di coffee shop

11.3K 1K 72
                                    






Jungkook bukan tipe pemuda yang suka menilai sesuatu dari sudut estetika, membosankan jika kalian ingin tahu.

Tapi untuk Paris mungkin Jungkook harus berpikir ulang, pantas Taehyung rela membobol uang tabungan dan separuh membayar tiket pesawat juga biaya menginap untuk terbang ke Eropa hanya untuk melihat bagaimana indahnya Paris di matanya. Bahkan kamera tak lepas dari genggaman; membidik setiap jengkal bangunan yang kelewat unik---antik; lebih mirip kota tua jika itu di Indonesia.

Sejujurnya Jungkook lebih suka tinggal di hotel di banding harus merelakan kaki panjangnya pegal karena Taehyung memilih berjalan kaki dari hotel untuk tidak melewatkan satu titikpun tiap tempat di negara ini; seolah Taehyung ingin melahap habis kota ini dengan kameranya.

Kamu gak bisa lewatin satu titikpun untuk kota ini
Ujarnya tiap Jungkook mengeluh hanya untuk sekedar meminta istirahat dan membeli minum.

"Kamu kakak gak berguna tau gak?"

"Yaya, bawel disini gak ada mama sama papa jadi gausah banyak obrol, berisik"

"Taehyung-,"

"Kakak! Adikku yang bangsat sopan sedikit"

"Bangsat!"

"Heh gak sopan"

Jungkook duduk di pinggir jalan yang lengang pejalan kaki, Tidak ada pengendara mobil atau motor yang mengotori udara sekitar, benar-benar berbeda dari Seoul.

Membayangkan negara kelahiran yang dia cintai sepenuh hati; mengingat dimana Jungkook di besarkan disana. Namun tetap ada bagian dimana Jungkook membencinya; kuliah yang masih panjang, setumpuk tugas dan sesuatu seperti kamu harus tinggal lebih lama di neraka yang di sebut Universitas.

Bahkan untuk liburanpun ada saja tugas yang harus di selesaikan, jadi sebagian isi koper Jungkook isinya buku dan modul yang menunggu untuk di kerjakan.

Liburan sambil belajar kalau kata mama, tapi Jungkook tidak suka kalau keduanya di satukan walaupun Paris(dari namanya saja sudah bisa di jadikan bahan untuk tugas semester ini) punya banyak hal cantik untuk Jungkook jadikan motivasi.

Namun karena kakaknya itu yang pagi tadi berteriak seperti orang kerasukan setan; membangunkan Jungkook dengan tidak santai alhasil di hari pertama liburan di Paris, Jungkook banyak melewatkan banyak hal seperti; kamera (oke itu barang penting namun si sialan Taehyung membuat Jungkook lupa membawanya), dompet, dan penutup kepala.

"Tae aku lapar, minta uang"

"Sial, ini masih pagi"

"Jam sebelas, pagi kepalamu. Gara-gara kamu buru-buru aku jadi gak bawa dompet, gak sempet sarapan, gak sempet bawa kameraku juga"

Taehyung berbalik untuk pertama kali, lepas dari kamera dan mata yang terpaku diantara gedung-gedung.

"Bawel banget, sana pergi aja"

"Eh, kamu yang ngajak liburan ya, kamu yang harusnya tanggung biaya semuanya"

"Kita udah sepakat buat patungan Kook" Lantas Taehyung menghampiri, merogoh sesuatu dari saku mantelnya, gila Taehyung belum sehari tinggal disini tapi gayanya sudah seperti penduduk lokal. Banyak gaya.

Satu lembar uang di berikan dengan senyum khas yang tak pernah berubah sejak lama. Taehyung menepuk pelan pundak Jungkook dengan mata seolah menyuruhnya untuk segera pergi.

"Aku pasti gak jauh dari sini, cek lokasi aja kalo aku gak ada" Lalu kembali berjalan ke arah lain, memulai kegiatan wajib yang terlihat membosankan, walau Jungkook juga tidak bisa bilang jika dia tidak suka mengambil gambar.

"Kamu gak sarapan?"

"Nanti aja, ini cukup buat beli crepe roue"

Tanpa peduli kemana kaki kakaknya melangkah lantas Jungkook berputar arah dimana coffee shop dan restoran pagi berada. Tidak jauh dari tempat Taehyung mengambil gambar walau figur kakaknya tidak kelihatan tapi setidaknya Jungkook tidak terlalu jauh.

Jungkook rapikan jaket kulit hitamnya, menarik napas untuk memulai langkah dan memasuki coffee shop outdoor di balik pohon seberang jalan. Saat berbalik ke arah Taehyung, kakaknya itu sudah tidak ada dan Jungkook tetap harus merasa baik-baik saja karena yah, ini bukan pertama kalinya dia berlibur keluar negeri dan harus terpisah dengan kakaknya.

Bahkan di hari pertama

***

Disinilah Jungkook, duduk di meja paling pinggir coffee shop, tidak begitu jauh dari jalan raya hanya terhalang pepohonan kecil yang berjarak tidak jauh dari pohon-pohon lainnya. Sosok Taehyung sudah tidak tertangkap mata dan itu seharusnya bukan hal yang buruk, tidak setelah Jungkook melihat layar ponsel dengan baterai yang tersisa tiga persen berkedip tiga kali lalu mati.

Bagus, bagaimana bisa cek lokasi. Bahkan Latte di meja Jungkook beserta roti isi di piringnya masih banyak tersisa tapi seolah makanan yang baru saja masuk malah seperti kembali naik ke tenggorokan mengingat jika kunci hotel Taehyung yang pegang dan uang ini tidak akan cukup untuk naik taksi dan membayar telepon umum karna sial, disini juga jarang sekali telepon umum.

Karena ini bukanlah hal yang baik lantas Jungkook memasuki cafenya dan bertemu langsung dengan si kasir, bukan hal buruk rasanya saat mata bertemu dengannya karena hey dia terlihat seperti bukan warga Paris. Helainya biru, terlalu putih untuk kulit orang Eropa dan matanya terlalu kecil. Bagaimana orang itu bisa melihat dengan mata sekecil itu?

Tapi untuk sekarang Jungkook simpan pertanyaan itu disana, akan di tanyakan jika memang sudah waktunya tapi kembali lagi, ini tidak terlalu buruk mengingat jika Jungkook bukanlah satu-satunya warga asing disini.

"Hai, aku mau bayar kopi dan rotinya"

Si kasir tersenyum dan Jungkook tidak punya alasan kenapa dia ikut tersenyum. Sopan santun mungkin?

"8.00 Euro"


"Ah okay, maaf apa aku bisa pinjam teleponnya?"


"Silahkan, kamu gak punya ponsel?"

"Punya, batrenya habis dan sial, Taehyung-, ah kakakku hilang"

Tanpa peduli reaksi si kasir, Jungkook buru-buru menggapai telepon tua di pinggir meja kasirnya, mendial beberapa nomor yang mati-matian Jungkook hafal tadi pagi.

"Apa kamu orang Korea?" Kasir itu mendekat dan Jungkook terlalu sibuk menunggu dering untuk segera di jawab di balik panggilannya.

"Ya aku dari Korea-, Yak! Taehyung dimana kamu?"

"Masih di tempat tadi, agak pindah sedikit sih. Ada apa? Kamu udah selesai makannya?"

"Hpku mati dan aku takut kamu hilang, bisa datang ke coffeè shop? Gak jauh dari tempat tadi"

"Aku gak tau kamu tadi kemana, susul aku aja"

"Susul gimana? Hpnya mati Kak! Buruan deh kesini"

"Bentar-,hpku juga mau mati gak ada batrenya"

"A-, Tae...,"

"Tut____"

Dan untuk kesekian kalinya Jungkook bersumpah jika nanti bertemu kakaknya itu maka akan Jungkook pasangkan rantai di kedua kakinya.

Kembali ke perasaan campur aduk, telepon di letakan asal namun tepat di tempatnya lalu berbalik ke hadapan si kasir dengan rautnya yang berubah melongo; matanya memaksa membulat hingga beningnya jelas terlihat dan Jungkook jadi tahu warna matanya.

"Aku juga dari Korea, kakak kamu tersesat apa gimana?"

Dan Jungkook pikir dialah yang tersesat.























































__

reupload💘

bukan paris Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang