'Ayna Azura'
.
.
.
.Dentingan jam dinding terdengar lirih menemani suara pecahnya barang yang dibanting. Sebuah meja bagaikan tempat yang mampu melindungi mereka, bagaikan tameng yang mampu menyelamatkan mereka dari tajamnya pedang. Mereka hanya bisa memberi kekuatan satu sama lain dengan tangan yang tak pernah lepas dan saling bertautan.
Di sebuah kamar tepatnya di bawah sebuah meja terdapat dua gadis kembar tengah menangis, sesekali sang kakak menghapus air mata sang adik dan menggenggam tangannya memberikan kekuatan serta keyakinan bahwa mereka akan baik-baik saja."Aku sangat takut." Sahut sang adik yang tak henti-hentinya menangis.
"Tak usah takut ada aku di sini, aku akan selalu ada disisimu dan melindungimu." Jawabnya yakin.
Sang adik hanya bisa menganggukkan kepalanya pertanda bahwa ia percaya akan kata - kata kakaknya yang akan selalu ada di sisinya dan melindunginya. Tak bisa dipungkiri bahwa perasaan sang Kakak pun sama, takut akan kehilangan adik tersayang.
Brak!
Tiba-tiba pintu terbuka dengan sangat keras yang membuat genggaman tangan mereka semakin kuat.
"Ayo Ayna kita pergi, aku tak sudi tinggal seatap dengan perempuan seperti ibumu." Tunjuk sang ayah kepada sang istri.
Tiba - tiba tangan Ayna ditarik oleh sang ayah dengan sangat kuat menyiratkan ada emosi yang ayahnya tahan. Ayna hanya bisa menangis dan terus menggenggam tangan Azura adiknya, ia tak mau terpisah dengan sang adik. Dengan sekuat tenaga Azura membantu kakaknya agar genggaman tangan mereka tak terlepas.
"Aku juga tak ingin melihat wajah laki - laki pengecut dan bajingan sepertimu, lebih baik aku pergi." Sang ibu tak mau kalah, ia kemudian menarik tangan Azura agar ikut dengannya.
"Aku tak tahan lagi denganmu, Kau hanya memikirkan karirmu dan juga uang - uangmu itu, aku menyesal telah menikahimu bahkan aku sangat menyesal karena telah mencintaimu." Emosi sang ayah.
"Kau menyesal? Aku tak pernah meminta laki - laki pengecut sepertimu pada tuhan, tapi entah kesalahan apa yang telah kuperbuat dahulu hingga aku dinikahi oleh laki-laki tak berguna sepertimu." Jawab ibu.
Sang ibu menarik tangan Azura agar keluar dari bawah meja dan kemudian memaksa Azura untuk melepaskan genggaman tangannya dengan sang kakak. Azura berontak bahkan ia menjerit jerit agar ibunya tak melepas genggaman tangannya dengan sang Kakak.
"Ibu aku mohon jangan seperti ini, aku dan Azura tak ingin berpisah." Mohon Ayna sambil menangis serta melihat manik mata ibunya dalam.
Ayna ingin ibunya tahu bahwa ia tak ingin kehilangan Azura. Seakan tuli sang ibu langsung menarik paksa Azura sampai tangan yang tadi sempat dipertahankan dan dijaga agar tak terlepas, kini kedua tangan itu tak saling bertautan pertanda bahwa mereka akan berpisah.
Ayna tetap berusaha meraih kembali tangan adiknya tapi usahanya seakan ditolak mentah - mentah karena kini Azura telah dibawa pergi oleh sang ibu. menyisakan Ayna dan ayahnya."Ayo kita pergi, kita tak bisa terus berada disini." ajak sang ayah.
"Ayah aku mohon jangan pisahkan aku dan Azura, aku takut terjadi sesuatu pada Azura." Ayna kembali menangis ia bahkan menenggelamkan wajahnya diantara kedua tangan yang memeluk kakinya.
Ayahnya tak bisa berbuat banyak, inilah keputusan mereka setelah beberapa bulan ini rumah tangganya selalu dilanda masalah serta pertengkaran yang tak henti-hentinya, ia telah sepakat dengan istrinya lebih tepatnya calon mantan istrinya bahwa mereka akan membawa masing - masing satu anak sehingga kini Ayna dan Azura dua gadis kecil berumur 7 tahun harus terpisah, mereka tak tahu takdir akan mempertemukan mereka kembali atau tidak.
Tinggalkan jejak kalian dengan cara vote dan komen ya😘😘😍
Makasih buat yang mau menyempatkan waktunya buat baca karya aku🙏😘😍

KAMU SEDANG MEMBACA
Ayna Azura
Teen Fiction"Aku sangat takut." Sahut sang adik yang tak henti-hentinya menangis. "Tak usah takut ada aku di sini, aku akan selalu ada disisimu dan melindungimu." Jawabnya yakin. Sang adik hanya bisa menganggukkan kepalanya pertanda bahwa ia percaya akan kata...