2. HEART SHAKER

12 2 0
                                    

Aqilla menyesal tidak bisa menahan diri. Seharus nya dia diam saja setelah mendengar laki-laki yang tidak dia kenal berbicara. Atau, seharus nya dia hanya mengecek keadaan sebentar lalu pergi setelah rasa ingin tau nya terbayar. Bukan nya malah berkelanjutan. Iya, seharus nya..

Sekarang, apa yang harus dia lakukan?

Langit biru yang membentang luas, serta gumpalan awan-awan putih seperti kapas di atas, menggambarkan cuaca cerah yang seharus nya menjadi hari baik bagi Aqilla. Tapi tidak lagi, saat perasaan nya berubah seketika karena tertangkap basah sedang memperhatikan dua laki-laki itu.

Aqilla membuang napas berat, memutuskan untuk menyusun pakaian-pakaian nya ke dalam lemari dari pada memikirkan hal yang tidak penting. Toh, nanti tinggal minta maaf kalau ketemu mereka di luar, pikir nya.

Tanpa sengaja, siku nya menyenggol gulungan-gulungan canvas. Buru-buru, Aqilla menyimpan pakaian terakhir dan mengambil gulungan canvas yang menggelinding kemana-mana. Aqilla membuka gulungan satu persatu. Disana, tertuang goresan kuas seorang Anindira Aqilla syahm.

Aqilla tersenyum. Dia suka melukis. Meski lukisan nya masih terbilang biasa saja. Tidak sesempurna lukisan Rembrandt, pelukis asal Belanda yang menghasilkan perpaduan indah dari cahaya dan bayangan. Atau lukisan Vincent Van Gogh, sama-sama berasal dari Belanda, seorang pelukis yang karya nya banyak menginspirasi pelukis lain.

"Lukisan kamu mau Mama bingkai?" Spontan Aqilla membalik badan mendengar suara Mama.

"Nggak perlu, Ma." jawab Aqilla sambil mengembalikan lukisan ke tempat semula. "Lukisan aku juga nggak menarik buat di pajang."

"Loh, kan Mama sama Papa sering bilang lukisan kamu bagus. Dhanu juga.." Mama terkekeh sebentar, "yaaa biarpun dia nggak terang-terangan muji lukisan kamu."

Aqilla mengangguk di iringi tawa samar. Dia rasa tubuh Dhanu Aidan Syahm berbalut gengsi setebal bulu beruang, juga kepala sekeras batu. Sampai Aqilla sebagai kakak perempuan Dhanu bisa menghitung berapa kali dia memuji orang lain secara baik dan benar.

"Nggak deh, Ma."

"Ya udah, Mama nggak maksa." Aqilla tersenyum lebar. Merasa beruntung di anugerahi Mama yang pengertian dan Papa yang selalu mengerahkan dukungan untuk semua pilihan anak-anak nya. Oh, jangan lupa kan Dhanu, laki-laki yang akan jadi orang paling depan untuk melindungi anggota keluarga nya.

"Ma, Aku mau nanya deh," Aqilla berjalan menuju lemari kaca. Tempat dia menyimpan koleksi barang-barang K-Pop nya; album, lightstick, poster yang sengaja tidak Aqilla tempel karena menurutnya hanya mengotori dinding, photocard, mini banner, dan boneka. Selain melukis, Aqilla juga mengisi waktu kosong nya dengan berfangirling; menonton drama Korea, update MV dan variety show terbaru idola nya. "Zayn punya kakak?" lanjut Aqilla.

"Setahu Mama Zayn anak tunggal. Kenapa?"

"Tadi aku lihat ada cowok di rumah Tante Tika, Ma." jawab Aqilla. Tangan nya sibuk mengelap debu di permukaan kaca. "Aku ngerasa belum pernah lihat."

"Cowok?" Tanya Mama setengah berpikir, "aaaahh, Maksud kamu yang orang nya tinggi, terus hitam manis itu bukan?"

Aqilla mengangguk, "Mama tahu?"

"Kalau nggak salah namanya Pradipa Arsalan. Dia om nya Zayn, adik nya Tante Tika." Mama menjawab sambil membantu Aqilla memasang sarung bantal, "Dia di minta Tante Tika tinggal di rumah nya buat jaga Zayn."

Aqilla berhenti dari kegiatan nya mengelap kaca. Dia tidak paham kenapa jantung nya berdetak tak seirama. Pikiran Aqilla kembali ke saat dimana laki-laki bernama Pradipa Arsalan memergokinya berdiri menghadap keluar jendela, memandang nya dari jauh, kemudian menutup daun jendela, menghindari sorot mata tajam nya.

Pradipa Arsalan?

Aqilla mengulang nama itu dalam hati.

~°~°~

TIMELESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang