Breath

563 71 6
                                    

'aku lelah, bisakah aku kembali saja pada-Mu ?'
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"DANIELL..."
"YAA, KANG DANIEL BANGUN.."

Seorang wanita dengan panik terus menerus mencoba untuk membangunkan pria yang di panggil kang daniel tersebut, di tepuk-tepuknya pipi dan sesekali memberikan nafas buatan pada daniel..

Kang daniel, ia hampir mati tenggelam kalau saja sejeong tidak melihat daniel yang nekat menceburkan dirinya ke sungai yang cukup dalam tersebut.

"YAA.. DANIEL PALLI IREONAAA" teriak kembali sejeong sambil memompa dada daniel

"Uhuk.. Uhuk.."

Akhirnya, daniel sadar.. Pria itu sadar. Sejeong medudukan badanya lemas, ia lega daniel akhirnya dapat di selamatkan.

"YAA.. APA YANG KAU LAKUKAN HAH ? APA YANG ADA DI PIKIRANMU ITU ? "

Daniel tersentak, ia menoleh ke samping mengerutkan dahinya dan menatap sejeong heran.

"Ap.. Apa yang kau lakukan disini ?" tanyanya bingung

"hah ? Seharusnya aku yang bertanya apa yang kau lakukan ? Kau mau mati hah ? Kenapa kau melompat ke sungai ?"

Daniel menatap sejeong yang menahan emosinya, ia bisa melihat raut khawatir dari gadis itu

"Bukan urusan mu.." jawab daniel acuh dan mencoba bangkit, daniel meninggalkan sejeong dengan langkah yang gontai.

Keputusan bagus bagi sejeong yang tak buru-buru meninggalkan taman dan melihat daniel yang berjalan sendirian tanpa arah, namun jika sejeong tahu bahwa daniel akan senekat itu ia pastikan sudah menyeret daniel sebelum daniel mendekati jembatan.

"Cih, sama-sama.." gumam sejeong pelan menatap punggung daniel yang semakin menjauh. Sejeong meneggakan kepalanya ke langit.

'Terimakasih.. 'Kau' tak mengambilnya hari ini' ucap sejeong dalam hati.
.
.
.
.
.
.
.

Malam ini, jalanan kota seoul cukup lenggang. Tak banyak orang yang berlalu-lalang mengingat waktu masih menunjukan jam 8.32 malam. Masuk akal memang, angin malam hari ini terasa lebih dingin dari biasanya. Mungkin karena sebentar lagi akan memasuki musim dingin.

Pria itu, kang daniel yang sekarang duduk di bangku taman sambil sesekali menghembuskan asap rokoknya kasar. Sedang termenung, kilasan masa lalu yang masih dengan jelas di benaknya kembali muncul.

Ia masih ingat bagaimana dengan sangat kejam ayahnya sendiri menghabisi ibu kandungnya di depan matanya, bagaimana ia menyaksikan ibunya mati bersimbah darah, ia ingat bagaimana tangan ibunya yang berlumuran darah terulur ke arah daniel seakan mengisyaratkan daniel untuk pergi meninggalkan ibunya.

Ia ingat bagaimana ayahnya di seret polisi untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya..

Ia ingat setiap kejadian memilukan yang ia terima dalam hidupnya, seakan tak habis di situ, 3 hari lalu adiknya Kang Haebin meninggal dalam keadaan tubuh penuh lebam yang ia ketahui bahwa haebin menjadi korban bully di sekolahnya..

Belum lagi, tak ada yang menerima daniel bekerja karena daniel hanya lulusan SMA dan latar belakang kehidupannya yang kelam..

Ia lelah, ia ingin menyudahi semua ini..

Tes..

Satu tetes air mata daniel kini lolos jatuh, dengan tangisan dalam diam daniel kembali menyesap rokonya dengan kasar seolah ia bisa melepaskan beban yang ia tanggung walau hanya sebentar..

Tanpa daniel sadari, di seberang sana. Di seberang jalan sana kim sejeong gadis itu menatap sendu daniel dari kejauhan, ia seakan ikut merasakan apa yang daniel rasakan. Ia bukan siapa-siapa daniel, ia bukan teman, sahabat, sodara atau apapun itu.

Mr. Kang & Mrs. Kim Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang