"Hallo son, ini udah ketujuh hari kalian manyunin mama" mama kembali mencibir Taehyung dan Jungkook yang kini ada si seberangnya. Kelabu seperti mereka baru turun dari pesawat tujuh hari lalu.
"Mama gak tau kalian disana liburan atau cari pacar, makanya cari pacar yang deket aja" beliau meneruskan, separuh jengkel mungkin karena siapa sih yang enak ketika setiap pagi di suguhi pemandangan manyun dari kedua putranya.
Taehyung mendengus bukan kesal karena kembali di omeli mama, tapi dia sama berat seperti Jungkook; separuh hati mereka masih tertinggal di Paris.
"Cewek kalian secantik apa sih sampe sebegitu lebaynya"
Jungkook memutar mata malas, "cowok ma"
"Nah itu, secantik apa?"
"Cantik__," Taehyung menjawab lalu terjeda, Jungkook teruskan dalam hati bahwa Jimin tidak bisa di definisikan dalam untaian kata.
Sementara mama menaikan sebelah alis, "kalian gak cinta sama cowok yang sama kan?"
Mereka menggeleng, Taehyung menjawab,"mereka adik kakak" sambil mencoba memotong pancakenya tanpa minat, hanya sekedar mengisi perut.
Jungkook diam saja tidak ada niat menyentuh sarapannya sama sekali.
"Kalian tau gak sih mama buatin sarapan tiap hari malah di bengongin gitu"
Jungkook melirik mamanya sebentar dan beliau balas memandang, satu ulasan senyum Jungkook haturkan pagi itu. Ada rasa senang karena bisa melihat mama lagi setelah seminggu di Paris namun sisi lain dari hatinya bilang jika dia tidak benar-benar senang.
Taehyung sama begitu, kakaknya itu mungkin lebih parah karena nyatanya mereka; Taehyung dan Yoongi sudah menjalin hubungan.
Jungkook tersenyum kecil, dia masih ingat saat di bandara dan leher Yoongi penuh dengan bercak keunguan. Ah dasar pasangan baru.
Jungkook bisa bayangkan bagaimana tersiksa rindu meski Taehyung rela begadang hingga jam empat pagi hanya untuk bisa facetime bersama kekasih cantiknya itu.
Berbeda dengan Jungkook, tidak ada ucapan rindu atau sekedar bertatap wajah lewat ponsel karena yang mereka lakukan hanya saling mengirim pesan teks yang kelewat singkat juga voice note pendek membahas tentang foto Jimin yang terlalu banyak di memori.
Hanya itu, tapi cukup karena mereka bukan siapa-siapa selain warga Korea yang berbeda tempat yang terlampau jauh dan berhasil saling menjatuhkan hati satu sama lain(tanpa ada yang berani memulai).
"Mama gak mau ngasih kalian makan lagi kalo tiap hari kaya gini__,"mama pergi, menyeret piring Jungkook yang belum tersentuh. " Jeon Namjoon! Bilangin ke anak-anak kamu kalo galau gausah sampe nyampakkin sarapan pagi"
"Jeon Taehyung, Jeon Jungkook" Lantas papa menyahuti dari lantai atas, memberi peringatan. Jungkook tidak keberatan mau seberapa besar papa menegur pagi mereka karena mereka tahu papa atau mama tidak benar-benar marah.
Jungkook pikir mungkin akan terbiasa tanpa Jimin mengingat waktu mereka saling mengenal satu sama lain begitu singkatnya. Dia hanya tidak tahu jika rindu bisa seberat ini.
Bahkan melebihi rindu pada mantan cowoknya, dulu.
"Mau sampe kapan?" Mama bertanya lagi setelah membereskan beberapa piring di meja bekas papa dan Taehyung, papa selesai duluan dan pergi ke lantai atas untuk bersiap pergi ke kantor.
"Ma gimana kalo kita pindah ke Paris?" Taehyung melempar tanya dan dia sendiri sudah tahu jawabannya tapi tetap bertanya.
"Pindah kepalamu"
Taehyung merengut, tahu betul mama akan bilang begitu. Keras kepala.
Menit berikutnya Jungkook memilih meninggalkan meja makan dan sarapan yang utuh.
Beranjak ke garasi untuk mengendarai motornya dan sebelum itu; sudah menjadi suatu kebiasaan dimana Jungkook akan mengingatkan seseorang yang jauh disana untuk sekedar tahu jika Jungkook rindu.
Me to Jimin:
Aku rindu.
***Jungkook pikir ini lebih berat ketimbang harus berhadapan dengan dosen menyebalkan tiap hari senin atau menjawab kuis dadakan saat Jungkook lupa belajar malam sebelumnya atau tumpukkan tugas yang berteriak minta di selesaikan.
Membayangkan jemari mungil di genggaman dan satu senyuman manis dari Jimin membuat semuanya makin terasa berat.
Bahkan Kim Mingyu; sahabat Jungkook yang tidak pernah gagal membuat Jungkook terbahak di tiap waktu harus menyerah saat Jungkook tidak menarik ujung bibirnya atas lawakan yang susah payah dia lakukan tiap hari.
"Dia emang cantik, banget malah" ujarnya suatu siang berlatarkan meja kantin paling pojok, kamera sepenuhnya Mingyu pegang dan Jungkook tidak merasa keberatan saat Mingyu melihat foto Jimin satu persatu.
"Hm_," Jungkook menjawab asal, tidak perlu bilang berulang kali soal bagaimana Jimin karena kau tidak akan pernah menemukan akhir untuk mendeskripsikannya.
"Gimana kabarnya?" Mingyu mengalihkan pandangan ke Jungkook yang kini beralih menatap gambar Jimin dari kejauhan. Sial rasanya makin rindu.
"Baik, Jimin selalu baik"
Memang benar, Jimin yang bilang begitu tanpa Jungkook tanya sekalipun entah untuk menjaga perasaan Jungkook untuk tidak terlalu khawatir karena Jungkook sering mengungkit soal suhu Paris dan soal Jimin yang selalu lupa membawa mantel atau memang sebenarnya dia tahu isi kepala Jungkook, tapi jika memang iya maka Jungkook tidak perlu lagi mengiriminya pesan soal rindu.
"Dia gak ngasih kabar?"
Jungkook melirik ponselnya di meja bersebelahan dengan kamera yang masih menampilkan wajah Jimin dengan senyum lebarnya, "belum"
"Aku yakin dia punya pacar disana"
Jungkook mengangkat alisnya naik tidak yakin soal itu atau Jungkook benar-benar bodoh karena tidak pernah berfikir seperti itu. Jungkook pikir mungkin apa yang Jungkook rasakan saat ini berbeda dengan apa yang Jimin rasakan, entah mungkin banyak turis lain yang senegara dan kebetulan bertemu dengannya lalu Jimin menjadi guide seperti apa yang dilakukannya dengan Jungkook kemarin. Bisa saja.
Tapi memikirkannya malah membuatnya terasa tujuh kali lebih berat dan Jungkook egois; tidak mau jika senyum terbaik Jimin ternyata bukan satu-satunya senyum untuk Jungkook seorang.
Jungkook memijat pelan pelipisnya yang agak berdenyut, ingatan di belakang kepala Jungkook bedentum keras-keras mengingatkan jika semua tentang makan siang, jalan-jalan malam, foto dan soal rindu mungkin hanya waktu sia-sia yang Jungkook rasakan sendiri karena bisa saja Jimin tidak seberlebihan ini atau memang dia sudah biasa bertemu dengan turis senegaranya dan terus seperti itu.
Mingyu menyadarkan Jungkook kemudian saat dirinya hampir, hampir memuntahkan kalimat yang mungkin Mingyu tidak akan mau dengar. Jungkook melewatkan dering ponsel yang berkelip minta di sentuh.
Jungkook membukanya dan seketika hatinya menghangat, untuk beberapa saat.
Jimin:
Aku juga rindu, kook.
24 juli 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
bukan paris
Fanfictionjadi, jimin ada disana saat jungkook juga disana -di tulis 28 oktober 2018-26 desember 2018