedang marah pak? Kenapa terus bekerja?" tanya Adisa lagi.

Tidak peduli. Si laki-laki tua tersebut terus menggali di area tempat itu. Nampaknya bau busuk itu benar-benar tidak tercium olehnya. Sementara Adisa sudah tidak lagi bisa menahan diri untuk tidak beranjak dari tempat itu. Tadinya tidak ada yang salah oleh laki-laki tua itu, namun saat keringatnya yang mulai bercucuran secara tidak wajar melalui kepala, membuat Adisa terkejut setengah mati. Pasalnya, tidak ada orang yang berkeringat seperti tersiram air.

Tidak hanya si laki-laki tua, Adisa mulai merasa ada yang aneh dan akhirnya keringat dinginnya pun ikut mengucur didahi. Tak sampai disitu, saat ini  dimana-mana terlihat darah bahkan yang tadinya keringat berubah menjadi darah segar dari kepala si laki-laki tua itu.

Nampaknya si laki-laki tua itu menyadari akan keterkejutan Adisa. Perlahann ia berbalik dan...

KyyAaaaaaaaa!!!!!

Adisa mulai teriak sekencang-kencangnya dan memilih berlari sejauh mungkin dari laki-laki tua yang seluruh bagian wajahnya hanya tertutupi ulat.

Hosshh.. Hoshh..

Mimpi buruk itu akhirnya membangunkan Adisa dari tidur malamnya. Meski nafasnya masih memburu namun perlahan Adisa memijat tengkuknya berharap bisa menormalkan dirinya dari serangan mimpi buruk yang dialaminya.

Setelah sekian lama ia tidak bermimpi dan akhirnya mimpi kembali menyapa dengan sangat tidak menyenangkan. Adisa berbalik melihat jam weker yang sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Adisa memilih untuk bangkit dari ranjang tidurnya lalu berjalan keluar kamar, rupanya mimpi tersebut membuat kerongkongan Adisa pun terasa sangat kering.

-

Setelah menenggak air segelas. Adisa kembali berjalan menuju kamar. Tetapi sampai didalam kamar, dirinya tidak juga membaringkan tubuhnya dan memilih duduk disisi ranjang. Adisa masih memikirkan mimpi buruk itu. Tidak pernah Adisa merasakan mimpi buruk yang terasa sangat nyata seumur hidupnya, sekolah itu seakan memanggil Adisa untuk dikunjungi saat itu juga. Namun alih-laih memikirkan sekolah, kenyataan mulai membuat Adisa tersadar akan suara galian dari arah pekarangan rumahnya.

Benar!! Adisa terdiam sejenak untuk mendengarkan secara seksama suara-suara dari balik jendela kamar, terasa seperti dejavu namun kali ini tempat kejadiannya yang berbeda. Tentu hal ini lebih menakutkan karna kejadian tersebut justru terjadi disekitar rumahnya.

Tidak mau meneruskan perasaan buruknya, Adisa beranjak dari tempat tidur lalu ia melangkah perlahan-lahan untuk sampai ke jendela kamarnya. Dan suara itu semakin nyaring bahkan membuat Adisa kembali bermandi keringat.

Dengan penuh keberanian yang sudah terkumpul. Adisa membuka tirai jendela kamarnya, melihat sedikit keluar halaman lalu...

Tidak!! 'Laki-laki tua yang sama dalam mimpinya, kini berada diluar jendela kamar. Baju, celana bahkan topi yang sama.. Dia laki-laki si penggali lubang sudah berada dihalaman belakang rumah Adisa.!

Bukan mimpi!? Nafas Adisa tak teratur lagi, meski beberapa kali gadis itu berusaha setenang mungkin. Benarkah ini kenyataan? Atau ia masih berada dalam mimpi seram itu. Adisa mencubit kecil pipinya dan terasa sakit.

Tidak!! Adisa mulai merasa kacau karna apa yang dilihatnya barusan bukan mimpi. Sekali lagi Adisa mencoba untuk membuka tirai jendela kamar dan berharap silaki-laki tua itu tidak lagi berada disana!

Perlahan... Namun sungguh sial karna..

Dia masih berada disana!

Adisa merutuki dirinya, karna kecerobohannya menimbulkan suara jendela membuat si laki-laki tua itu berbalik. Cepat-cepat Adisa menutup rapat tirai jendela tersebut dan berlari ke arah ranjang. Berharap tidak lagi melihat laki-laki si wajah ulat yang seperti dalam mimpinya.

Adisa menutup seluruh tubuhnya dengan selimut yang ada, disusul dengan kedua matanya untuk menghilangkan bayangan yang sudah memenuhi otaknya.

Ia tidak bisa melakukan apapun melainkan berdoa meminta perlindungan pada Tuhannya. Dan..

Sial!! 

Doa tersebut benar-benar tidak membantunya, karna setiap kata yang dikeluarkan Adisa benar-benar tidak teratur dan doa itu malah terdengar sangat berantakan.

Adisa terdiam, meski dalam hatinya masih terus memanggil nama Tuhannya. Perlahan, Adisa mulai merasa tenang berada dalam selimut besarnya. Benarkah sudah hilang? Adisa membatin sendiri.

Durjana!!

Suara menyeramkan akhirnya kembali terdengar dan membuyarkan ketenangan Adisa yang beberapa detik itu.

Apa yang harus dilakukannya sekarang? Karna nampaknya, kedua tangan Adisa hanya bisa menahan selimut itu untuk tidak turun sampai menelanjangi kepalanya. Ia tidak ingin melihat seseorang yang menemaninya bermain tarik selimut tersebut. Tidak karna dia mungkin...

Laki-laki si penggali lubang pengumpat kata DURJANA!!

TBC!

Takut!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang