4. GOOD DAY or BAD DAY?

9 2 0
                                    

Untuk sesaat, Aqilla lupa payung nya terlepas dari genggaman, terbang tersapu angin. Mata Aqilla mengikuti langkah tegap Alan, sampai laki-laki itu menutup pintu utama rumah nya. Ralat, rumah Tante Tika. Dengan kondisi celana pendek Alan yang basah. Kemudian, tersenyum pada sepasang sandal jepit di kakinya.

Enam jam yang lalu, diam-diam Aqilla melihat Alan dari jendela kamar. Parah nya, Alan tahu. Hal itu benar-benar tidak menjadi kesan pertama yang baik antara mereka. Aqilla yakin sudah di beri label 'tukang ngintip' oleh Alan. Tapi barusan , Alan sendiri yang sengaja mendekati Aqilla sambil marah-marah lalu mengakhiri pertemuan mereka dengan perlakuan manis, sampai Aqilla di buat bingung.

"Teh Qilla di suruh udahan main nya sama Mama!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Teh Qilla di suruh udahan main nya sama Mama!"

Hujan berganti gerimis, seruan Dhanu mengembalikan Aqilla ke alam sadar nya. Perempuan itu hanya mengangguk, lalu segera mengambil payung nya yang terbang cukup jauh. Merasa ada sedikit keanehan, sebelum masuk ke dalam rumah mengikuti Dhanu, Aqilla memindai bagian tubuh nya. Biasa nya, meski belum lama Aqilla bermain air, telapak tangan nya sudah keriput, wajahnya pucat, bibir nya bergetar kedinginan. Tapi sekarang, dia merasa hangat, menjalar sampai ke hati. Di saat seharusnya dingin yang menyelimuti.

Dhanu yang peka terhadap sikap aneh Aqilla membuka percakapan, "lo kenapa dah?"

"Kenapa apanya?" bukan nya menjawab, Aqilla justru berbalik melempar tanya.

"Nggak biasa nya aja." Dhanu memandang kakak nya itu dengan kening berkerut.

"Au ah!" Aqilla berdecak.

Dhanu menarik ujung kaos basah Aqilla, mau tidak mau Aqilla berhenti berjalan. Sandal jepit di kaki Aqilla merusak perhatian Dhanu. "Itu sandal siapa, Teh?"

Mendengar pertanyaan itu membuat Aqilla gelagapan. Dia tidak bisa terlalu jujur pada Dhanu tentang 'pemberi sandal jepit' itu. Dhanu terlalu menyayangi Aqilla, sikap overprotektif nya akan keluar kalau dia tahu kakaknya dekat dengan laki-laki lain.

Bukan tanpa alasan Dhanu bersikap seperti itu. Dhanu pernah melihat Aqilla menangis di dalam kamar nya diam-diam. Membekap mulut menggunakan telapak tangan, takut isakan nya terdengar sampai luar. Dan hal itu berhasil membuat dada Dhanu ikut-ikutan sesak. Anindira Aqilla Syahm yang Dhanu kenal adalah perempuan kuat. Dia tidak pernah menangis, meski lengan nya menyentuh penggorengan panas atau berkali-kali jatuh dari motor sport nya. Dia tidak pernah menangis, sekalipun bertengkar hebat dengan nya. Dan saat Dhanu tahu penyebab air mata Aqilla tumpah adalah seseorang yang sampai sekarang Aqilla jaga ke-rahasia-an nya, Dhanu berjanji akan melindungi perempuan itu.

"Ini sandal gue keles! Lo aja yang nggak pernah lihat." jawab Aqilla, terpaksa berbohong sambil berharap Dhanu percaya.

"Ohh.."

"Yuk, ah. Gue kedinginan, nih." Aqilla mendorong tubuh Dhanu masuk ke dalam rumah. Takut-takut Dhanu mengeluarkan pertanyaan yang sulit Aqilla jawab lagi.

"Nggak usah dorong-dorong!" protes Dhanu.

"Ya udah makanya cepetan masuk, ih."

~°~°~

TIMELESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang